Pengaruh Konsep Hypnoteaching Terhadap Sikap dan Motivasi Belajar Peserta Didik Di Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Abad Ke- 21

Oleh :

Meiry Susanti

 SDN 04 Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat

email: meirysusanti84@gmail.com, Telp: +6285279844490 

Abstract: This study aims to determine exactly the impact of 21st century learning on the attitude and motivation learners learn with the concept of Hypnoteaching. In dealing with world competition, the role of the education sector must be balanced with the development of the 21st century. Advances in technology and also the willingness of learners should be utilized as possible in order to optimize learning outcomes with high motivation among learners in Indonesia. The results obtained:

1) Learning 21st century with the concept of hypnoteaching affect the positive attitude of learners, 2) Learning 21st century with the concept of hypnoteaching affect the increase of motivation and learning outcomes of learners.

Keywords: Hypnoteaching, attitude, motivation, 21st century learning 

Abstrak: Pengaruh Konsep Hypnoteaching Terhadap Sikap dan Motivasi Belajar  Peserta Didik Di Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Abad Ke- 21

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara pasti pengaruh pembelajaran abad 21 terhadap sikap dan motivasi belajar peserta didik dengan konsep Hypnoteaching. Dalam menyikapi persaingan dunia, maka peranan sektor pendidikan haruslah seimbang dengan perkembangan abad ke-21. Kemajuan teknologi dan juga kemauan peserta didik harus dimanfaatkan sebaik mungkin demi  mengoptimalkan hasil belajar dengan motivasi yang tinggi dalam kalangan peserta didik di Indonesia. Hasil penelitian diperoleh:

1) Konsep hypnoteaching dalam pembelajaran abad 21 mempengaruhi peningkatan sikap positip peserta didik  , 2) Konsep hypnoteaching dalam pembelajaran abad 21 mempengaruhi peningkatan motivasi dan hasil belajar peserta didik.

Kata Kunci  : Hypnoteaching, sikap, motivasi, Pembelajaran abad ke-21.

PENDAHULUAN

Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah menyatakan bahwa, “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Guru harus mampu menjadi seorang fasilitator  yang berperan tidak sebatas penyampaian informasi kepada peserta didik saja tetapi dapat menciptakan situasi  pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan, diharapkan peserta didik ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga akan dihasilkan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centre).

Namun pada kenyataannya guru belum sepenuhnya menjadi fasilitator dan sebagian masih menggunakan konsep dan metode yang konvensional sehingga proses pembelajaran masih didominasi oleh guru, dampaknya terjadi kebosanan peserta didik dalam proses pembelajaran, hal ini mempengaruhi sikap dan motivasi belajar peserta didik menjadi rendah, peserta didik terkesan ogah-ogahan tidak bersemangat dalam belajar dan materi yang disampaikan kurang terserap dengan optimal. Oleh Karena itu diperlukan upaya untuk memperbaiki pelayanan kebutuhan peserta didik khususnya pada sikap dan motivasi belajar  yang akan menjadi tumpuan terciptanya kondisi belajar yang mendukung proses pembelajaran abad ke-21.Maka seorang pendidik harus mempunyai alternative referensi untuk mengembangkan kreativitasnya dalam upaya penyampaian materi-materi melalui metode-metode yang lebih berinovasi namun tetap dalam koridor

nilai-nilai dan tujuan pendidikan, kiranya konsep hypnoteaching adalah salah satu metode belajar yang inovasi dan fresh untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, Hipnotis tidak hanya digunakan dalam mengatasi permasalahan yang menyangkut kondisi fisik ataupun psikis melainkan dapat dimanfaatkan sebagai upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar. Hipnotis jenis ini disebut dengan hypnoteaching.

Menurut Hariyanto Nurcahyo (dalam Ibnu Hajar, 2011) secara harfiah hypnoteaching berasal dari kata hypnosis dan teaching, diartikan bahwa hypnoteaching adalah seni berkomunikasi dengan jalan memberikan sugesti agar para siswa menjadi lebih cerdas dengan sugesti yang diberikan diharapkan mereka tersadar dan tercerahkan bahwa ada potensi luar biasa yang selama ini belum pernah mereka optimalkan dalam pembelajaran. Hypnosis sebenarnya adalah kemampuan untuk membawa seseorang ke dalam hypnosis stage/hypnos. Menurut Ali Akbar Navis (2013, 128) Hypnos adalah suatu kondisi kesadaran (state of consciousness) yang sangat mudah menerima berbagai saran/sugesti. Menurut Sari Farida, Mr. Mukhlis, (2011, 4) Hipnosis adalah keadaan pikiran secara spontan yang bisa dialami siapapun. Hypnosis bukanlah hal yang aneh aneh dan berkaitan dengan hal-hal yang terkesan siapapun. Hypnosis hadir disetiap situasi dan aktivitas kehidupan, termasuk dalam proses belajar mengajar. Luarbiasanya ketika dalam kondisi hypnosis orang akan mudah menerima saran-saran dari orang lain.

Menurut Novian Triwidiya Jaya, hypnoteaching merupakan panduan pengajaran yang melibatkan pikiran sadar dan bawah sadar, merupakan pembelajaran yang kreatif, unik sekaligus imajinatif. Sementara menurut Muhammad Noer, dalam hypnoteaching guru bertindak sebagai penghipnotis, sedangkan peserta didik berperan sebagai orang yang dihipnotis. Dalam pembelajaran guru tidak perlu menidurkan peserta didik ketika memberikan sugesti, cukup menggunakan bahasa yang persuasive sebagai alat komunikasi yang sesuai dengan harapan dan bahasa yang mudah dipahami peserta didik. (Ali Akbar Navis, 2013, 129)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hypnosis diperlukan dalam proses pembelajaran terhadap peserta didik sehingga didapatkan sikap positip serta motivasi yang kuat agar tercapai situasi pembelajaran yang mendukung pembelajaran abad ke-21.

Menurut Gordon Allpor (dalam Hartono Sastro Wijoyo, 2005) sikap adalah mempelajari kecenderungan memberi tanggapan pada suatu obyek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. Menurut Hawkins (1980), sikap dapat di definisikan sebagai cara kita berfikir, merasakan dan bertindak terhadap beberapa aspek. Kinner dan Taylor (1987) menyatakan bahwa sikap adalah pemandangan individu berdasarkan pengetahuan penilaian dan proses orientasi tindakan terhadap suatu obyek atau gejala. Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan sikap merupakan respon yang timbul akibat proses individu terhadap beberapa aspek sesuai dengan pengetahuan dan penilaian terhadap suatu objek. Motivasi menurut  American Encyclopedia adalah kecenderungan suatu sifat yang merupakan pokok pertentangan dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan tindakan. Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasidengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan.

Menurut Darma (2009), pendidikan lebih memberikan rangsangan agar peserta didik menjadi pembelajar yang aktif bukan pembelajar yang pasif, jadi pembelajaran abad ke 21 ini dirancang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang, mendorong dan membiasakan peserta didik aktif mencari informasi yang disediakan guru maupun tersedia dari berbagai sumber. Tuntutan pendidikan di era globalisasi ini menjadi tantangan besar bagi guru dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Guru benar-benar dituntut dapat profesional dengan berbekal kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional secara utuh dan menyeluruh. Abad ini memerlukan transformasi pendidikan secara menyeluruh sehingga terbangun kualitas guru yang mampu memajukan pengetahuan, pelatihan,ekuitas siswa dan prestasi siswa (Darling-hammond, 2006 ; azam& Kingdom, 2014)

Menurut Kochar (dalam Bitok, 2014: 80), seorang guru yang memiliki bahan-bahan pengajaran yang memadai dan relevan dan fasilitas akan lebih percaya diri, efektif dan produktif. Keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program yang baik tergantung pada ketersediaan atau bebas ketersediaan bahan pengajaran dan fasilitas.

Dengan demikian dapat disimpulkan peran pendidik di abad 21 adalah pendidik sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan, motivator, monitor dan partner bagi peserta didik sesuai dengan analisis kebutuhan peserta didik baik secara individu atau berkelompok dalam pencapaian pembelajaran konstektual yang akan membantu peserta didik menemukan konsep belajar secara mandiri dan bertanggung jawab.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui secara pasti pengaruh pembelajaran abad 21 terhadap sikap dan motivasi belajar peserta didik dengan konsep Hypnoteaching.

 METODE

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan literer, yaitu sumber datanya atau obyek utamanya adalah bahanbahan pustaka yang ada kaitanya dengan persoalan yang diteliti, tahap operasional penelitian pustaka ini mengambil bahan informasi yang berkaitan dengan hypnoteaching dan sumber data lain yang mendukung. Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), yaitu mengambil bahan-bahan penelitian dari beberapa buku atau majalah yang mendukung penelitian ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini adalah terjadi peningkatan sikap positif dan motivasi belajar setelah diterapkan konsep hypnoteaching dalam pembelajaran di SD 4 Mulya Kencana.  Potensi tersebut dianalisis melalui studi pendahuluan yang meliputi studi pustaka dan studi lapangan. Studi lapangan dilakukan melalui wawancara dan observasi untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan selama ini, dan tingkat kebutuhan peserta didik dan guru terhadap hypnoteaching dalam pembelajaran. Observasi yang dilakukan di SDN 4 Mulya Kencana, menunjukkan bahwa diperlukan konsep baru yang digunakan dalam proses pembelajaran peserta didik.    

Penanaman Sugesti Positif dalam hypnoteaching

Hypnoteaching merupakan ilmu murni yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Hal ini disebabkan proses hypnoteaching sama halnya dengan proses komunikasi yang menggabungkan sugesti positip dengan alam bawah sadar peserta didik supaya sikap peserta didik menjadi lebih baik dan motivasi belajar peserta didik meningkat.

Dalam konsep hypnoteaching, guru merupakan seorang hipnotis yang menghypnosis peserta didik. Sedangkan peserta didik merupakan suyet (orang yang terhypnosis). Hubungan hipnotis dan suyet haruslah dibangun sejak awal melalui tahap-tahap hypnoteaching secara runtut. Hal terpenting yang termasuk di dalam struktur proses hypnoteaching dan sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan proses hypnoteaching adalah penanaman sugesti positi. Pananaman sugesti positif dapat dilakukan guru terhadap peserta didik secara sadar. Sugesti yang dilakukan dengan benar dapat menancap dalam pikiran bawah sadar peserta didik dan dapat mengubah mindset ataupun pola tingkah laku peserta didik sesuai yang diharapkan guru. Peran seorang guru sangatlah penting dalam membina watak anak bangsa melalui pendidikan. Metode hypnoteaching mampu menciptakan suasana kelas dan iklim belajar yang menyenangkan bagi peserta didik.

 Keteladanan Pendidik dalam hypnoteaching

Guru adalah salah satu programmer pembentuk mental peserta didik, oleh karena itu dalam proses pembelajaran peserta didik secara tidak langsung akan terhipnotis dengan perilaku guru saat mengajar, kalimat-kalimat positip maupun kegiatan-kegiatan positip, selain itu menghindari pemberian label negatif merupakan hal yang wajib dalam metode hypnoteaching, tentunya dengan member penguatan melalui kalimat positif akan meningkatkan motivasi dan peserta didik akan lebih percaya diri.

Melalui penguasaan hypnoteaching Guru akan menyadari bahwa semua tindakannya yang dilakukan di kelas akan berimbas pada perilaku siswa di lapangan. Oleh karena itu seorang guru harus melakukan sebuah tindakan yang cerdas dalam mengontrol dan mempengaruhi prilaku peserta didiknya. Pada prinsipnya hypnoteaching dapata merubah persepsi peserta didik terhadap guru yang mengajar , yakni bahwa guru menjadi pelindung, teman bemain, teman belajar mereka dan sudah tentu suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan akan mempermudah peserta didik dalam menyerap dan memahami pembelajaran.

Hypnoteaching secara garis besar berguna untuk meningkatkan komunikasi spiritual antara guru dengan peserta didik yang berlandaskan kasih sayang seorang guru terhadap peserta didik layaknya orang tua yang dengan tulus menyayangi anaknya, sehingga hubungan seorang guru dengan peserta didik akan lebih berkualitas, karena guru mampu mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapi peserta didik sekaligus menanggulangi berbagai permasalahan tersebut. Pola pikir positif akan membentuk sikap yang baik merupakan tujuan dari konsep hypnoteaching dalam menghadapi proses pembelajaran abad ke-21.

SIMPULAN 

Simpulan penelitian  ini adalah hypnoteaching dalam dunia pendidikan khususnya dalam menghadapi pembelajaran abad ke-21 merupakan improvisasi metode  pemebelajaran dalam mengupayakan optimalisasi kegiatan belajar mengajar yang dalam penerapannya guru membangun suasana pembelajaran dengan peserta didik melalui sugesti positif baik melalui segi komunikasi serta sikap, prilaku dan tingkah laku seorang guru yang dilakukan terus menerus, sehingga sugesti itu tertanam dalm pikiran bawah sadar peserta didik. Oleh karena itu peserta didik merasa nyaman dan senang dalam suasana pembelajaran. Penerapan pembelajaran abad ke 21 akan membantu pesert didik dalam mengarungi kehidupan yang penuh tantangan pada era  globalisasi  dengan lebih percaya diri . bersikap positif, termotivasi dan pencapaian hasil belajar yang diharapkan.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, Lif Khoiru dan Sofan Amri. 2014. Pengembangan dan Model Pembelajaran Tematik Integratif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Cetakan ke-1. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chepkorir Bitok, Ester, Betty Tonui, Philomena Chepsiror. 2014. Resource Capacities Supporting  Thematic Approach  in Teaching ECDE Centres in Uasin Gishu County.International Journal of Education Learning and Development, Vol. 2. No.5. 78-86.

Gagne , Robert M and Laslie J Briggs.1970. Principles of Instructional Design. Harcourt Brace Jovanivich College Publisher. San Diego.

Hackathomal, Jana Erin D. Solomon, Kate L. Blankmeyer,Rachel E. Tennial, and Amy M. Garczynski 2011, Learning by Doing: An Empirical Study of Active learning Teaching Techniques. The Journal of Effective Teaching an online journal devoted  to teaching excellence, Vol. 5. issue 2. 40-54.

Hajar, Ibnu. Hypnoteaching, Yogyakarta: Diva Press. 2011.

Jensen, Jamie L Tyler A. Kummer, and Patricia D.d. M. Godoy, 2014 Improvements from a Flipped Classroom May Simply Be the Fruits of Active Learning,  CBE—Life Sciences Education, Vol. 5. 1-12 Jeogolan,2009, Pengertian Belajar,http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar.

Majid. Abdul. 2014. Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Miarso, Yusuf hadi., dan Eko Suyanto. 2011. Kumpulan Materi Kuliah Mozaik Teknologi Pendidikan. PPSJ Teknologi Pendidikan Unila. Lampung.

Min, Khon Chon, Abdullah Mad Rasid dan Mohd Ibrahim Nazri, 2012. Teacher’ Understanding and Practice towards themtic approach in Teaching Integrated Living Skill (ILS) in Malaysia,International journal of Humanities and Social Science, Vol. 2. 273-281.

 Munasik. 2014. Kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam Menerapkan Pembelajaran Tematik di Sekolah.Pangkal pinang : Universitas TerbukaSukmadinata, Nana S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

 Navis, Ali Akbar. HYPNOTEACHING, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013

 Nurazidawati Mohamad Arsad. 2011. Penyepaduan kemahiran-kemahiran abad ke- 21 dalam pengajaran dan pembelajaran biologi. Tesis Sarjana pendidikan, Fakulti pendidikan, university Kebangsaan Malaysia.

 Ozmen &  Yildrim. 2011. Effect of Worksheets on Student’s Succes: Acid and Based Sample.(Online) Journal of Turkish Education. Vol.  2, No. 2. Available: http://www.academia.edu. [15st of October 2015]

Sari, Farida Yunita dan Mr. Mukhlis. Hypnolearing, Jakarta: Transmedia Pustaka, 2011.