PEMBENTUKAN KARAKTER DENGAN MENGASAH SOFT SKILL DI SEKOLAH

Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan selain itu di bidang pendidikan, pembangunan juga berupaya meningkatkan kualitas manusia Indonesia guna mewujudkan masyarakat yang maju, yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan bertujuan untuk menghasilkan lulusan atau sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan kompetitif. Lulusan tersebut diharapkan selain menguasai hard skills juga harus memiliki soft skills. Agar tujuan tersebut tercapai, maka penyelenggara pendidikan harus mengupayakan terjadinya transform of knowledge dan transform of value secara seimbang. Namun secara umum pendidikan di Indonesia saat ini lebih menekankan pada pengetahuan teknis atau hard skill dan kurang memberikan keterampilan yang bersifat soft skills. Hal ini disinyalir menjadi faktor penyebab rendahnya kualitas lulusan yaitu berupa rendahnya daya saing lulusan serta kurang kompetitif. Hal tersebut di atas memberikan gambaran bahwa sesungguhnya kemampuan soft skills lulusan perlu ditingkatkan. Perlu dibangun kemampuan peserta didik dalam hal mengelola emosi, menghadapi stress, berkomunikasi, integrasi/kejujuran, menerima perbedaan dan sebagainya yang mana semua itu merupakan atribut dari soft skills (Drs. Endang Sadbudhy Rahayu, MBA dan I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd.; 2010).

Begitu juga dengan fenomena yang ada pada pelaksanaan pendidikan system ganda, yang sekarang menggunakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada sekolah menengah kejuruan, pada saat pencarian tempat usaha pada dunia usaha/dunia industri, terkadang dari pihak sekolah mengalami penolakan dengan alasan siswa PKL itu merepotkan pihak perusahaan. Salah satu alasan dari perusahaan itu adalah rendahnya soft skills (tutur kata, sikap dan tingkah laku) dari siswa saat mereka berada di tempat praktik. Ini salah satu bukti begitu pentingnya pembekalan soft skills bagi siswa termasuk untuk siswa setelah lulus dan memasuki dunia kerja.

Lebih lanjut, Illah Sailah (dalam Sudiana, 2010) menuliskan bahwa yang membawa atau mempertahankan orang di dalam sebuah kesuksesan 80% ditentukan oleh soft skills yang dimilikinya dan 20% oleh hard skills-nya. Hasil penelitian National Association of College and Employers (NACE) yang menyebutkan keahlian kerja berupa 82% soft skill dan selebihnya 18% hard skills. Hal ini didukung oleh penelitian yang terkait dengan Emotional quetiont oleh Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang. Menurut penelitian Daniel Goleman (dalam Lawrence Sapiro, 1997) para ahli psikologi sepakat bahwa IQ hanya mendukung sekitar 20% faktor-faktor yang mendukung keberhasilan, 80% lainnya sisanya dari faktor lain, termasuk kecerdasan implikasinya bagi lingkungan bisnis dan bagaimana cara kita mengelola diri kita sendiri dengan orang lain (Drs. Endang Sadbudhy, MBA dan I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd., 2010).

Untuk menciptakan lulusan yang dapat meraih sukses, maka sekolah merupakan salah satu tempat untuk membangun soft skills peserta didik yang nantinya akan menjadi penerus-penerus bangsa.

Soft skills adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk dengan dirinya sendiri). Dengan demikian, atribut sotf skills tersebut meliputi nilai nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter, dan sikap (Drs. Endang Sadbudhy, MBA dan I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd., 2010).

Menurut Illah Sailah dalam Sudianah soft skills atau people skills dapat dipilah menjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skills dan interpersonal skills. Intrapersonal skill adalah keterampilan seseorang dalam “mengatur” diri sendiri. Sedangkan, interpersonal skills adalah keterampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain.

Mengasah Soft Skills di Sekolah

Keberadaan institusi formal seperti sekolah merupakan salah satu media yang kondusif untuk mengasah soft skills seseorang. Pengembangan sotf skills di sekolah dapat dilakukan melalui proses pembelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler.

Soft Skills dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran guru dapat memasukkan muatan sotf skills ini mulai dari silabus dengan mencantumkan nilai karakter yang harus dikuasai peserta didik, kemudian dalam rancangan proses pembelajaran, yang dikreatifkan pada kemampuan guru dalam pengelolaan kelas.

Jadi di sini dibutuhkan keterampilan guru dalam mengolah pembelajaran, baik di kelas maupun di bengkel ataupun laboratorium, yang mana dapat menanamkan serta mengembangkan nilai-nilai toleransi, kerja sama, saling menghargai, gotong royong, dan lain-lain.

Selain kepandaian mengolah pembelajaran soft skills ini akan lebih efektif jika diikuti dan harus disertai dengan teladan dari guru yang bersangkutan.

Soft Skills dalam Ekstrakurikuler

Pengembangan sotf skills dalam kegiatan ekstrakurikuler dapat melalui kegiatan kepanduan, kepecinta-alaman, palang merah remaja, maupun olah raga, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Dari kegiatan-kegiatan tersebut peserta didik akan banyak memperoleh nilai-nilai karakter yang baik secara langsung maupun tidak langsung harus diikuti dan dipraktikan, baik itu nilai sportifitas, kedisiplinan, keterampilan, kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, beretika, dan sebagainya.

 

Soft Skills dalam Iklim Sekolah

Strategi lain yang dapat diterapkan dalam mengembangkan sotf skills di sekolah adalah melalui pembiasaan yaitu dengan menciptakan iklim atau suasana di lingkungan sekolah. Seluruh warga sekolah harus memiliki dan melaksanakan secara nyata komitmen bersama untuk menciptakan soft skills demi terciptanya lingkungan dan suasana yang baik di sekolah. Hal ini bisa dengan program literasi limabelas menit sebelum pembelajaran pertama dimulai dengan membaca kitab agama masing-masing, dengan kegiatan rutin jumat bersih dan jumat taqwa, program green and clean, yang terprogram dan dijadikan suatu pembiasaan.

Keteladanan Guru Kunci Utama

Kecakapan bergaul dan bermasyarakat atau soft skills dapat ditumbuhkembangkan dari lingkungan sekolah, baik dalam pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, dengan menerapkan berbagai macam metode pembelajaran, misalnya dengan berdiskusi, tutor sebaya, tugas kelompok, dan lain-lain yang dapat membuat peserta didik berlatih berbicara atau berkomunikasi untuk mengembangkan kemampuan secara interpersonal, baik kecakapan bersikap, berbicara, maupun bertindak.

Selain dengan pembelajaran, yang tidak kalah penting dalam pengembangan karakter peserta didik adalah dengan teladan yang harus diberikan oleh guru. Keteladanan ini akan sangat mendukung iklim sekolah, sehingga akan membuat lebih efektif keberhasilan pengembangan soft skills peserta didik di sekolah.