Menjadi Pengguna Pintar Melalui Perangkat Pintar

it’s not the gun, but the man behind it …

Di era digital, kontrol penuh ada di tangan pengguna pintar (smart user). Perkembangan teknologi bahkan dalam dunia pendidikan, menuntut kita sebisa mungkin mengikuti perubahannya. Berbagai kemudahan proses interaksi belajar mengajar dapat difasilitasi dengan perangkat pintar (smart device), kombinasi dari piranti keras (hardware) dan lunak (software) yang senantiasa berevolusi. Munculnya aneka pilihan belajar moda daring (online) tersaji saat ini, baik produk swasta seperti Google Classroom, Quipper School, Ruang Guru, dll.; maupun portal resmi buatan Kemdikbud yang dalam hal ini dikembangkan oleh Pustekkom yakni Rumah Belajar.

Model pengajaran klasikal yang murni mengandalkan tatap muka / luring (offline), kini bukanlah satu-satunya cara dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai pendidik, kita perlu adaptif terhadap fleksibilitas di atas. Guru diminta tidak terpaku dengan metode konvensional yang belum tentu masih relevan dengan karakteristik pelajar sekarang. Jamaknya penggunaan gawai berbasis teknologi dan informasi seperti smartphone dan tablet di tengah kehidupan para siswa-siswi, seyogyanya dapat dijadikan sarana komunikasi yang efektif dan efisien dalam upaya menyampaikan muatan kurikulum yang diharapkan pemerintah. Implementasi blended learning perlu lebih digiatkan!

Namun, segala sesuatu selalu memiliki dua sisi, positif dan negatif. Kemudahan yang nampak dari modernisasi dunia IPTEK juga memiliki dampak buruk. Terkadang manusia hanya memenuhi dahaganya untuk memiliki alat (mencoba up to date) dalam melengkapi kebutuhan tuntutan zaman. Padahal sebagian besar pemakaian masih berkutat di masalah entertainment. Aplikasi dengan kategori seperti percakapan instan, jejaring sosial, gaming, dan multimedia masih mendominasi konten peralatan TIK murid. Minimnya minat dalam mengeksplorasi materi pelajaran mutlak perlu dimediasi guru untuk meng-update dan meng-upgrade pemahaman belajar mereka.

Rendahnya kemauan guru dalam memenuhi standar kemampuan pengelolaan mengajar berbasis komputasi merupakan kendala terbesar proses pembelajaran abad 21. Pergeseran paradigma masyarakat yang mulai melek IT perlu diikuti dengan keterampilan pedagogik pendidik dalam usahanya mencerdaskan anak bangsa. Sebaiknya kita tidak perlu memaksakan pengalaman belajar di masa lampau, tapi ikut menyatu dalam dunia pembelajar milenial supaya lebih tepat guna dan sasarannya. Kita harus menghadirkan ekosistem pembelajaran melalui perangkat yang dimiliki supaya mereka bisa merasakan mudahnya proses belajar dari belum tahu menjadi tahu.

where there’s the will, there’s the way …