Pembelajaran berbasis TIK di Sekolah Pesisir, Why Not?

Oleh: Lilik Fitrianasari, S.Pd

Guru IPA SMP Negeri 6 Kuaro, Paser, Kaltim

Sahabat Rumah Belajar Prov. Kaltim Tahun 2022

Sangat mustahil jika dilihat dari keadaan geografisnya. SMP Negeri 6 Kuaro merupakan sekolah di daerah pesisir tanpa adanya akses darat, listrik, air bersih serta internet yang mumpuni. Namun penulis tidak patah arang untuk mengikuti kegiatan PembaTIK Tahun 2022 hingga Level 4, hal itu hanya demi memperkenalkan dunia baru pada siswa. Inilah cerita saya, Lilik Fitrianasari, seorang guru IPA dari daerah Pesisir Kabupaten Paser Kalimantan Timur, dengan segala keterbatasan yang ada telah mampu melalui kegiatan PembaTIK hingga Level 4.

Siswa SMPN 6 Kuaro belum terlalu mahir dalam menggunakan Teknologi, hal yang wajar jika dilihat dari keadaan yang mereka hadapi. Namun pada Tahun 2021, SMPN 6 Kuaro mendapatkan bantuan TIK berupa Chromebook untuk Pendidik. Bantuan DAK tersebut didapatkan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Namun hal tersebut tidak diiringi oleh sinyal internet yang memadai dari Pemerintah setempat. Dengan adanya bantuan tersebut seperti memiliki tujuan tertentu, mengapa sekolah Blank Spot dapat menerima bantuan TIK?? Menurut penulis hal tersebut pasti memiliki kesinambungan terhadap bantuan sinyal internet selanjutnya.

Dalam kurun waktu satu tahun, penulis merasa chromebook tersebut hanya sia sia saja jika tidak dimanfaatkan. Oleh karena itu penulis berinisiatif untuk memanfaatkan chromebook tersebut dalam pembelajaran IPA berbasis Portal Rumah Belajar, yang mana juga menjadi Tugas Akhir Penulis dalam kegiatan PembaTIK Tahun 2022.

Perjuangan kami dimulai dari mencari sinyal internet. Kami harus menuju pinggir laut untuk mendapatkan sinyal dengan berjalan kaki sekitar tiga puluh menit. Siswa kami pun harus memposisikan ponselnya lebih tinggi saat mengakses Platform Rumah Belajar. Di pinggir laut juga ada warga yang berbisnis voucher internet, kami harus mengeluarkan uang Rp.5.000,- per enam jam. Namun hal tersebut terbayarkan dengan melihat antusiasme siswa SMPN 6 Kuaro. Penulis membimbing mereka mulai dari mengunduh Platform tersebut di Playstore. Penulis juga memperkenalkan berbagai fitur-fitur yang ada mulai dari Sumber Belajar, Buku Sekolah Elektronik, Laboratorium Maya, Edu Game, Wahana Jelajah Angkasa, dan masih banyak lagi. Penulis membimbing siswa satu persatu agar mereka mahir menggunakan Platform tersebut secara mandiri diluar jam sekolah. Siswa kami sangat antusias, selain gratis mereka juga dapat melatih pemahaman mereka sendiri melalui fitur bank soal, mereka juga dapat mengunduh buku pelajaran apapun secara gratis dari genggaman mereka. Siswa kami sangat bersemangat saat membuka fitur Wahana Jelajah Angkasa, dengan mengeksplor fitur tersebut, mereka dapat melihat keadaan luar angkasa yang sebenarnya. Selama ini mereka hanya melihat dari buku pelajaran. Tentu ini merupakan hal yang baru bagi mereka. Lalu dengan fitur Laboratorium Maya, terdapat siswa yang lebih antusias ketika dapat melakukan kegiatan praktikum secara virtual. Belum lagi siswa yang suka bermain game, mereka dapat memanfaatkan fitur Edu Game agar dapat bermain sambil belajar.

Selain memperkenalkan Portal Rumah Belajar kepada siswa-siswa SMP Negeri 6 Kuaro. Penulis juga memperkenalkan Portal tersebut pada rekan sejawat. Dengan segala keterbatasan kami mencoba untuk belajar mengeksplor berbagai fitur-fitur yang ada. Saat itu teman sejawat saya dengan basic Guru Bahasa Indonesia bertanya, apakah fitur yang menarik untuknya. Penulis pun menawarkan fitur Karya Bahasa dan Sastra. Fitur ini sangat cocok dengan teman sejawat penulis tersebut agar dapat memperluas pemahamannya tentang sastra. Begitu pun dengan sejawat penulis selanjutnya yang sangat antusias dengan fitur Peta Budaya, rekan penulis tersebut memiliki background IPS. Ia sangat bersemangat dalam menjelajahi berbagai fitur. Saya pun menerangkan bahwa Peta Budaya berisi peta Indonesia dari Sabang sampai Merauke dengan segala budaya yang ada. Hanya dengan meng’klik’ peta provinsi yang ingin kita ketahui budayanya, maka Rumah Belajar akan menghantarkan kita ke provinsi tersebut dengan memperkenalkan berbagai budaya nya. Seolah olah kita pergi ke provinsi tersebut dan mengenal budaya provinsi yang kita jelajahi.

Dengan Pembelajaran Berbasis TIK, siswa SMP Negeri 6 Kuaro menjadi lebih bersemangat dan sangat antusias dalam pembelajaran. Walaupun kami harus pergi ke pinggir laut dengan berjalan kaki, namun rupanya hal tersebut tidak menyurutkan semangat siswa SMP Negeri 6 Kuaro. Penulis pun sebagai guru menjadi malu jika harus mengeluh dengan keadaan. Akhir kata walapun kami di daerah pesisir, tanpa jaringan internet yang memadai, kami pun bisa melaksanakan pembelajaran inovatif berbasis TIK dengan Platform Rumah Belajar. Tetap semangat guru-guru terpencil lainnya. Tetap ingatlah, bahwa ada siswa yang menunggu kehadiran kita sebagai guru yang pembelajar, guru yang inovatif dan guru yang selalu membawa perubahan di kelas.