“ADA MENASIG DI POLA BILANGAN ”

Pada tahun 2019, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengeluarkan kebijakan merdeka belajar untuk melakukan transformasi pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul dan berprofil Pancasila. Merdeka belajar atau pendidikan yang memerdekakan pada hakikatnya pembelajaran berpihak atau berpusat kepada siswa (student-centered learning) yang sudah dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara (KHD) sejak tahun 1922 di perguruan Taman Siswa.
Dalam pembelajaran ini, siswa dalam fase perkembangan yang sama namun bisa memiliki tingkat pemahaman dan kesiapan yang berbeda, karena itu pada pembelajaran cara dan materi divariasikan berdasarkan tingkat pemahaman dan kesiapan siswa, siswa memainkan peranan penting dengan bimbingan guru. minat, gaya, dan kesiapan belajar siswa ditempatkan sebagai prioritas sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning). Pengembangan karakter (budi pekerti) harus sesuai dengan perkembangan budaya bangsa sebagai sebuah kontinuitas menuju ke arah kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi) dan tetap memiliki sifat kepribadian di dalam lingkungan kemanusiaan sedunia (konsentris). Sehingga jelas tujuan pembelajaran dilakuakn adalah sebagai bentuk implementasi filosofi ajar KiHajar Dewantara yang berpusat pada siswa, Menguatkan kompetensi numerasi dan literasi siswa dan menjadikan stiap siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
KiHajar Deawntara menyatakan bahwa pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah (uiterlijke vrijheid) yaitu kemiskinan dan kebodohan. Sedangkan pendidikan mengarah pada memerdekakan manusia dari aspek hidup batin (innerlijke vrijheid) yaitu otonomi berpikir dan mengambil keputusan, martabat, mentalitas demokratik. Pendidikan hendaknya disesuaikan dengan kodrat alam yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan anak berada serta kodrat zaman yang merupakan muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya di Indonesia.
Pembelajaran berdiferensiasi atau differentiated instructions merupakan manifestasi pembelajaran berpihak kepada siswa yang dirancang, dilaksanakan dan dinilai untuk memenuhi kebutuhan individual siswa dengan memperhatikan kesiapan belajar (readiness), minat belajar (learning interest), dan profil belajar (learning profiles). Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar siswa dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut.
Adapun strategi pembelajaran berdiferensiasi ada 3 yaitu: diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.
Diferensiasi konten berhubungan dengan materi atau apa yang diajarkan pada siswa dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar siswa baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat siswa dan aspek profil belajar siswa atau kombinasi dari ketiganya.
Diferensiasi proses menekankan pemahaman guru tentang proses belajar siswa apakah secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada siswa-siswa. Siapa sajakah siswa yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah siswa yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara mandiri.
Sedangkan, Diferensiasi produk merupakan keberagaman dalam hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukkan pada guru bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya.
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan solusi bagi permasalahan terkait pembelajaran di kelas yang berpihak kepada kepentingan siswa. Untuk itu guru harus mampu memetakan kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar siswanya yang mungkin tingkat kompleksitasnya berbeda di masing tingkatan. Sebagai contoh di SMP Negeri 5 Penajam Paser utara dimana jumlah siswanya 549 orang, seorang guru mata pelajaran mungkin harus mengampu siswa lebih dari 200 siswa. Untuk mengatasi masalah itu, guru mapel di SMPN 5 Penajam Paser utara harus berkolaborasi dengan rekan sejawat c.q guru BP/BK, wali kelas para wakasek serta orang tua siswa.
Penerapan pembelajaran berdiferensiasi akan memberikan dampak bagi sekolah, kelas, dan terutama kepada siswa. Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tidak semua siswa bisa kita beri perlakuan yang sama. Jika kita tidak memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan siswa maka hal tersebut dapat menghambat siswa untuk bisa maju dan berkembang belajarnya. Dampak dari kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensiasi antara lain; setiap orang merasa disambut dengan baik, siswa dengan berbagai karakteristik merasa dihargai, merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk nyata, guru dan siswa berkolaborasi, kebutuhan belajar siswa terfasilitasi dan terlayani dengan baik. Dari beberapa dampak tersebut diharapkan akan tercapai hasil belajar yang optimal. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi. Pertama, berpusat pada siswa (student-centered learning) artinya pembelajaran direncanakan dengan cermat dan strategis dengan berdasar pada upaya memahami siswa secara utuh, serta menempatkan gaya, intelegensi, kemampuan awal, dan berbagai cara belajar siswa sebagai dasar pelaksanaan pembelajaran. Kedua, berpusat pada kurikulum (curriculum-centered learning). Ketiga, diferensiasi materi pembelajaran (diferrentiated-content) dimana guru harus mampu menyeleksi materi pembelajaran sesuai dengan minat, pengetahuan awal, dan gaya belajar siswa.
Sebagai manifestasi pembelajaran yang berpihak kepada siswa sesuai dengan konsepsi merdeka belajar, pembelajaran berdiferensiasi tentunya memiliki tujuan untuk membantu semua siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, menjalin hubungan yang harmonis guru dan siswa, membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri dan meningkatkan kreatifitas guru.
Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi tentunya kita akan mengalami berbagai tantangan dan hambatan. Guru harus tetap dapat bersikap positif, Untuk tetap dapat bersikap positif meskipun banyak tantangan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi adalah:
1. Terus belajar dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat lainnya yang mempunyai masalah yang sama dengan kita (membentuk Learning Community)
2. Saling mendukung dan memberi semangat dengan sesama teman sejawat.
3. Menerapkan apa yang sudah kita peroleh dan bisa kita terapkan meskipun belum maksimal.
4. Terus berusaha untuk mengevaluasi dan memperbaiki proses pembelajaran yang sudah

Pada pembelajaran differensiasi disini, Penulis melakukan Tes awal (assesmen awal Diferensiasi)) untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa, yang selanjutnya dapat menentukan strategi Diferensiasi apa yang akan dilakukan. Penulis melakukan assesmen awal dengan memberikan beberapa pertanyaan, siswa dapat menjawab secara langsung/ lisan, tertulis dalam jawaban google form, maupun ditulis di kertas, sesuai minat atau kemampuan dan kreasi mereka. Dari kegiatan ini saya memperoleh informasi bahwa siswa-siswa saya mempunyai kesiapan belajar (readiness) atau kemampuan belajar yang berbeda-beda, ada kelompok siswa yang sudah mampu dalam penguasaan materi, ada yang masih perlu bantuan, dan ada kelompok yang belum bisa/ belum mengerti sama sekali tentang materi yang akan diajarkan. Selain itu, saya memperoleh informasi bahwa siswa-siswa mempunyai gaya belajar visual, audiotori, dan kinestetik. Selain itu, saya memperoleh informasi tentang minat mereka dari kegemaran atau kegiatan yang biasa mereka lakukan.
Setelah saya melakukan pemetaan kebutuhan belajar siswa, saya menyiapkan/ merencanakan kegiatan pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan siswa, maka saya melakukan pembelajaran berdifferensiasi yang berjudul : “Ada Menasig di Pola Bilangan dengan pembelajaran STEM Berdiferensiasi”
Setelah penulis mengenal adanya pembelajaran berdiferensiasi, penulis berusaha melakukan pembelajaran berdiferensiasi disetiap kegiatan pembelajaran dilakukan. Salah satunya di materi pola bilangan dengan memodifikasi model pembelajaran yang diramu dengan baik dengan pendekatan STEM dengan permasalahan yang diangkat adalah susahnya signal di daerah pesisir sehingga membutuhkan Menara Signal yang kokoh dan tinggi sehingga bisa menangkap signal dengan baik, karena dengan signal yang timbul tenggelam menimbulkan permasalahan di daerah pesisir, yakni susahnya berkomunikasi dengan penduduk pesisir. Oleh karena itu, dengan pendekatan STEM ini siswa secara aktif dan solutif mempunyai ide membuat Menara Signal yang dapat dijadikan solusi untuk membantu aktivitas penduduk di pesisir sehingga dapat menangkap signal untuk berkomunikasi dengan lancar.
Pada pembelajaran ini, Penulis memetakan kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar (readiness) dan minat siswa dengan strategi Diferensiasi Produk. Diferensiasi produk merupakan sesuatu yang ada wujudnya yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran. Diferensiasi produk berdasarkan kesiapan belajar (readiness), memberikan tantangan/ keragaman atau variasi produk. Diferensiasi produk berdasarkan minat siswa, memberikan pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan, melalui ragam produk yang dihasilkan.Pada diferensiasi ini para siswa dapat menggunakan bantuan “PORTAL RUMAH BELAJAR dan PLATFORM MERDEKA MENGAJAR” Tujuan pembelajaran pada materi ini adalah melalui model pembelajaran Project Based Learning dengan pendekatan STEM, siswa dapat memahami cara memilih strategi dan aturan-aturan yang sesuai dengan pola bilangan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan solusi untuk membantu permasalahan penduduk tentang signal yang kurang bersahabat didaerah pesisir dan merancang desain Menara signal (MENASIG) untuk menjawab permasalahan tersebut sesuai inovasi dan kreatifitas masing-masing. Pada pembelajaran tersebut Melalui model pembelajaran Project Based Learning dengan pendekatan STEM, siswa dapat merangkai prototype MENASIG sesuai rancangan yang telah dibuat, sehingga siswa dapat menyajikan data hasil percobaan untuk menyelidiki kekuatan dari MENASIG yang dibuat, dan mengkomunikasikan prototype MENASIG yang dibuat sesuai inovasi dan kreatifitas masing-masing.
Produk desain rancangan yang dihasilkan masing-masing kelompok dapat berupa desain yang dituliskan dan digambarkan pada LKPD yang salah satu sumber belajar dari internet, sesuai kesiapan belajar dan minat siswa dalam menuangkan ide desainnya. Selanjutnya, siswa dalam kelompoknya membuat prototype MENASIG sesuai desain rancangan.
PEMBATIK

#pembatik2022 #pembatik #pembatiklevel4 #rumahbelajar #pusdatinkemendikbudristek #dutarumahbelajar2022#sahabatrumah belajar