TUMBUHNYA KREATIVITAS DAN INOVASI PEMBELAJARAN DI ERA PANDEMI

Pengantar

Di balik musibah selalu ada berkah. Sesulit apapun pandemik covid-19 yang dihadapi oleh para guru di sekolah, terdapat kebaikan bersamanya. Salah satu berkah yang dirasakan di sekolah adalah tumbuhnya inovasi pembelajaran oleh para guru. Tulisan ini akan mengungkap beberapa saja inovasi yang dilakukan oleh para guru dari sekian banyak guru hebat di tanah air. Di antara inovasi tersebut adalah pembelajaran dengan memanfaatkan aplikasi berbasis LMS (learning management system) tertentu, pemanfaatan media sosial secara asynchronous, pembelajaran dengan pendekatan blended, pelibatan orang tua murid, penerapan model-model pembelajaran inovatif, serta pembelajaran yang berorientasi kepada kebutuhan siswa. Tujuan penulisan adalah sebagai pengumpulan informasi awal dalam rangka mendorong pengembangan inovasi pembelajaran selanjutnya. Disajikannya tulisan ini kepada Anda, dengan harapan mudah-mudahan menjadi inspirasi baik bagi para guru, bagi para pengembang teknologi pembelajaran, maupun bagi para stakeholder pendidikan lainnya.   

Tantangan Menjadi Peluang

Tantangan pembelajaran di masa pandemi menjadi peluang tumbuhnya inovasi pembelajaran oleh guru di sekolah. Inovasi dapat diartikan sebagai pembaruan atau sesuatu hal yang baru atau dianggap baru oleh seseorang atau sekelompok orang. Sesuatu yang baru tersebut, bisa saja berupa ide, gagasan, cara, metode, barang, alat, teknologi, atau apa pun yang baru yang mendatangkan nilai tambah atau keuntungan bagi yang menggunakannya atau yang mengadopsinya. Inovasi diterapkan oleh seseorang dalam rangka memecahkan permasalahan secara efektif dan efisien.  Di era pandemi, sekolah menghadapi permasalahan yaitu tidak dapat melakukan pembelajaran tatap muka seperti biasa, siswa belajar dari rumah (BDR). Bagaimana agar kegiatan BDR berlangsung secara efektif, hal ini memerlukan inovasi. Diperlukan adanya suatu kreativitas guru dalam mengembangkan metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi BDR tersebut.

Guru dituntut untuk mengembangkan kreativitas dalam menciptakan suasana proses belajar mengajar, sehingga BDR menjadi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Tidak mudah mengelola kelas dalam kondisi guru dan murid berada di tempat terpisah. Meskipun berbagai teori belajar dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat memungkinkan pembelajaran dilakukan secara daring. Namun dalam prakteknya banyak hal yang harus mengalami penyesuaian. Keberhasilan pembelajaran BDR setidaknya tergantung dengan sejumlah faktor, yang terdiri dari guru itu sendiri, siswa, orang tua murid, perangkat TIK, jaringan, dll. Guru memegang peran yang sangat penting dalam menciptakan pembelajaran. Walaupun semua perangkat teknologi dan jaringan tersedia, namun apabila guru gagal menciptakan suasana pembelajaran yang baik, maka BDR akan mengalami kegagalan. Demikian pula dukungan orang tua murid sangat penting. Kerjasama guru dengan orang tua murid sangat diperlukan, terutama pada murid sekolah dasar, TK, dan PAUD. 

Inovasi lahir dari kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir alternatif gagasan baru yang berguna. Kreatif adalah sifat yang selalu mencari hal-hal baru sedangkan inovatif adalah sifat yang menerapkan solusi kreatif. Jadi Kreatif tapi tidak inovatif adalah hal yang mubazir (Rusli, 2017).  Beaty (2018) yang ahli neurosains mengungkap bahwa bukti terbaru menunjukkan, kreativitas melibatkan sebuah interaksi rumit antara berpikir spontan dan terkendali. Pada otak terdapat sebuah jaringan yang disebut jaringan kreatif tinggi yang dihasilkan oleh tiga jaringan, yaitu jaringan default, jaringan eksekutif, dan jaringan sailence.  Kreativitas merupakan hasil kerja otak, sedangkan inovasi adalah wujud atau implementasi dari kerja otak tersebut.  Jadi, seorang guru inovatif dapat dikatakan sebagai guru yang senantiasa berpikir mencari solusi terhadap masalah-masalah pembelajaran yang dihadapinya, kemudian menerapkan solusi tersebut dalam sebuah kegiatan nyata. Inovasi lahir dari adanya kegelisahan. Julaeha (2020) menyarankan sebagai seorang guru yang setiap hari berinteraksi dengan anak, maka tidaklah salah apabila terus-menerus melakukan inovasi dalam pembelajaran. Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan sistem pembelajaran merupakan salah satu penunjang akan munculnya berbagai inovasi baru yang segar dan mencerahkan.

Secara umum inovasi lahir dari adanya suatu kebutuhan. Kebutuhan tersebut bisa saja timbul dari adanya permasalahan yang dihadapi, adanya teknologi baru, adanya kebijakan baru, atau adanya rencana pengembangan, dll. Kesadaran mengenai adanya permasalahan merupakan dorongan tumbuhnya inovasi dari diri sendiri. Misalnya seorang guru yang mendapati siswa kurang motivasi belajar, maka guru tersebut akan mencari cara atau metode yang efektif untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa. Kepekaan terhadap permasalahan merupakan modal utama untuk lahirnya inovasi. Adanya teknologi baru  seperti hadirnya perangkat TIK di sekolah juga merupakan suatu inovasi di mana guru dituntut untuk dapat memanfaatkan perangkat teknologi tersebut secara tepat guna. Demikian pula adanya kebijakan baru seperti internet masuk sekolah, misalnya, melahirkan berbagai inovasi pembelajaran di sekolah. Inovasi juga bisa lahir dengan perencanaan. Misalnya sekolah yang memiliki program atau rencana jangka lima tahun ke depan akan menjadi sekolah unggulan, maka harus merancang dan merencanakan berbagai inovasi yang dibutuhkan untuk mendukung program tersebut.

Uniknya, inovasi bisa lahir juga karena keterpaksaan. Musibah pandemi covid-19 merupakan contoh yang sangat baik tentang hal ini. Di masyarakat kita dikenal ungkapan “power of kepepet”. Jadi ketika kondisi darurat, maka kreativitas tumbuh. Dalam paparan hasil Analisis Studi Pembelajaran Digital Indonesia yang dilakukan oleh Unicef, Bennett (2021) mengungkap ada 67% guru mengalami kesulitan dalam menggunakan perangkat dan platform daring. Namun sayang Unicef tidak mengungkap berapa banyak guru yang menjadi inovatif karena kesulitan tersebut. Salah satu rekomendasi dari analisis studi tersebut berbunyi; Menyesuaikan metode pengajaran berdasarkan kebutuhan siswa dan menghindari pendekatan ‘satu solusi untuk semua masalah’.  Tidak ada satu solusi untuk semua masalah. Dalam hal ini maka yang paling mengetahui permasalahan pembelajaran di tempat masing-masing adalah guru yang bertugas di sekolah tersebut. Oleh karena itu, guru perlu dibekali kemampuan dan juga kepercayaan diri untuk mengambil solusi terhadap permasalah pembelajaran bagi siswanya. Dalam pengantar Simposium Pembelajaran Digital Berkualitas, Dirjen GTK, Iwan Syahrir (2021) menyampaikan bahwa guru harus siap bertransformasi untuk nyaman dalam ketidaknyamanan. Guru harus mau berubah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang. Setiap perubahan akan menimbulkan ketidaknyamanan sementara, dan pada akhirnya akan ketemu dengan kenyamanan baru (new normal). Kebijakan merdeka belajar dalam hal ini harus juga sampai kepada guru, agar guru merdeka untuk mengembangkan strategi dan inovasi pembelajaran, tanpa khawatir disalahkan oleh kepala sekolah atau penilaian dari pengawas. Pengalaman guru “terbentur-bentur” mencari solusi di era pandemi, seyogyanya menjadi modal yang mendukung arah kebijakan merdeka belajar. Hal tersebut diperkuat oleh Nunuk (2021) yang mengatakan bahwa salah satu faktor penting dalam kebijakan merdeka belajar ke depan adalah guru sebagai fasilitator belajar dan pelatihan guru berdasarkan praktik. Bagi para guru, kondisi pandemi merupakan suatu tantangan yang dapat menjadi peluang untuk merdeka mengembangkan berbagai inovasi pembelajaran.

Inisiatif Pengembangan Inovasi Pembelajaran

Untuk mengetahui lebih jauh tentang apakah kondisi pandemik menumbuhkan kreativitas dan inovasi pembelajaran, kami telah melakukan wawancara dan diskusi secara daring asynchronous terhadap sejumlah guru dari berbagai daerah dan berbagai jenjang pendidikan. Mereka adalah guru inovatif yang tahun 2020 yang lalu telah mengikuti bimbingan teknis; Dasar-dasar Pengembangan Pusat Sumber Belajar, Pengembangan Model-model Pembelajaran Inovatif, serta Pembuatan Media Pembelajaran berbasis TIK. Guru-guru yang diwawancarai adalah merupakan peserta terbaik yang mengikuti semua program tersebut, dan mereka berhasil menyelesaikan seluruh tugas-tugas. Pada akhir bimtek dilakukan sesi sharing, di mana guru-guru tersebut telah mempresentasikan inovasinya dalam pengembangan media pembelajaran dan penerapannya dalam berbagai model pembelajaran inovatif. Sesi sharing tersebut diikuti oleh seluruh peserta bimtek serta seluruh instruktur dan pembahas dari unsur ahli teknologi pembelajaran.

Dari hasil wawancara jarak jauh asynchronous (melalui WA), berikut disajikan sejumlah solusi yang mereka lakukan sesuai dengan kondisi masing-masing. Kasus-kasus pengembangan inovasi pembelajaran ini cukup menarik dan bervariasi, mudah-mudahan menjadi inspirasi dan masukan baik bagi sesama guru, tenaga kependidikan, ataupun para pengambil kebijakan. 

  1. Model Blended dengan Melibatkan Orangtua

 

 

Bu Samini, guru SD di Jakarta telah mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menggabungkan (blend) berbagai pendekatan. Permasalahan yang dihadapi, antara lain, siswa umumnya tidak memiliki gawai. Untuk akses internet, siswa menggunakan HP orangtua. Sedangkan pada siang hari HP tersebut dipakai untuk bekerja, sehingga siswa hanya punya waktu malam hari. Bu Samini mengupload bahan belajar pada blog malam hari, beliau juga meminta orang tua agar mendampingi putra putrinya saat membuka blog di malam hari. Berikut penuturan Bu Samini:

Saya Samini, guru kelas 5 SDN Jatinegara 08 kecamatan Cakung Jakarta Timur. Sekolah kami berada tak jauh dari stasiun Buaran, di seberang rel kereta. Rata-rata penduduk di sekitar sekolah kami bekerja sebagai buruh pabrik karena lokasi sekolah juga berdekatan dengan Kawasan Industri Pulogadung. Sebagian lagi bekerja sebagai driver ojek online, dan pedagang keliling.

Wilayah sekolah kami ini termasuk zona merah dari awal pandemi covid-19 hingga bulan Juni 2021. Kondisi ini menyebabkan sekolah kami tidak dapat menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan full daring. Namun demikian kami tetap melayani peserta didik yang tidak memiliki gadget, dengan home visit dengan tetap mengikuti protokol kesehatan.

Permasalahan pembelajaran yang kami hadapi selama pandemi adalah: 

  • Siswa kurang semangat belajar, beberapa wali murid mengeluh dengan kegiatan belajar jarak jauh. Diantaranya karena anak cenderung tidak patuh kepada orang tua. Anak lebih mendengar kata-kata gurunya.
  • Beberapa siswa tidak memiliki gadget, gadget dibawa orang tua bekerja, 1 HP digunakan bergantian dengan kakak/adik, dan kehabisan kuota internet.

Saya menggunakan model pembelajaran flipped classroom dan blended learning (tatap muka virtual dengan zoom dan google meet, penugasan di google classroom) Saya memposting materi di blog pada malam hari. Harapan saya keluarga dapat mendampingi belajar karena pada malam hari tersebut semua anggota keluarga ada di rumah. Sehingga ketika besoknya HP dibawa bekerja, anak sudah mendapatkan materi belajar dan sudah mempelajari bersama orang tua.  

 

2. Pembelajaran Asinkronus dengan Media Pembelajaran berbasis Android

 

Bu Yessi seorang guru Kimia di SMAN 7 Palangkaraya menghadapi siswa dengan masalah kebosanan belajar daring. Berbagai upaya sudah dilakukan, antara lain dengan memanfaatkan berbagai media pembelajaran, menerapkan model pembelajaran. Salah satu cara yang beliau tempuh adalah dengan mengembangkan sendiri media pembelajaran berbasis android, sehingga dapat diakses oleh siswa di mana saja dan kapan saja dengan gawai yang ada di tangan mereka. Sebagian besar waktu kegiatan pembelajaran dilakukan secara asynchronous. Berikut ini penuturan Bu Yessi:

Berdasarkan permasalahan yang ditemui selama pembelajaran di masa Pandemi Covid-19 ini, maka dilakukan perbaikan pembelajaran. Berbekal dengan keterampilan dalam membuat media pembelajaran menggunakan aplikasi iSpring dan Smart Apps Creator, maka guru merancang media pembelajaran berbasis android yang dapat dipergunakan secara offline (Smart Apps Creator) serta sistem online dan offline (menggunakan iSpring Suite 9) dengan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi salah satunya adalah SOLE, flipped classroom dan Project Based Learning yang disesuaikan dengan karakteristik materi ajar. Pembelajaran tetap dilaksanakan secara asinkron menggunakan aplikasi yang sudah dibangun dan disesuaikan dengan kecepatan peserta didik. Bahan ajar, LKS, latihan soal dalam bentuk games dan evaluasi semua dikemas dalam satu aplikasi, video pembelajaran dimuat dalam aplikasi tersebut. 

Penyusunan media pembelajaran didasarkan pada konsep pembelajaran kontekstual atau menerapkan wawasan green chemistry dalam praktikum kimia. Siswa dapat melakukan percobaan kimia menggunakan alat dan bahan yang tersedia di rumah dengan menerapkan konsep green chemistry berdasarkan LKS yang telah disusun oleh guru. Hasil percobaan/praktikum siswa dilaporkan melalui instagram yang dilaporkan secara kelompok. Peserta didik dapat memilih waktu untuk mengupload hasil praktikum, karena beberapa siswa yang kesulitan akses internet. Pelaporan berupa foto-foto alat dan bahan, proses percobaan, dan hasil percobaan. Selain itu, siswa yang memiliki kompetensi yang lebih baik dan tinggal di daerah yang akses internetnya kuat dapat membuat konten berupa video kemudian mengupload ke YouTube dan berbagi link ke guru.

Pembelajaran dengan memanfaatkan aplikasi yang dibangun dari iSpring Suite dan Smart Apps Creator dan menerapkan praktikum berbasis green chemistry pada materi yang berpraktikum dan pemanfaatan Instagram dapat melatih literasi sains peserta didik serta literasi digital peserta didik. Literasi sains peserta didik aspek pengetahuan (konten dan konteks) dengan gain score sebesar 0,87, dengan kriteria sangat tinggi. Sedangkan literasi aspek proses (kompetensi) dengan persentase rata-rata sebesar 76,06% dengan kategori baik. Respon peserta didik terhadap proses pembelajaran dengan memanfaatkan Instagram sebesar 81% dengan kategori kuat. Respon peserta didik terhadap pembelajaran berbasis praktikum green chemistry dengan persentase 86% dengan kategori sangat kuat.  

 

3. Pembelajaran dengan Memanfaatkan Kelas Maya

 

Bu Hasibuan adalah seorang guru SMK di kota Medan. Permasalahan yang dihadapi antara lain siswa malas mengikuti kelas daring karena sedang bekerja, tidak punya perangkat, payah belajar dengan menggunakan IT. Akibatnya semakin banyak siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, Bu Hasibuan mencoba menggunakan LMS Kelas Maya Rumah Belajar. Namun untuk itu beliau harus terlebih dahulu memberikan bimbingan penggunaan LMS secara tatap muka bergantian.  

Nama saya Juniyanti Khoiriyah Hasibuan, S.Pd, sehari – hari mengajar Mata Pelajaran Fisika di SMK Negeri 14 Medan ( dahulunya merupakan SMK Negeri Binaan Provinsi Sumatera Utara ). Sekitar Bulan Maret Tahun 2020, mendadak kegiatan mengajar yang selama ini saya laksanakan harus dihentikan dikarenakan sedang merebaknya wabah Pandemi covid 19. Saya dituntut untuk tetap memberikan pembelajaran, tetapi tidak boleh secara langsung tatap muka dengan siswa. Pada saat itu saya tidak punya ide apa yang harus saya lakukan. Kebetulan Bimbel anak saya juga melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Mereka memakai whatsapp group sebagai sarana. Guru Bimbelnya mengirimkan percakapan absensi, membagi video materi, bertanya, dan siswa bimbel harus menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru bimbel saat itu juga dan langsung dinilai. Saya langsung mengadopsi cara ini. Tetapi saya menghadapi kendala diantaranya tidak semua siswa memiliki Android atau Smartphone sendiri karena siswa kami hampir sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu sehingga pembelajaran hanya diikuti oleh 4 orang siswa yang aktif, kejadian seperti itu berlangsung di semua kelas yang saya ampu . Kebetulan ada seorang teman saya yang mengirimkan informasi tentang PembaTIK Kemdikbud. Saya langsung mengikuti. Setelah belajar banyak,saya mengubah strategi di tahun ajaran baru.

Tahun ajaran baru 2020 semester ganjil setelah mengenal LMS Kelas Maya Rumah Belajar, saya menggunakannya sebagai kelas virtual saya. Dan komunikasi tetap menggunakan whatsapp group. Kendala yang saya hadapi adalah siswa belum siap menggunakan teknologi, sehingga saya harus bekerja sampai larut malam hanya untuk membantu siswa yang sedang kesulitan mengumpulkan tugas di Kelas Maya Rumah Belajar. Selain itu keaktifan siswa juga semakin berkurang karena mereka malas mengikuti kelas daring dengan latar belakang sedang bekerja, tidak punya perangkat, payah belajar dengan menggunakan IT. Akibatnya semakin banyak siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran.

 Di semester genap TP 2020/2021, saya kembali mengubah strategi. Saya tetap menggunakan kelas Virtual yaitu Kelas Maya Rumah Belajar, dan saya meminta siswa datang ke sekolah dengan cara bergantian. Saat disekolah saya membimbing siswa untuk memakai Kelas Maya Rumah Belajar. Kesulitan siswa bukan semata di Mata Pelajaran, tetapi juga di Penggunaan IT. Setelah melakukan Strategi ini, semua siswa dapat tuntas dalam pembelajaran.

Di tahun ajaran baru ini,saya menggantikan tatap muka langsung dengan tatap muka virtual. Saya memakai google site sebagai papan informasi kepada siswa yang berupa Materi Pembelajaran, Link tatap muka virtual dan kantong tugas. Jika ada siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran, saya mengajak siswa tersebut untuk tatap muka virtual instan,dan saya meminta siswa menunjukkan kesulitannya dalam mengerjakan tugas yang saya berikan. Cara ini sangat efektif untuk meningkatkan keinginan belajar siswa dan keterampilan siswa. 

4. Pembelajaran Berorientasi pada Keaktifan Siswa

Bu Intan bertugas di sekolah perkotaan dengan sarana TIK sangat memadai. Permasalahan yang dihadapi adalah kondisi kepemilikan gawai siswa yang heterogen serta keinginan siswa untuk segera kembali masuk sekolah seperti biasa. Solusi yang diambil adalah pembelajaran dilakukan dengan mengunjungi siswa yang tidak punya gawai dan menerapkan pembelajaran daring bagi siswa yang memiliki akses internet.  Platform yang digunakan adalah Google Classroom dengan kombinasi konten yang disediakan pada blog pribadi. Untuk mengatasi kerinduan siswa ke sekolah, Bu Intan juga menyelenggarakan tatap muka secara daring. Berikut ini adalah penuturan Bu Intan:

SMP Negeri 3 Banda Aceh terletak di Kecamatan Baiturrahman dengan lokasi strategis (pusat Kota)  dan merupakan sekolah dengan jumlah peserta didik terbanyak yaitu 890 Siswa dan terdiri dari 27 Rombongan Belajar (kelas VII 9 rombel, Kelas VIII 9 Rombel, Kelas IX 9 Rombel. Jumlah Guru 54  dan Tendik 9 Orang. Sarana dan prasarana memadai.  Sarana IT memadai dan jaringan internet kondisinya lancar.  Permasalah pembelajaran yang dihadapi adalah kepemilikan gawai yang heterogen. Sebagian siswa tidak memiliki perangkat TIK, sehingga tidak bisa akses ke internet. Di samping itu, peserta didik sudah sangat ingin kembali ke sekolah dan berinteraksi dengan teman serta guru-gurunya 

Solusi yang diambil adalah dengan mengunjungi peserta didik yang terbatas pada gawai dan kuota (sudah dilakukan walaupun kami akui masih sangat terbatas). Sedangkan bagi siswa yang dapat akses ke internet dilakukan pembelajaran dengan moda dan aplikasi pembelajaran daring  sehingga pembelajaran yang disajikan menarik bagi peserta didik. Menggiatkan pembelajaran menggunakan vicon ( Google meet ) agar dapat meminimalisir kerinduan siswa akan sahabat dan gurunya. Model pembelajaran dan strategi atau langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan beberapa model pembelajaran daring kombinasi dan daring yang berorientasi pada keaktifan siswa seperti  PJBL, Blended learning, Flipped Classroom sehingga peserta didik mendapatkan pembelajaran yang bermakna dan mendapatkan tujuan belajarnya. 

Platform yang digunakan untuk pembelajaran adalah Google Class Room. Materi pembelajaran disajikan menggunakan sumber belajar digital dan nondigital. Pembelajaran, Penugasan dan Penilaian dilakukan baik secara synchronous maupun asynchronous. Agar pembelajaran dapat berlangsung dua arah maka beberapa guru juga memanfaatkan dengan memanfaatkan fitur, aplikasi- aplikasi diskusi interaktif virtual seperti Padlet, Jamboard dan Menti, google slide, papan tulis virtual dll. Penggunaan aplikasi ini memungkinkan  peserta didik untuk menyalurkan ide, pendapat, masukan, umpan balik sehingga menjadi semacam ruang diskusi bagi guru dan peserta didik. 

5. Pembelajaran dengan Menyesuaikan Kondisi Siswa

Bu Rugun yang mengajar di SMP Doloksanggul, Sumatera Utara menghadapi masalah yang lebih serius dibanding dengan guru-guru di daerah lainnya. Permasalahan utama  adalah kurangnya motivasi siswa untuk belajar secara daring. Di samping itu, tidak adanya perangkat dan koneksi jaringan menjadi alasan lain. Oleh karena itu, Bu Rugun terpaksa harus mencetak (print) materi dan soal-soal, kemudian mengantarkannya ke rumah siswa. Sementara itu, bagi siswa yang memiliki koneksi internet dapat mengikuti pembelajaran secara daring. Untuk pembelajaran daring asynchronous terutama digunakan watch up (WA). Sedangkan media pembelajaran antara lain video, powerpoint, infografis, dll. Berikut penuturan Bu Rugun;

Nama Rugun Nisba Purba,S.Pd, unit kerja di SMP Negeri 4 Doloksanggul. Situasi  Sekolah Saat ini siswa belajar dari rumah dengan sistem daring, guru-guru mengadakan daring dari sekolah. Permasalahan pembelajaran yang dihadapi antara lain;  tidak semua siswa terjangkau belajar secara daring, siswa kurang minat dalam pembelajaran, siswa mengeluh kuota internet dan gadget yang tidak ada. Sedangkan solusi  yang diambil; bagi siswa yang tidak terjangkau daring kami memprint dan mengkopi materi atau soal di antar ke rumah siswa, menumbuhkan semangat belajar siswa dengan metode dan model pembelajaran yang bervariasi, serta menghubungi siswa atau orang tua yang tidak aktif daring.

Proses pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi WA

  1. Pertama menyapa siswa melalui Whatsapp,menanyakan kabar dan keadaan siswa
  2. Memberikan materi dibagikan di WA dengan video,gambar,infografis,poster dll
  3. Mengadakan tanya jawab di WA
  4. Mengadakan kuis dengan Kahoot, Quizizz
  5. Mengadakan penilaian melalui google classroom dan print soal diantar ke rumah siswa

Bu Rani di SMKN Pangkalan Baru Bangka menghadapi masalah yang lebih kurang sama dengan Bu Rugun. Banyak diantara siswa yang kurang minat (malas) untuk belajar secara daring. Bahkan sebagian siswa memanfaatkan waktu BDR untuk bekerja paruh waktu di perusahaan tambang inkonvensional timah. Untuk mengatasi masalah tersebut Bu Rani melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas. Namun banyak orangtua yang keberatan karena kasus covid di Bangka sangat tinggi. 

Berikut ini penjelasan Bu Rani: Bagi siswa yang memiliki akses internet, dilakukan pembelajaran secara daring. Materi pembelajaran dan tugas saya letakkan di blog ataupun Google Classroom  (GCR), sehingga siswa yang tatap muka di sekolah dan daring dapat membaca materi dan mengerjakan tugas. Praktek yang seharusnya menggunakan laptop saat pandemi memanfaatkan aplikasi yang ada di Android, antara lain Google doc, Google sheet, Google Slide. Siswa tergabung di grup WA Guru dan GCR Guru sehingga dapat mengakses materi dan tugas yang Guru berikan. Guru dan siswa dapat berdiskusi secara maya dan saat giliran tatap muka siswa dapat mempresentasikan/ mendemonstrasi kan hasil kerja siswa. Pendekatan yang dilakukan baik oleh Bu Rani dan Bu Rugun adalah menyesuaikan pembelajaran dengan kondisi siswa.  

Penutup

Dari sejumlah contoh kasus di atas menunjukkan telah tumbuhnya kreativitas dan inovasi pembelajaran oleh para guru sebagai respon terhadap pandemi.  Pada inovasi tersebut dapat ditemukan sejumlah perubahan penting yang bukan sekedar perubahan teknologi tapi juga perubahan nilai, antara lain;  1) pembelajaran asinkronus telah mengubah pola jam belajar di sekolah yang semula terbatas menjadi jam belajar yang tidak terbatas, 2) peran guru mengalami perubahan bukan hanya terbatas sebagai pengajar di kelas, namun menjadi fasilitator, motivator, bahkan kreator pembelajaran, 3) sebagai konsekuensi dari point 1 dan 2 tersebut, tugas layanan guru menjadi tidak terbatas dengan jam mengajar, tapi menjadi guru sebagai penyedia layanan belajar 24 jam, 4) kerjasama antara guru dengan orang tua murid menjadi sangat jelas diperlukan, di mana orang tua murid dipaksa harus kembali memegang peran utama dalam pembelajaran, sedangkan guru sebagai peran pendukung atau fasilitator saja.

Secara umum para guru megembangkan inovasi pembelajaran di era pandemi dengan tetap memperhatikan kaidah ilmiah dengan langkah-langkah sebagai berikut; 1) Melakukan analisis permasalahan, 2) Mengidentifikasi solusi (penyelesaian) masalah, 3) Menyusun rancangan pembelajaran, 3) Menyiapkan bahan dan sumberdaya, 4) Melaksanakan aktivitas pembelajaran, 5) Melakukan evaluasi dan revisi.

Dari sejumlah kasus yang telah disebutkan di atas, kita dapat memahami, pembelajaran adalah seni. Seni para guru mengolah dan menata semua komponen pembelajaran sehingga terjadi harmoni sesuai dengan ritme dan gaya belajar siswa, pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan.

Terdapat beberapa kemiripan permasalahan yang dihadapi, antara lain; tidak meratanya kepemilikan gadget, ketersediaan kuota internet, dan motivasi siswa yang menurun akibat pandemi. Menghadapi kondisi yang bervariasi tersebut, bahkan pada level mikro pun guru tidak menerapkan satu solusi untuk semua. Namun, para guru tersebut telah melakukan pembelajaran secara bervariasi sesuai dengan kondisi siswa. Artinya, guru telah memperhatikan kebutuhan belajar siswa secara individual. (Kusnandar, PTP Madya Pusdatin).

 

Bahan Pustaka

Bennet, Katherin, Analisis Studi Pembelajaran Digital Indonesia, Unicef 2021

Beaty, Roger, Mengapa Orang Menjadi lebih Kreatif. The Conversation, 2018 https://theconversation.com/mengapa-beberapa-orang-bisa-lebih-kreatif-dari-yang-lain-91241 

Julaeha, Juju, Didik Suhardi, dan Kusnandar, Inovasi Pembelajaran yang Mengintegrasikan TIK, modul 12 Pembelajaran Berbasis TIK (Pembatik), Pusdatin, 2020

Rusli, Muhammad, Membangun Kreativitas dan Inovasi. http://kotaku.pu.go.id:8081/wartaarsipdetil.asp?mid=8772&catid=2& 

Ciri Orang Kreatif. https://www.sehatq.com/artikel/ciri-ciri-orang-kreatif-apakah-anda-memilikinya

Suryani, Nunuk, paparan pada Forum PTP, Menjadi PTP yang Wellbeing, 26 Agustus 2021

Syahrir, Iwan, Simposium Pembelajaran Digital Berkualitas, 30 Agustus 2021