Sebuah Gagasan Model Pembelajaran Kolaboratif Pasca Pandemi pada Portal Rumah Belajar

 

Pengantar

Tulisan ini merupakan gagasan awal tentang sebuah model pembelajaran kolaboratif yang melibatkan sejumlah besar siswa secara masif. Siswa secara berkelompok-kelompok menyelesaikan suatu proyek kolaborasi. Satu kelompok   terdiri dari 10 – 15 orang siswa dan didampingi oleh guru pembimbing. Mereka bukan berasal dari satu sekolah yang sama, tapi berasal dari berbagai sekolah di tanah air, bahkan di luar negeri. Tidak juga berasal dari satu jurusan yang sama, tapi bisa lintas jurusan. Sebagian besar aktivitas diselenggarakan secara online pada portal Rumah Belajar. Pada portal ini disediakan ruang kelompok kolaboratif sebanyak-banyaknya. Setiap kelompok memiliki display gagasan dan display hasil kolaborasi. Secara simultan, bisa berjalan ratusan atau mungkin ribuan kelompok aktif belajar di ruang masing-masing. Setiap kelompok membahas sebuah gagasan atau menyelesaikan suatu proyek sesuai dengan kesepakatan mereka masing-masing. Hasil kerja kelompok akan ditampilkan dalam suatu display yang bisa diakses dan di review oleh para pengunjung. Antar kelompok dapat saling mengunjungi dan saling memberikan apresiasi terhadap hasil kerja kelompok lainnya.

Sejumlah kompetensi yang diharapkan berkembang dari pembelajaran kolaboratif tersebut, antara lain; menumbuhkan keberanian mengambil inisiatif untuk mengajukan suatu gagasan, kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi, kemampuan memimpin dan mengelola suatu kegiatan bersama, menumbuhkan kebersamaan sebagai sesama siswa Indonesia, menumbuhkan semangat kompetitif dan prestasi, menumbuhkan rasa saling apresiasi antar kelompok, dll.

Kajian

Terkait kemungkinan dapat dilaksanakannya pembelajaran kolaboratif berbasis TIK dengan memanfaatkan portal Rumah Belajar didukung oleh sejumlah fakta dan penelitian terdahulu. Rumah Belajar didukung oleh lebih dari 100 orang guru Duta Rumah Belajar (DRB) dan ribuan Sahabat Rumah Belajar (SRB) di seluruh provinsi. Portal ini juga berisi ribuan judul konten digital yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara luas. Penelitian Nurhayati (2016) terkait pemanfaat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk implementasi Kurikulum 2013, antara lain menyimpulkan bahwa siswa dituntut sebagai partisipan aktif, menghasilkan karya dan berbagi (sharing) pengetahuan/keterampilan serta berpartisipasi sebanyak mungkin baik saat belajar secara individu maupun kolaboratif dengan siswa lain, melakukan eksplorasi dalam berbagai aktivitas mulai dari melihat, menanya, menalar,mencoba, dan mengomunikasikan dengan menggunakan TIK sebagai  sarananya. Bambang Warsito (2019) menyimpulkan Rumah Belajar dapat dimanfaatkan untuk sarana meningkatkan prestasi hasil belajar peserta didik yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Sedangkan Kusnandar (2021) menyebutkan bahwa kolaborasi saat ini merupakan suatu keniscayaan, sehingga siswa harus dibekali kemampuan kolaborasi sejak dini. Secara lebih fokus Darmawan (2013) mengadakan penelitian tentang pengaruh pendekatan pembelajaran blended learning dengan memanfaatkan portal Rumah Belajar. Hasil penelitian tersebut antara lain menyimpulkan bahwa secara keseluruhan hasil belajar IPA Terpadu kelompok siswa yang menggunakan pendekatan blended learning lebih tinggi daripada kelompok siswa yang menggunakan pendekatan kontekstual. Hasil penelitian tersebut memberikan dukungan bahwa portal Rumah Belajar memiliki potensi untuk meningkatkan pembelajaran, baik pada proses maupun hasil belajar.

Saripudin (2021) dkk melakukan survei terhadap pimpinan sekolah, guru, dan siswa terkait kebutuhan model pembelajaran kolaboratif dengan memanfaatkan TIK. Survei ini ditujukan untuk; 1. menggali informasi awal terkait kesiapan perangkat TIK untuk terlaksananya pembelajaran secara kolaboratif lintas sekolah dan lintas wilayah, 2. mengidentifikasi animo siswa, guru, serta dukungan pimpinan sekolah terhadap pembelajaran secara kolaboratif lintas sekolah, lintas wilayah, bahkan lintas negara, 3. Mengidentifikasi kebutuhan materi kolaborasi sesuai kurikulum yang paling diminati, dan, 4 mendapatkan masukan tentang desain pembelajaran kolaboratif berbasis TIK dengan memanfaatkan portal Rumah Belajar. Survei dilakukan secara purposive random sampling, yaitu dengan memilih enam regional kepulauan besar Indonesia, yang terdiri dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua. Responden survei mencapai jumlah lebih dari 5.580 orang siswa, 468 orang guru, dan 31 kepala sekolah. Respon siswa menunjukkan; 1. Secara umum kesiapan infrastruktur dan jaringan internet tersedia baik di sekolah (93%) maupun di rumah (98%), sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukannya pembelajaran secara kolaboratif berbasis TIK. 2. Animo siswa untuk mengikuti pembelajaran kolaboratif sangat tinggi (76%), mereka umumnya tertarik dengan gagasan pembelajaran kolaboratif yang melibatkan siswa lintas sekolah, lintas wilayah, bahkan lintas negara. Namun di sisi lain, siswa juga menyampaikan bahwa mereka lebih senang pembelajaran tatap muka langsung. Ini kelihatan agak bertolak belakang dengan pemanfaatan TIK, namun kemungkinan jawaban tersebut terjadi karena efek pandemi yang lama yang menyebabkan mereka sudah merasa rindu untuk masuk sekolah lagi. 3. Temuan yang cukup menarik adalah pada materi yang mereka sukai sebagai tema kolaborasi, ternyata urutan tertinggi ada pada bidang seni dan budaya (25%), agama (15%), dan Bahasa (13%). Sedangkan TIK (11%), teknik (10%), Matematik (9%) dll berada di posisi di bawahnya. Ini berbeda dengan asumsi awal peneliti, di mana model kolaborasi ini awalnya dirancang untuk menjaring animo pembelajaran coding robotik (1,1%) secara kolaborasi. Namun di sisi lain, temuan ini juga bisa sedikit mengungkap tentang posisi keunggulan siswa Indonesia yang kemungkinan terkait dengan kekayaan bangsa ini secara umum yaitu pada seni budaya, agama, dan bahasa. Hal tersebut dapat memberikan inspirasi untuk lebih mendorong kolaboratif dengan menawarkan pijakan pada kekayaan bangsa.

Landasan Teori

Model pembelajaran kolaboratif berbasis TIK dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip belajar konstruktivisme dan konektivisme. Dua teori belajar tersebut saat ini sedang berkembang dan banyak digunakan sebagai landasan dalam pembelajaran di era digital. Konstruktivisme berpandangan bahwa belajar dapat terjadi karena adanya proses internal pada diri setiap individu, di mana pengetahuan baru terbentuk dari adanya proses di dalam diri individu yang memadukan semua pengetahuan, nilai, dan sikap yang telah ada sebelumnya. Dalam proses yang berjalan tersebut kompetensi seorang individu terus berkembang dan terbentuk. Dengan demikian, dalam konstruktivisme, suatu pengetahuan baru yang disajikan atau diterima oleh siswa akan berbeda pada pembentukan (konstruksi) pengetahuan masing-masing siswa sesuai proses yang terjadi pada masing-masing individu tersebut.

Teori ini menjelaskan bahwa pengembangan pengetahuan melalui belajar merupakan proses konstruksi aktif makna-makna dari hal-hal yang dipelajari yang mana dalam proses pembuatan makna memiliki keterkaitan dengan konteks dan lingkungan di mana kegiatan belajar ataupun situasi belajar dilaksanakan. Di era digital, perancang aplikasi komputer mewadahi teori belajar Konstruktivisme dengan menyediakan forum diskusi, unggah tugas ke dalam blog, kerja kelompok dalam dunia maya (Abi Sujak, 2020).

Konstruktivisme melahirkan prinsip-prinsip pembelajaran, antara lain;

  1. Belajar adalah proses yang berlangsung secara terus menerus pada diri setiap individu.
  2. Pengetahuan sebelumnya akan menjadi landasan bagi pengetahuan berikutnya
  3. Respon yang diberikan seorang individu akan tergantung kepada pengetahuan yang telah ada sebelumnya pada individu masing-masing
  4. Belajar merupakan interaksi sosial yang memerlukan proses komunikasi antara pihak yang belajar, pihak yang mengajar dan dengan teman belajar, serta sumber belajar lainnya.
  5. Proses belajar dapat dibantu dengan teknologi, tetapi teknologi tidak dapat menggantikan proses tersebut sepenuhnya.
  6. Memberikan kemampuan belajar tentang cara belajar lebih penting daripada sekedar memberikan pengetahuan sebanyak banyaknya.

Konektivisme lahir sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi. Teori belajar Konektivisme mengajukan argumen bahwa pengetahuan terbentuk sebagai hasil dari konektivitas antar- “nodes” (titik-titik atau simpul-simpul yang berisi sumber informasi). Pengetahuan dibuat oleh hubungan antar berbagai individu yang keanggotaanya secara terus-menerus berkembang (Abi Sujak, 2020).

Pembelajaran konektivisme memandang pembelajaran akan terjadi optimal apabila seorang individu terhubung dengan sebanyak-banyaknya sumber belajar. Jadi, dalam teori ini, pembelajaran adalah proses menghubungkan atau mengkoneksikan. Seperti halnya dengan konstruktivisme, konektivisme juga memandang bahwa informasi baru yang diperoleh oleh seorang individu akan diproses secara internal dalam diri individu tersebut dan dikelola sehingga menghasilkan pengetahuan atau kompetensi baru. Namun dalam konektivisme tidak ada konsep riil tentang transfer pengetahuan, membuat pengetahuan, ataupun membangun pengetahuan, tetapi lebih ditunjukkan adanya aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan. Atas dasar berbagai aktivitas tersebut kemudian pengetahuan tumbuh dengan sendirinya dalam jalinan konektivitas (Abi Sujak, 2020).

Prinsip-prinsip belajar yang lahir dari konektivisme antara lain;

  1. Pembelajaran adalah menghubungkan individu dengan berbagai sumber belajar
  2. Semakin banyak akses terhadap sumber belajar maka pembelajaran akan lebih optimal
  3. Saling tukar informasi atau interaksi antar individu dengan berbagai sumber belajar akan menghasilkan kompetensi baru.
  4. Memberikan kemampuan tentang ilmu alat (Bahasa, logika, matematika, etika, dll) lebih penting daripada menjejali siswa dengan sebanyak-banyaknya informasi.

Model Pembelajaran

Secara sederhana, model dapat diartikan sebagai pola atau miniatur yang memberikan gambaran sederhana pada suatu proses yang kompleks. Model pembelajaran adalah suatu pola atau alur pembelajaran yang memberikan gambaran tentang tahapan proses, rangkaian aktivitas pengalaman belajar siswa yang dirancang untuk mencapai tujuan atau memecahkan permasalahan pembelajaran secara tepat. Ciri utama dari model pembelajaran adalah adanya sintaks atau learning path, yaitu alur proses dan pentahapan dalam pembelajaran. Sintaks merupakan istilah yang berasal dari ilmu tata bahasa yang terkait pembentukan kalimat. Wikipedia menyebut sintaks juga bisa merujuk pada aturan sistematika, logika, dan pemrograman komputer. Dalam pembelajaran, sintaks sering diidentikan dengan learning path atau alur pembelajaran. Learning path sendiri banyak digunakan sebagai istilah pada pemrograman komputer yang menunjukkan alur atau tahapan proses atau prosedur. Sintaks dalam model pembelajaran dapat dianalogikan sebagai irama dalam lagu, yaitu tinggi rendahnya nada yang alunan musik yang bukan hanya enak didengar dan tapi memberikan suasana tertentu. Dalam dunia olahraga, sintaks dapat diibaratkan sebagai pentahapan dari mulai persiapan, warming up, permainan inti, dan pendinginan. Demikian pula sintaks pembelajaran, sintaks dalam model pembelajaran berfungsi untuk merekayasa atau menciptakan suasana yang mendukung guna tercapainya pengalaman belajar siswa secara optimal. Sintaks yang baik akan mampu memainkan emosi, menantang, memberikan semangat bagi siswa untuk mencapai suatu prestasi tertentu. Jadi, dalam model pembelajaran kolaboratif, misalnya, sintaks pembelajaran akan menciptakan situasi di mana siswa dimotivasi, ditantang, dan diberikan pengalaman belajar yang mengasyikkan dalam kegiatan kolaboratif. Menurut portal Unesco pembelajaran kolaborasi merupakan suatu hubungan antar siswa yang menumbuhkan sikap saling ketergantungan secara positif, menunjukkan sikap tanggung jawab setiap individu, serta keterampilan komunikasi interpersonal (ibe.unesco).

Berdasarkan dasar pemikiran seperti diuraikan di atas, maka model pembelajaran kolaboratif pada portal Rumah Belajar dirancang ke dalam sebuah alur (learning path) yang terdiri dari 4 (empat) sintaks, yaitu terdiri dari; inisiatif, kolaboratif, kompetitif, dan apresiasi. Alur pembelajaran ini didasarkan pada sejumlah kompetensi yang diperlukan sebagai bekal siswa dalam melaksanakan kolaborasi, yakni mencakup; 1. Kemampuan menuangkan gagasan dan mengambil inisiatif untuk mengajak orang lain bekerja dalam kelompok, 2. Kemampuan mewujudkan gagasan dalam suatu proses kerja bersama dalam team secara kolaboratif, 3. Kemampuan saling berkompetisi dalam prestasi dengan sesama siswa lainnya, serta 4. Kemampuan untuk dapat saling menghargai atau mengapresiasi atas hasil usaha maksimal orang lain.

Gambar 01. Sintaks Model Pembelajaran Kolaboratif Rumah Belajar

Pembelajaran kolaboratif Rumah Belajar menggunakan pendekatan blended, yakni perpaduan antara pembelajaran online dengan kegiatan offline. Pendekatan blended ini sesuai yang disarankan oleh Darmawan (2013) bahwa pembelajaran online dalam pendekatan blended learning sebaiknya memanfaatkan portal rumah belajar, berbagai fasilitas yang disediakan portal rumah belajar mempermudah guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran online sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal. Langkah-langkah pembelajaran dirancang sebagai berikut;

  1. Inisiatif

Pada langkah awal seorang siswa yang menjadi inisiator mengemukakan gagasan dan mempublishnya pada sebuah Galeri Ide di Rumah Belajar. Sebelum mengupload gagasan ini, siswa tersebut harus sudah melakukan diskusi kecil dengan teman-teman di sekolahnya dan konsultasi dengan guru pembimbing. Ide yang dilontarkan atas nama sekolah ybs. Tema atau topik kolaborasi bisa berupa sains, sosial, teknologi, agama, sastra, seni, dll sesuai dengan minat para peserta. Guru pembimbing akan mendampingi mereka sampai proyek selesai (sebagai fasilitator pembelajaran).

Galeri Ide menjadi tempat display ide sekaligus mengundang siswa dari sekolah lain untuk bergabung dalam proyek ini. Jumlah peserta maksimal adalah 15 orang dan harus terdiri sekurang-kurangnya dari 10 sekolah yang berbeda.

  1. Kolaboratif

Diskusi kolaboratif dilaksanakan dalam sebuah forum yang disediakan oleh Rumah Belajar. Inisiator dapat jadi pemimpin dalam diskusi tersebut, namun sejalan dengan proses bisa saja pemimpin kelompok disepakati di antara mereka. Pembimbing mengikuti forum diskusi kolaboratif dan aktif memberikan motivasi dan saran-saran apabila diperlukan.

Apabila diperlukan, mereka bisa bekerja secara offline atau memanfaatkan media komunikasi lain selain Rumah Belajar, misalnya; google meet, zoom, google form, WA, Youtube, dll.

Jadwal diskusi kolaboratif ditampilkan pada Galeri Ide dan dapat di update progresnya sesuai dengan proses kolaborasi yang disepakati. Waktu kolaborasi dibatasi minimal 14 hari dan maksimal satu bulan (30 hari). Hasil kolaborasi dapat di upload pada display Galeri Hasil. Jadi ada dua display pada Rumah Belajar, yaitu display Gagasan dan display Hasil Kolaborasi.

Apabila lebih dari 30 hari belum selesai, maka dapat mengajukan perpanjangan, dan kalau tidak mengajukan perpanjangan, maka forum kolaborasi ini akan ditutup GAGAL.

  1. Kompetisi

Ini merupakan forum yang bergengsi di mana setiap kelompok secara bergantian sesuai jadwal akan mempresentasikan hasil kerja kolaboratifnya di depan tim pembimbing dan tim juri dari Rumah Belajar. Tim juri akan memberikan penilaian kepada seluruh kelompok.

  1. Apresiasi

Pada tahap akhir, setiap kelompok diminta untuk mengunjungi galeri hasil kolaborasi kelompok lain dan diwajibkan memberikan komentar positif (apresiasi) pada kolom yang telah disediakan. Satu kelompok minimal mengunjungi 10 galeri kelompok lain.

Sebagai bandingan berikut ini dikutip dua model pembelajaran inovatif berbasis TIK, yaitu model pembelajaran Discovery-Inquiry dan model pembelajaran berbasis proyek (Kusnandar 2020). Discovery-inquiry merupakan gabungan dari  model discovery learning dan inquiry.  Model discovery  inquiry dapat mengembangkan  proses mental berpikir tingkat tinggi, karena dalam model ini siswa dituntut untuk mampu merumuskan   masalah/ problem sendiri,  merancang dan melakukan  eksperimen,  mengumpulkan dan menganalisis data, serta  menarik kesimpulan. Model ini juga mengembangkan sikap objektif, jujur,  rasa ingin tahu, dan bersikap terbuka (Andamsari, 2019).

Gambar 02. Sintaks Model Discovery-Inquiry

Model pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) merupakan salah  satu  model  yang  paling  banyak disukai, baik oleh guru maupun siswa. Model  ini  memiliki keunggulan antara lain; 1. meningkatkan motivasi belajar, 2. meningkatkan  kemampuan pemecahan masalah 3. Menciptakan pembelajaran,  4. Mendorong proses kolaborasi, 5. mengembangkan  dan mempraktikkan  keterampilan komunikasi (Nurhayati, 2019).

Gambar 03. Sintaks Model Project-based Learning

Kegiatan belajar kolaboratif  yang akan dikembangkan merupakan kombinasi dari model pembelajaran discovery-inquiry dan model pembelajaran berbasis proyek, dengan pendekatan blended learning yang diintegrasikan dengan pemanfaatan TIK secara optimal.

Model pembelajaran kolaboratif diharapkan dapat mendukung visi Pelajar Pancasila Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen PAUD Dikdasmen, Jumeri (2021) menyebut enam ciri pelajar pancasila, yaitu; bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebinekaan global. Hal tersebut juga diperkuat oleh Iwan Syahrir (Dirjen GTK) yang menyebutkan bahwa salah satu strategi merdeka belajar adalah menerapkan kolaborasi dan pembinaan antar sekolah; belajar menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan, sistem terbuka, kebebasan berinovasi, dan guru sebagai fasilitator,

Penutup

Gagasan dasar ini sengaja dibagi kepada Anda semua dengan harapan mendapatkan tanggapan positif atau setidak-tidaknya menjadi inspirasi bagi Anda untuk mengembangkan gagasan ini lebih lanjut ke dalam wujud yang lebih operasional, konkrit, dan bermanfaat. Rekan sejawat para PTP serta Bapak Ibu guru DRB dipersilakan mengembangkan gagasan ini secara leluasa sesuai dengan kondisi masing-masing. Semoga bermanfaat, terima kasih (Kusnandar, PTP Madya).

 

Referensi

Andamsari, Eni Susilowati, Purwanto,(2018).Model       Pembelajaran Discovery

Inquiry Learning  yang Memanfaatkan     Sumber     Belajar untuk    Jenjang     SMP. Jakarta: Pustekkom Kemendikbud.

Darmawan, Arief, Pengaruh Pendekatan Blended Learning Menggunakan Portal

Rumah Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA, Jurnal Teknodik Vol 17, No. 3, September 2013.

https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/562/364

Jumeri, Bimbingan Teknis Pembelajaran Berbasis TIK 2021, pidato pengarahan

Dirjen PAUD Dikdasmen, 2021

Kusnandar, Pembelajaran Kolaboratif di Era dan Pasca Pandemi, Mengapa Tidak?,

Pena Rumah Belajar, 2021

http://pena.belajar.kemdikbud.go.id/2021/02/pembelajaran-kolaboratif-di-era-dan-pasca-pandemi-mengapa-tidak/

Kusnandar, Ade, Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) sesuai Kurikulum 2013, Jurnal Kwangsan Vol 8, No. 1, tahttps://jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalkwangsan/article/view/121/pdfhun 2020.

Nurhayati, Ai Sri, Mengintegrasikan TIK ke dalam Pembelajaran Berbasis

Pendekatan Saintifik sesuai Kurikulum 2013, Jurnal Teknodik, vol 20, No. 1, Juni 2016

https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/179/176

Nurhayati,  Ai,  Dwi  Harianti,  (2019).Model  Pembelajaran  Project-based Learning,

  1. http://sibatik.kemdikbud.go.id/inovatif/assets/pengantar/Project%20Based%20Learning%20Ai%20Sri.pdf(diakses tanggal 14 Maret 2019)

Saripudin, Soleh, Ai Sri Nurhayati, Hairun Nissa, Survei Analisis Kebutuhan

Pengembangan Modep Pembelajaran Kolaboratif Berbasis TIK, Pusdatin 2021

Sujak, Abi, Mengajar Generasi Z, Yogyakarta, Pustaka Insan Madani, 2020 (Buku)

Syahrir, Iwan, Bimtek Pembelajaran Berbasis TIK 2021, pidato pengarahan dari

Dirjen GTK, 2021

Warsito, Bambang, Pemanfaatan Portal Rumah Belajar untuk Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran, Jurnal Teknodik, Vol 23, Juni 2019

https://jurnalteknodik.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalteknodik/article/view/355/445

UNESCO, Collaborative Learning,

http://www.ibe.unesco.org/en/glossary-curriculum-terminology/c/collaborative-learning