BELAJAR TANPA JEDA DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Sebelum pandemi Covid-19 pembelajaran jarak jauh (PJJ) baik online maupun offline merupakan hal yang langka atau bahkan hanya dalam angan untuk dilakukan. Bagaimana tidak? Semua berjalan sebagaimana biasa. Konvensional, tatap muka. Hampir semua problematika pembelajaran dapat langsung dikomunikasikan dengan siswa untuk menemukan solusi sesuai keprimaan masing-masing siswa. Kini, selama masa pandemi, semua komponen PJJ perlu dipelajari terlebih dahulu secara intens. Dari mulai penyiapanannya, perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajarannya. Semua serba diperhitungkan.

Semua guru yang telah bisa dan biasa melaksanakan serta yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang seluk beluk ke-TIK-an tentu beda. Mereka sudah mampu memainkan serta memanfaatkan TIK dengan lancar bahkan piawai. Dan dengan keberaniannya serta bekal keilmuan mata pelajaran, metode dalam PJJ, evaluasi dalam PJJ, mereka berpraktik membuat materi ajar jarak jauh dengan mudahnya. Kemudian mengkomunikasikan kepada anak-anak dalam proses pembelajaran daring ataupun luring dengan variatifnnya. Setidaknya inilah yang melatarbelakangi tulisan ini.

Sahabat Rumah Belajar, tujuan utama saya menulis nukilan pengalaman terbaik (best practice) ini adalah untuk semata berbagi. Berbagi pengalaman saat menghadapi realitas mengelola pembelajaran tanpa tatap muka langsung. Ada beberapa pengalaman yang hendak saya suguhkan hingga kawan-kawan yang belum sempat mengalami hal serupa dan sempat membaca nukilan pengalaman ini bisa terinspirasi atau tergugah untuk bangkit melakukan sesuatu yang dibutuhkan siswa nun jauh di sana, di rumah masing-masing dalam rangka LFH/BDR (learning from home/belajar dari rumah)  di masa pandemi covid-19 ini.

Sahabat Rumah Belajar, pengalaman terbaik ini tentu ada yang lebih sempurna lagi yang kawan-kawan lain alami dan ciptakan, tetapi setidaknya hal yang pernah saya lakukan dapat dihimpun menjadi khasanah yang dapat dipetik untuk diperbaiki lagi. Tidak mudah memang mengawali sesuatu yang baru. Apalagi yang ada hubungannya dengan penggunaan TIK terutama bagi guru yang telah berusia relatif mendekati masa-masa purna.  Anak-anak jauh lebih lihai dalam hal ini. Terutama tentang game dan semacamnya yang ada di HP ataupun perangkat komputer.  Saya tertatih-tatih untuk menaklukkan,  mengakrabi,  serta memahami untuk menggelutinya dalam penggunaan tepat guna yang sarat dengan content yang diperlukan siswa.

Sahabat Rumah Belajar, masa-masa pandemi seperti saat ini, tanpa berbekal yang perlu secara memadai, pembelajaran jarak jauh yang kita kelola segera menghadirkan kendala saat dijalankan. Mau tidak mau, bisa tidak bisa harus dilaksanakan. Bagi yang sudah melek TIK tak ada masalah yang berarti. Sebaliknya bagi yang tak tahu atau nul puthul dalam TIK, maka akan menjadi masalah besar.

Dalam hal ini, saya lebih sering menggunakan strategi learning by doing. Mengapa? Saya akui stamina membaca saya tak lagi seperti dulu. Jika saya harus mempelajari buku atau modul tentang aplikasi pembelajaran baru, tak segera saya temukan konsep dapat tertangkap di benak yang saya dapat segera aplikasikan.

Artinya, saya harus bisa bagaimana mengcopy teks, menginsert gambar, serta menguploadnya secara langsung dengan mengerjakan pada aplikasi yang sedang saya pelajari dan manfaatkan. Dengan berpedoman pada qoute yang lain yaitu “bangun dengan tekad, tidur dengan kepuasan”,  semuanya saya kerjakan secara mandiri dengan tanya sana-sini untuk mendapatkan hasil yang benar dan optimal.

Mengapa? Karena tidak menutup kemungkinan anak-anak, para siswa saya banyak yang lebih mahir daripada saya dalam hal ini. Betapa malunya jika ini terjadi. Bukankah guru itu dapat memilih “menang semalam dibanding siswanya”?

Inilah yang menjadi modal saya untuk terus belajar dan belajar demi memberikan layanan yang terbaik kepada para anak bangsa generasi pelanjut kita.  Kekuatan ini ditambah dengan pemahaman saya atas ungkapan seorang ulama hadis yang menyatakan bahwa “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat”. Ada pula pernyataanCarilah ilmu meskipun di negeri Cina ….”. Pantang menyerah.

 

Upload materi disesuaikan dengan bentuk yang diinginkan. Jika bentuknya power point, yang digunakan juga menu power point yang ada di office 365, begitu juga bentuk-bentuk yang lain. Masa tayangnya pun bisa diatur dengan mudah. Sesuai dengan keperluan. Sungguh indah nian wahana pembelajaran ini. Mengapa? Karena penuh warna dan berbagai cara dalam berproses yang menghasilkan kepuasan tersendiri.

Dari sisi siswa, mereka bersemangat dalam mengerjakan semua proses pembelajaran dan tugas guru dari awal di-LFHkan atau di-BDR-kan selama masa pandemi ini. Dengan berjalannya waktu, perubahan terus terjadi dalam berproses menuju kebaikan. Mereka belajar dengan atau tanpa didampingi orang tua. Dimulai dengan mengisi daftar kehadiran dalam teams kemudian belajar dan mengerjakan tugas di akhir pembelajaran lalu menguploadnya kembali, begitu setiap hari. Sering juga kami bertatap muka dengan menggunakan zoom meeting atau teams meet.

Di akhir kegiatan ini ada kendala sedikit mengenai kuota internet yang mereka miliki pada awalnya. Namun, untungnya perhatian pemerintah dalam hal ini berupa bantuan subsidi kuota data internet guna menyukseskan program merdeka belajar dapat dimanfaatkan oleh para siswa. Dengan demikian kegiatan pembelajaran pada masa pandemi tetap terfasilitasi dengan harapan mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

Sejauh itu, di balik ketidakpastian kapan perjalanan pandemi Covid-19 berakhir, ada limpahan hikmah dan inspirasi bagi saya sebagai guru: Saya belajar banyak untuk menjadi guru profesional dan mandiri. Faktor keteladanan guru sangat diperlukan oleh para siswa. Semangat guru untuk tetap melaksanakan tugas bagaimanapun dan dengan cara apapun patut diteladani. Keteladanan ini dapat diperoleh siswa saat  pembelajaran daring . Jalan berliku untuk menuju ketercapaian pembelajaran itu. Usaha yang pantang menyerah dari para guru baik tua maupun muda sama tujuannya yaitu untuk tetap  menjaga keberlangsungan aktivitas pembelajaran.