PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII C

Abstrak

The picture and picture learning model is a learning model that uses picture media in the teaching and learning process to help students more easily understand the concepts and theories conveyed by the teacher. This study aims to determine the extent of the benefits of the picture and picture learning model of student learning outcomes at SMP Negeri 21 Pontianak. This research consisted of four stages namely; planning, implementing, observing, and reflecting. Held in two cycles in class VII C with a total sample of 42 students. Based on the results of research that has been carried out learning model picture and picture can improve student learning outcomes because students become more receptive to concepts and theories with the help of picture media.

 Keywords

learning outcomes, picture and picture

PENDAHULUAN

Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memuat konsep dan teori yang berhubungan dengan lingkungan sosial siswa dan gejala-gejala yang terjadi di sekitarnya untuk dipahami sebagai bekal siswa agar siswa dapat beradaptasi untuk kehidupannya kelak. Pelajaran IPS tidak sekedar menghafal konsep dan teori yang ada tetapi bagaimana menanamkan konsep dan teori tersebut sehingga siswa mampu berfikir dan bertindak berdasarkan pemahaman yang dikuasainya.

Pelajaran IPS menggabungkan beberapa disiplin keilmuan seperti ekonomi, sejarah, sosiologi dan geografi. Tentu saja penggabungan beberapa disiplin ilmu tersebut sangat menyulitkan siswa sebab masing-masing disiplin keilmuan tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Ekonomi memiliki sudut pandang kelangkaan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan, Sejarah memiliki sudut pandang peristiwa/kejadian pada waktu tertentu, Sosiologi memiliki sudut pandang  interaksi sosial, dan Geografi memiliki sudut pandang keruangan atau kewilayahan.

Perpaduan sudut pandang dari keilmuan yang berbeda diramu menjadi satu kesatuan disiplin ilmu pengetahuan sosial (IPS) tentu hal ini tidak mudah untuk dipahami siswa. Akibatnya nilai hasil belajar siswa banyak yang jatuh dari pelajaran IPS. Pengalaman penulis sebagai guru bidang studi IPS yang telah mengajar selama puluhan tahun siswa yang betul-betul menguasai pelajaran IPS sangat minim. Model pembelajaran yang penulis lakukan selama ini masih dominan dengan model pembelajran ceramah bervariasi. Kondisi yang tidak memungkinkan seperti : kurangnya sumber belajar, kurangnya fasilitas belajar, dukungan masyarakat sekolah yang minim memaksa guru-guru menerapkan model pembelajaran ceramah karana model pembelajaran dengan ceramah sangat praktis diterapkan dalam kondisi yang serba terbatas.

Penulis menyadari jaman telah berubah dan teknologi berkembang dengan cepat, model pembelajaran ceramah ternyata juga tidak mendongkrak nilai hasil belajar siswa. Kondisi yang ada justru model pembelajaran ceramah hanya dimengerti oleh sebagian kecil saja dari peserta didik, sementara mayoritas siswa tetap juga belum mengerti terhadap konsep dan teori yang telah diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Persoalan seperti ini juga menimpa guru-guru yang mengajar bidang studi lainnya. Ketidakberdayaan guru ditengah-tengah situasi sekolah yang minim fasilitas dan sarana belajar membuat guru-guru di SMP Negeri 21 pontianak terpaksa harus mengajar dengan model pembelajaran ceramah. Apalagi sejak tahun pelajaran 2017/2018 di SMP negeri 21 pontianak untuk kelas VII (Tujuh) sudah menerapkan implementasi kurikulum 2013, namun sayang persoalan fasilitas dan sarana belajar serta kondisi rombongan belajar yang melebihi kapasitas di mana satu kelas diisi dengan jumlah siswa sebanyak 43 orang membuat harapan semakin jauh dari kenyataan.

Menurut Endang Komara (2014:44) untuk mengatasi permasalahan di atas, dengan model pembelajaran Picture and Picture yaitu suatu model pembelajaran dengan cara menyajikan kompetensi yang akan dicapai, menyajikan materi, memperlihatkan gambar, memanggil siswa untuk mengurutkan gambar, menanyakan alasan pemilihan gambar tersebut, menanamkan konsep dari gambar tersebut, menyimpulkan. Metode pembelajaran ini dipilih karena, untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang disampaikan guru. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran Picture and Picture untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS di kelas VII C SMP Negeri 21 Pontianak.

METODE

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Kunandar (2011:44) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII C dengan jumlah 42 siswa terdiri 13 siswa laki-laki dan 29 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi, dan tes tertulis. Dari hasil pengumpulan data dianalisis dengan menggunakan deskripsi persentase untuk melihat kecenderungan data. Data yang diperoleh dari setiap siklus diolah lalu disimpulkan dengan indikator keberhasilan siswa menggunakan kriteria batas minimal (KBM), yaitu siswa dikatakan berhasil jika telah mendapat nilai minimal 72 dan siswa dikatakan gagal jika masih mendapat nilai di bawah 72. Indikator keberhasilan pembelajaran secara klasikal dikatakan berhasil apabila rata-rata siswa yang telah tuntas mencapai 75% atau lebih. Sebaliknya pembelajaran masih dikatakan belum berhasil jika rata-rata siswa yang tuntas belum mencapai 75%.

Adapun tahapan dalam pelaksanan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut:

Pada gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut; (1) Perencanaan (planning), tahap ini peneliti menyusun rencana program pembelajaran (RPP), menyiapkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pelajran, menyiapkan lembar observasi siswa, menyiapkan lembar kerja siswa, menyiapkan instrumen penilaian kinerja guru (IPKG1 dan IPKG2), dan menyiapkan soal evaluasi. (2) Pelaksanaan tindakan, melakukan pembelajaran dengan sesuai dengan rencana program pembelajaran. (3).Pengamatan (Observing), pada tahap ini guru sebagai peneliti bekerja sama dengan guru kolaburator atau teman sejawat melakukan pengamatan selama proses pembelajaran. Dari hasil pengamatan data dikumpulkan berupa data kuantitatif (hasil tes, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain. (4). Refleksi (reflecting), tahap ini peneliti bersama guru kolaburator melakukan diskusi tentang temuan maupun masalah-masalah yang ditemukan oleh guru, tentang pemahaman materi yang disampaikan. Setelah itu guru menindaklanjuti hasil pengamatan dengan serangkaian rencana tindakan yang perlu dilakukan pada pertemuan berikutnya. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan yang dihadapi dapat teratasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pelaksanaan siklus I setelah menerapkan model pembelajaran picture and picture diperoleh data ketuntasan belajar siswa sebagai berikut:

Tabel 1 Ketuntasan hasil belajar siswa siklus I

No Indikator Ketuntasan Ketuntasan Frekuensi (Orang) Persentase (%)
1 ≥ 72 Tuntas 16 38,09
2 < 72 Tidak Tuntas 26 61,91
Jumlah 42 100

Dari tabel di atas dijelaskan sebagai berikut: bahwa dari 42 siswa yang telah tuntas mencapai KBM hanya 16 siswa atau sekitar 38,09% sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 26 siswa atau sekitar 61,91%. Pada siklus I pembelajaran menggunakan model picture and picture belum menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dan masih kaku dalam pembelajaran serta sulitnya siswa membedakan gambar yang harus dipilih.

Pada pembelajaran siklus II siswa mulai mudah menyesuaikan dengan model pembelajaran picture and picture, mereka tidak lagi kaku seperti pada siklus I, dan guru peneliti sudah memberikan keterangan tambahan pada gambar dan mengurangi jumlah gambar sehingga siswa lebih mudah untuk menentukan gambar yang menjadi pilihannya sesuai dengan tugas yang terdapat pada lembar kerja peserta didik (LKPD).

Tabel 2 Ketuntasan hasil belajar siswa siklus 2

No Indikator Ketuntasan Ketuntasan Frekuensi %
1 ≥ 72 Tuntas 33 78,57
2 < 72 Tidak Tuntas 9 21,43
Jumlah 42 100

Pada tabel 2 dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa dari 42 siswa yang telah tuntas mencapai KBM berjumlah 33 siswa atau sekitar 78,57% sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 9 siswa atau sekitar 21,43%. Pada siklus II pembelajaran menggunakan model picture and picture sudah  menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini disebabkan karena siswa mulai bisa menyesuaikan dengan model pembelajaran picture and picture. Siswa mulai menyukai model pembelajaran ini karena selain siswa menangkap konsep dan teori melalui apa yang didengar tapi siswa juga dapat melihat gambar secara konkret dalam memahami konsep dan teori yang disampaikan oleh guru. 

Setelah penelitian dilakukan dua siklus, pada siklus yang ke 2 karena telah terpenuhi ketuntasan secara klasikal yaitu 78,57% maka penelitian ini kami hentikan dan dinyatakan berhasil bahwa model pembelajaran picture and picture secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena; pertama model pembelajaran picture and picture melatih siswa berpikir secara logis dan sistematis, kedua membantu siswa untuk memahami konsep yang abstrak menjadi konkret, ketiga model pembelajaran picture and picture membuat siswa dapat berkreasi menentukan pendapat dan mengambil keputusan berdasarkan kesepakatan kelompok, keempat siswa merasa senang karena mendapat suasana yang baru dalam pembelajaran, kelima siswa dapat berpartisipasi aktif untuk menemukan atau mencari gambar yang sesuai dengan soal atau pertanyaan.

Meskipun model pembelajaran picture and picture sangat signifikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terdapat pula beberapa kelemahan yaitu: memerlukan waktu yang lama karena harus mempersiapkan gambar terlebih dahulu, masih terdapat siswa yang pasif dan enggan untuk bekerja dengan kelompoknya, suasana kelas akan sedikit riuh apabila guru pengelolaan kelasnya tidak maksimal. Walaupun terdapat beberapa kelemahan seperti di atas model pembelajaran picture and picture dapat dijadikan alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas. Hal ini sangat penting di dalam proses pembelajaran hendaknya ada berbagai macam variasi model pembelajaran sehingga peserta didik tidak cepat bosan dalam menerima materi pelajaran. Semua model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing tapi yang lebih penting adalah bagaimana kreativitas dari seorang guru untuk menyajikan model pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan inspiratif ketika tampil di hadapan peserta didiknya.

KESIMPULAN

            Model pembelajaran picture and picture adalah model pembelajaran yang menggunakan media gambar untuk memperjelas atau memudahkan konsep dan teori yang bersifak abstrak menjadi konkret. Model pembelajaran picture and picture sejatinya adalah model pembelajaran untuk memperjelas dan menguatkan konsep-konsep yang bersifat konkret agar lebih nyata diterima dan dipahami oleh peserta didik. Dari pelaksanaan penelitian yang terbagi ke dalam dua siklus model pembelajaran picture and picture memiliki tahapan: guru menyajikan kompetensi yang ingin dicapai, guru menyajikan materi sebagai penghantar, guru memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, guru menunjuk siswa secara bergantian untuk memasang atau mengurutkan gambar secara logis, guru menanyakan alasan siswa memasang atau mengurutkan gambar, guru menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, membuat kesimpulan. Hasil penelitian yang dilakukan dalam dua siklus menunjukkan bahwa model pembelajaran picture and picture efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.2006. Instrumen Penilaian Kinerja Guru(Kemampuan Melaksanakan                                           Pembelajaran). Jakarta: Depdiknas

Endang Komara.2014. Belajar dan Pembelajaran Interaktif. Bandung: Refika Aditama

Erman Suherman.2008. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa.                               Bandung: Educare FKIP Universitas Langlangbuana

Kunandar.2011.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai pengembangan Profesi                               Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Masjoko. 2015. Metode Pembelajaran. Jakarta: FIP Universitas Negeri Jakarta

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.                                   Jakarta: Raja Grafindo Persada

Suharsini Arikunto, Suharjono, Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi                             Aksara