Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Metode Role Playing Melalui Video Berbasis Karakter di SMP Negeri 48 Surabaya

Proses belajar di kelas merupakan serangkaian perbuatan  antara guru dan siswa atas dasar  hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif unuk mencapai tujuan tertentu.  Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, guru dituntut untuk mengaplikasikan model-model pembelajaran . Adanya model pembelajaran ini bertujuan untuk membangun suasana kelas dan gaya mengajar yang bersifat monoton menjadi suasana belajar yang menyenangkan dan lebih terarah. Joyce & Weil mengatakan bahwa cara penerapan pembelajaran  akan berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam mendidik diri mereka sendiri. Guru yang sukses bukan sekedar penyaji kharismatik dan persuasif. Lebih jauh guru yang sukses adalah mereka yang melibatkan para siswa dalam tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial, serta mengajari para siswa mengerjakan tugas-tugas tersebut secara produktif. Dari permasalahan tersebutlah sudah ada beberapa para guru yang menerapkan pembelajaran secara inovatif dan kreatif namun tak sedikit yang masih menggunakan cara tradisional yakni menggunakan metode ceramah secara komprehensif disetiap materinya. Berikut yang terjadi di salah satu sekolah Surabaya tepatnya di SMP Negeri 48 Surabaya telah melakukan metode pembelajaran role playing melalui video berbasis karakter pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

karakter

Metode tersebut yakni metode bermain peran dengan basis pendidikan karakter. Basis pendidikan karakter dipilih karena diyakini kolaborasi nilai karakter dan model pembelajaran role playing  mampu mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan, siswa tidak hanya cerdas secara kognitif namun cerdas secara akhlak dan moral. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang digencarkan pemerintah saat ini, untuk mengatasi moral siswa yang mengalami kemerosotan. Norma-norma para siswa telah berubah menjadi ketidakjujuran, kasar, mudah marah, dan cepat tersinggung. Hal ini dibuktikan dengan data statistik 180.000 siswa membolos setiap hari karena takut pada kekerasan dan pemalakan (bullies).

Berdasarkan hal tersebut, adapun solusi yang telah terlaksana di SMP Negeri 48 Surabaya dalam rangka mewujudkan pembelajaran PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) maka yang dapat dilakukan yaitu melalui penerapan metode Role Play (Bermain Peran) melalui pembuatan video kehidupan sehari hari. Adanya penggunaan metode Role Play dalam proses pembelajaran tersebut karena permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi siswa dan melibatkannya secara luas. Pada metode bermain peran (role playing), siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembuatan video tersebut. Siswa akan memerankan suatu situasi yang berkaitan dengan materi yang dipelajari dan mereka akan berusaha mengatasi setiap kasus yang terjadi dari peran yang dimainkan, sehingga siswa bisa menemukan sendiri konsep dari materi yang mereka pelajari. Jadi, dengan metode ini siswa diharapkan mampu memahami konsep jurnal penyesuaian sesuai persepsi yang mereka temukan sendiri.

Adapun konsep penerapan Metode Role Play (Berpain Peran) berbasis pendidikan karakter adalah sebagai berikut :

  1. Guru menyusun dan menyiapakn skenario yang akan ditampilkan

Skenario yang dirancang oleh guru hendaknya memuat tema yang berkaitan dengan suatu kasus yang menuntut perlu adanya penyelesaian masalah. Rangkaian kegiatan yang disusun oleh guru hanya dalam bentuk “gambaran” dari suatu tema. Dalam hal ini guru memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk mengembangkan sendiri jalan cerita dan solusi mengenai kasus yang diangkat.

  1. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario sebelum dilakukannya penyutingan video

Ketika guru memperkenalkan materi pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa, maka guru dituntut untuk memberitahukan kepada siswa kegiatan pembelajaran apa saja yang akan dilakukan termasuk adanya skenario yang diberikan oleh guru. Pemberian skenario tersebut ditentukan langsung oleh guru berdasarkan kesepakatan dengan siswa sebagai stakeholder.

  1. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 10 orang,

Pembagian kelompok dalam hal ini disesuaikan pula dengan jumlah siswa dalam kelas. Guru harus mampu mengefiesiensikan waktu dengan jumlah peserta pada masing-masing kelompok.

  1. Guru Memberikan kejelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

Adanya penjelasan terkait kompetesi yang harus dicapai oleh siswa agar siswa tersebut juga dapat mengetahui tujuan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan.

  1. Guru memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk memberikan batas tempo pengumpulan video

Tahap ini diberikan, ketika siswa telah berada pada hari yang telah disepakati untuk mempresentasikan dari video yang telah di buat diluar jam pelajaran

  1. Setiap kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya,

Kasus yang diperankan dalam bermain peran tersebut dituntut kasus yang perlu adanya solusi penyelesaian masalah, sehingga diwajibkan memberikan kesimpulan dari penampilan kelompok yang telah memainkan peran dengan ditambah dengan pendapat dan opini dari anggota dalam kelompok masing-masing.

  1. Guru memberikan kesimpulan secara umum

Kesimpulan dalam hal ini menyangkut kumpulan dari berbagai pendapat yang dilontarkan oleh siswa untuk kemudian digeneralisasikan agar ditemukannya kebenarannya yang umum pula. Agar siswa dapat lebih jelas memahami materi yang dipelajari

  1. Evaluasi

Evaluasi dalam hal ini dapat berupa pemberian soal. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepahaman siswa mengani materi yang dipelajari.

 

Dari pembelajaran bermain peran melalui pembuatan video berbasis pendidikan karakter tersebut di nilai sangat efektif dan efisien, sebagai pengalaman belajar yang baru, sangat mudah dipahami, serta sangat mendukung pembelajaran aktif. Didukung pernyataan dari Staf Kesiswaan menjelaskan: “pembelajaran tersebut sangat bagus dalam bentuk implementasi terhadap materi yang di sampaikan, sehingga materinya bisa langsung menyerap dan secara tidak langsung dapat tersampaikan dengan sangat baik”, ungkap sukirno.

Jadi pembelajaran semacam ini dapat di implementasikan di sekolah-sekolah yang lain agar para siswa minimal mempunyai pengalaman baru dalam pembalajaran dan dapat belajar secara langsung dalam pembuatan video pembelajaran tersebut. (anz)