TEKNIK MEMBUAT VIDEO PEMBELAJARAN (Edisi 1)

Bantuan Dana Bos Afirmasi dan Kinerja yang akan digelontorkan pemerintah merupakan hujan berkah bagi sekolah yang mendapatkannya. Sekolah saya misalnya, bayangkan, kami akan mendapatkan lebih dari 300 buah tablet untuk mendukung pembelajaran K13 berbasis teknologi digital. Terbayang kami para guru tidak lagi harus membawa media pembelajaran atau bahan ajar dari kelas ke kelas. Para siswa juga demikian, pundak mereka akan lebih ringan dari beratnya beban buku yang tiap hari dipikul bolak balik dari rumah-sekolah. Isi tablet tidak hanya memuat beberapa bahan ajar tapi bisa ratusan bahkan ribuan. Siswa dan guru juga bisa secara interaktif melakukan proses belajar mengajar lebih personal. Setiap siswa dapat menyimak lebih fokus materi yg harus dipelajari setiap saat kapan ia mau tidak perlu takut segera terhapus dari papan tulis. Game edukasi dapat dipilih sesuai kebutuhan. Siswa juga bahkan dapat berjalan-jalan ke setiap sudut dunia seolah nyata melalui video-video terpilih. Semua minat siswa akan terpenuhkan karena semua konten dapat dicari, dijelajah.

Pembelajaran bukan hanya bermakna dan menyenangkan tapi juga memuaskan. Tetapi kebahagiaan akan adanya perubahan kualitas pembelajaran di satu sisi menyisakan dilema bagi saya. Mengapa? Hal ini demi melihat kesiapan guru-guru yang kelak harus bertanggungjawab mengawal penggunaan tablet tersebut. Pertanyaan seperti, bagaimana menjaganya, seperti apa mekanisme penggunaannya agar siswa tidak terperosok pada penggunaan konten yang merusak? Apakah yang harus disiapkan guru saat siswa belajar dengan tab tersebut? Bagaimana jika tidak cukup guru yang melek IT? Rasa-rasanya dilema ini menyisakan keraguan akan harapan terhadap pembelajaran bermakna, menyenangkan dan memuaskan tadi. Kemendikbud melalui Pustekkom rupanya tidak tinggal diam. Program Sahabat Rumah Belajar/Duta Rumah Belajar yang ditempuh melalui 4 tahapan PembaTIK rupanya disiapkan ke arah sana. Guru-guru alumni PembaTIK akan menjadi relawan harapan dalam mensosialisasikan Rumah Belajar, flatform aman yg dikelola oleh Pustekkom Kemdikbud bagi para guru di seluruh Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Bapak Hendriawan perwakilan Pustekkom dan Bapak Bambang Warsito dalam kegiatan Pembatik Level 3 di Manokwari Papua Barat pada tanggal 16 – 18 Oktober 2019 yang lalu.

Tiga puluh guru berbagai jenjang yang lolos seleksi tahap 2 selama tiga hari dibekali berbagai macam materi seperti: Model-model pembelajaran, prinsip-prinsi dan teknik pembuatan video pembelajaran, serta Pemanfaatan website Rumah Belajar dengan narasumber Pustekkom yaitu Bpk. Hendriawan, Bpk. Bambang Warsito, dan Bpk. Bardo. Pelatihan berjalan serius namun sangat menyenangkan. Terlebih saat kami para peserta harus merekam diri untuk disematkan dalam video yang kami buat. Dari malu-malu karena harus beraksi di depan semua peserta sampai hilang rasa itu. Kesimpulannya, susah juga ya jadi artis. Harus ambil gambar berulang-ulang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Bapak Bardo menjelaskan ada tiga hal yang harus ada dalam suatu video edukasi, yaitu: (1) pembuka, yang isinya perkenalan diri, tujuan video, (2) konflik, dan (3) solusi. Yg paling krusial itu pada poin ke 2 yaitu konflik. Konflik ini maksudnya, pembuat video harus menyuguhkan sajian yg dapat membuat penontonnya mau bertahan dan terus menonton. Istilah beliau, 5 detik pertama itu sangat penting. Video kita terus disimak orang ataukah diabaikan, ditinggal, diskip. Anak-anak milenial ada pada kelompok penonton yang non linear. Ia akan pindah ke fokus lain yg jika pada 5 detik pertama ia tidak merasa tertarik. Wah, ini tentu bukan kerja gampang kan? Berbeda jika di kelas. Kita sebagai guru bisa saja “memaksa” siswa untuk bertahan memperhatikan tapi tidak dengan saat melihat tayangan video. Seperti apa video yang memuat tiga hal prinsip yaitu perkenalan, konflik dan solusi dicontohkan pak Bardo melalui contoh dari salah satu tayangan youtube https://youtu.be/ur8IUnPiKss. Kami semua peserta benar-benar dibuat terkesima dengan video tersebut. Perut kami sampai sakit karena harus tertawa terpingkal-pingkal. Pak Bardo menyebutkan ia (meski begitu) sudah berhasil menahan kita sebagai penonton untuk bertahan dalam 5 detik pertama karena penasaran. Walau solusinya sederhana tapi ia berhasil menyampaikan pesan bahkan tanpa harus ia katakan atau tuliskan. Video pembukan ini benar-benar membuka wawasan saya…dalam hati ooooh begitu.

Chandra Sri Ubayanti, M.Pd
SRB Papua Barat 2019 – SMA Negeri 1 Fakfak Papua Barat 
Manokwari – Sorong- Fakfak
Bandara Rendani – Dominique Eduard Osok – Torea
19 Oktober 2019