Penguatan Pendidikan Karakter melalui Rumah Belajar

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya hidup manusia, baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad 21 kemajuan teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali dibidang pendidikan. Pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di abad 21 ini. Sejumlah tantangan dan peluang harus dihadapi siswa dan guru agar dapat bertahan dalam abad pengetahuan di era informasi ini (Yana dalam Rohim , Bima dan Julian, 2016).

Keterampilan dalam  penguasaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi potensi, tantangan sekaligus ancaman dalam kehidupan saat ini. Tak terkecuali dalam dunia pendidikan dewasa ini. Keberadaan kemajuan TIK ini akan mampu menjadi potensi yang luar biasa bagi kemajuan pendidikan kita ketika seorang pendidik mampu meramu, memanfaatkan dan menintegrasikan TIK dalam proses belajar mengajar. Peran pengajaran saat ini sudah bisa tergantikan oleh TIK. Ketika siswa tidak mengerti tentang materi pelajaran mereka tinggal seraching di internet. Dan itu bisa jadi lebih menarik bagi siswa daripada harus bertanya kepada guru. Melalui internet, mereka bisa mendaat informasi yang beraga baik berupa teks, audio, gamba maupun video.

Dalam proses tersebut, pesatnya perkembangan TIK menjadi tantangan tersendiri bagi seorang pendidik untuk terus menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. Dalam perkembangan TIK dikenal istilah Learning Management System (LMS). LMS ini meungkinkan guru  dan siswa tetap berinteraksi walau tidak pada waktu jam sekolah. Sebut saja edmodo, Schoology, Google Classroom dan Kelase menjadi beberapa alternatif LMS yang banyak digunakan. Bahkan Kemdikbud RI yang bertanggungjawab terhadap pendidikan di Indonesia melalui Pustekkom telah mengembangkan sebuah LMS yang dinamakan Rumah Belajar yang dapat di akses melaui belajar.kemdikbud.go.id. Portal Rumah Belajar menyediakan aneka fitur menarik untuk pembelajaran berbasis TIK. Mulai  dari Sumber Belajar, Ebook, Bank Soal, PKB, Jelajah Luar  Angkasa, Laboratorium Maya, Peta Budaya, hingga Kelas Maya.

Barangkali kita sering mendengar kalimat “Dunia dalam genggaman”. Kalimat ini menunjukkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi sangat maju dan dekat sekali dengan kehidupan kita tak terkecuali anak didik kita. Ini adalah potensi luar biasa yang bisa dimanfaatkan oleh pendidik dalam proses pendidikan. Inilah tantangan bagi kita selaku pendidik untuk mengembangkan Pembelajaran Berbasis TIK (Pembatik) agar kemajuan TIK bisa menjadi potensi yang akan memajukan pendidikan kita,  bukan justru menjadi ancaman perusak  karakter  anak didik kita.

Ancaman rusaknya karakter siswa akibat pengaruh buruk (kecanduan)  fasilitas TIK (laptop, smartphone dan internet) menyebabkan beberapa guru dan orang tua menjauhkan sejauh-jauhnya dari anak. Di sisi lain ada juga yang membiarkan siswa menggunakan fasilitas TIK sebebas-bebasnya. Menyikapi hal tersebut, tentu sebagai pendidik perlu mengambil langkah yang bijaksana.

Langkah bijaksana yang dimaksud adalah  dengan memperkuat imunitas siswa agar tidak terpengaruh efek buruk TIK, bukan justru dengan menjauhkan mereka dari fasilitas TIK yang malah  akan menghambat  potensi. Penguatan  imunitas tersebut  dapat  dilakukan dengan pengenalan internet positif kepada siswa. Salah satu media yang digunakan adalah Rumah Belajar Kemdikbud. Sebab, bisa jadi efek buruk fasilitas TIK terjadi karena siswa tidak mengetahui hal-hal  baik  yang bisa dilakukan dengan fasilitas tersebut termasuk dalam hal belajar.

Hal ini sejalan dengan konsep dan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang  dicanangkan pemerintah melalui Kemdikbud RI. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di sekolah untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi olah hati (etik), olah rasa (estetis), olah pikir (literasi), dan olah raga (kinestetik) dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Program PPK  ini bertujuan untuk menumbuhkan karakter siswa melalui pembiasan baik disekolah. Karakter tersebut meliputi 5 nilai inti karakter yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong  dan integritas. Dalam petunjuk pelaksanaannya, pendidikan karakter salah  satunya  dilakukan denganberbasis kelas. Dalam praktiknya di dalam kelas, Penguatan Pendidikan Karakter dapat dilakukan melalui Pembatik (Pembelajaran Berbasis TIK) dengan memanfaatkan Rumah Belajar (belajar.kemdikbud.go.id)

Dari pengalaman Pembelajaran Berbasis TIK (Pembatik) yang penulis lakukan menggunakan Rumah Belajar, kondisi siswa terbagi menjadi dua yaitu : intensitas tinggi dan intensitas rendah dalam berinteraksi dengan fasilitas TIK. Kedua kondisi yang kontras ini tentunya memiliki teknik penanganan yang berbeda.

Untuk kondisi pertama, intensitas tinggi  dalam menggunanakan fasilitas TIK. Kondisi  ini terjadi pada salah satu sekolah binaan penulis yaitu  SMP Lenterahati Islamic Boarding School. Dalam hal ini siswa dengan kemudahan akses fasilitas TIK seperti laptop dan jaringan internet gratis di sekolah. Bahkan sekolah mewajibkan siswanya untuk membawa laptop. Sekolah ini berbasis pondok pesantren di mana  tahun pelajaran 2018-2019 ini adalah tahun pertama sekolah ini berjalan  dan mencanangkan Sekolah Pondok Pesantren Berbasis TIK.

Dengan melihat potensi tersebut, penulis sebagai salah satu direksi di SMP tersebut yang membidangi bagian akademik menetapkan Rumah Belajar  sebagai salah satu platform LMS yang digunakan. Langkah pertama yang penulis lakukan adalah pada hari Rabu, 11 Juli 2018 seluruh siswa yang berjumlah 30 orang diberikan sosialisasi tentang pemanfaatan rumah belajar. Kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi kepada para guru. Materi sosialisasi mulai dari pemanfaatan menu Sumber Belajar hingga pembuatan akun di Kelas Maya. Alhasil, ketika Pulau Lombok terguncang gempa 7 SR, siswa tetap bisa belajar dan berinteraksi dengan guru melalui Portal Rumah Belajar. Melalui kelas maya saya bersama tim guru membuatkan kelas FPB KPK dan Kelas IPA untuk bisa diakses menggunakan akun masing-masing siswa termasuk untuk pelaksanaan penilaian mid dan akhir semester.

Kaitannya dengan Penguatan Pendidikan Karakter, Pembelajaran Berbasis TIK yang berkualitas akan menjadi alernatif bagi siswa dalam memenuhi rasa keingintahuan mereka tentang TIK. Sehingga, kecanduan mereka  terhadap TIK adalah kecanduan yang positif dan bukan kecanduan yang mengarah kepada rusaknya moral. Sebab, kemudahan akses siswa terhadap fasilitas TIK yang ditunjang oleh pembisaan positif dalam penggunaannya akan membentukk daya imunitas siswa dari efek negatif TIK.

Kondisi kedua yang dijupai penulis yaitu siswa dengan intensitas rendah bahkan jarang mengoperasikan fasilitas TIK. Kondisi ini  terjadi pada SDN 21 Ampenan tempat penulis bertugas sebagai ASN. Sekolah ini merupakan sekolah pesisir. Mayoritas siswa adalah berasal dari keluarga nelayan dan buruh nelayan.

Berdasarkan hasil kuisioner, siswa sangat jarang mengoperasikan laptop ataupun gadget lainnya. Hasil survei di kelas IV tempat penulis mengajar menunjukkan terdapat 15 % siswa yang sering menggunakan fasilitas TIK. Kemudian terdapat 23,8% siswa yang sudah menggunaan internet dan terdapat 9,5% siswa yang tau cara menggunakan TIK untuk belajar. Sementara itu terdapat 57,1% siswa yang tau cara untuk penggunaan fasilitas TIK untuk bermain game.

Dari hasil survey di  atas menunjukkan bahwa  mayoritas siswa belum mengenal TIK. Fasilitas TIK mereka asumsikan hanya untuk bermain game dan sebagai hiburan semata.  Kondisi ini menjadi  peluang besar bagi guru untuk memperkenalkan TIK sebagai salah satu  cara menambah dan meningkatkan ilmu penngetahuan. Bukan hanya sekedar hiburan semata.

Maka melalui Pembatik guru mencoba memperkenalkan TIK. Dengan keterbatasan fasilitas TIK  Di SDN 21 Ampenan, guru tetap berusaha untuk memperkenalkan pembatik melalui portal rumah belajar. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan membuka wawasan siswa  bahwa mereka tengah berada pada era globalisasi. Portal rumah belajar  digunakan sebagai  media untuk menjelaskan bagaimana TIK sangat berpengaruh pada kehidupan manusia termasuk dunia pendidikan. Secara klasikal siswa diperkenalkan dan mencoba beberapa fitur portal rumah belajar.

Langkah kedua yang dilakukan adalah dengan menjadikan Rumah Belajar sebagai reward Bintang Karakter yang diterapkan di kelas. Di dalam kelas, penulis menerapkan sistem reward berupa Bintang Karakter. Bintang Karakter ini berupa stempel bintang yang diberikan kepada siswa yang melakukan kebaikan di sekolah seperti mengerjakan tugas tepat waktu, datang paling awal, paling t ertib mengikuti kegiatan pra pembelajaran, dan sebagainya.

Siswa mengumpulkan stempel bintang karakter tersebut. Jika mempunyai 10 stempel bintang karakter, maka siswa diberikan kesempatan 30 menit untuk membuka Rumah Belajar menggunakan komputer sekolah ketika pulang sekolah. Siswa yang belum mempunyai 10 bintang, tetap bisa meliihat temannya membuka Rumah Belajar. Kegiatan ini juga termasuk  salah satu bentuk  pelaksanaan program Penguatan Pendidikan  Karakter (PPK) melalui Pembatik di dalam kelas.

Kedua kondisi sekolah tersebut di atas memiliki potensi ancaman pengaruh buruk kemajuan teknologi informasi  dan komunikasi yang sama. Siswa dengan intensitas tinggi dalam menggunakan fasilitas Tik akan bisa terdampak pengaruh buruk jika selaku pendidik tidak menghadirkan alternatif pemanfaatan TIK yang positf untuk menunjang proses pendidikan. Demikian halnya dengan siswa yang jarang maupun yang belum mengenal TIK. Jangan sampai mengenal TIK melalui media yang akan memberikan pengaruh buruk bagi karakter mereka. Ketika siswa disibukkan dengan kegiatan positif, maka pengaruh negatif perkembangan TIK akan bisa diminimalisasi. Oleh sebab itu, siswa perlu dikenalkan dan diberikan alternatif aktifitas positif tentang  TIK melalui Pembatik yang berkualitas. Salah satunya dengan memanfaatkan Rumah Belajar. Dengan demikian Penguatan Pendidikan Karakter dan  Pembatik dapat terlaksana seiring dan sejalan.