RUMAH BELAJAR UNTUK GENERASI MICIN

Gempuran arus globalisasi yang mahadahsyat telah menawarkan banyak kemudahan bagi kehidupan kita. Kemudahan dalam bidang informasi dan teknologi (IT) merupakan salah satunya. Namun banyak remaja yang tidak mampu membentengi jati diri mereka agar tidak terjerumus ke dalam gelombang negatif IT, hal ini tentunya dapat melahirkan generasi muda dengan kepribadian yang tidak kokoh. Pola pikir yang cenderung instan dan hanya mementingkan hasil bukan proses merupakan karakteristik dari generasi muda saat ini. Faktanya, banyak terjadi kasus di kalangan remaja yang menyalahgunakan media sosial hanya untuk mencemooh lambang negara, bahkan di dunia.

Fenomena yang terkait dengan benalu atau efek negatif globalisasi tentunya dapat melahirkan ‘generasi micin’ yang kepribadian dan nasionalismenya seperti micin (hanya sedap di lidah dan rasanya akan hilang setelah dimakan). Artinya, generasi micin sangat mudah tergerus akan arus globalisasi yang dapat mengantarkan mereka pada popularitas. Namun, jiwa kebangsaan mereka yang mudah terombang-ambing akan membuat generasi micin menjadi hancur, kehilangan jati dirinya, dan mudah terpengaruh untuk melakukan hal negatif. Adanya generasi micin menunjukkan bobroknya karakter remaja di zaman modern seperti sekarang ini sehingga tidak jarang dari mereka yang mudah terjerumus ke dalam perilaku menyimpang.

Optimalisasi Rumah belajar merupakan salah satu upaya preventif yang dapat dilakukan untuk memperbaiki moral generasi micin, generasi micin dapat memanfaatkan Rumah Belajar sebagai media pembelajaran yang unik dan menarik. Rumah Belajar merupakan platform pembelajaran berbasis jejaring sosial yang diperuntukan kepada siswa, dinaungi oleh guru, serta terhubung dengan orang tua siswa. Tahapannya, siswa harus membuat akun Rumah Belajar terlebih dahulu, kemudian log in dengan menggunakan kode kelas yang telah ditentukan. Rumah Belajar, guru dapat memberikan bahan ajar mulai dari foto, video, film, rekaman suara, kuis, ulangan, dan catatan pelajaran tanpa harus bertatap muka secara langsung. Media ini mirip seperti kelas diskusi secara online yang dapat memudahkan komunikasi antara guru dan siswa, serta memudahkan orang tua dalam memantau aktivitas anaknya sehingga mereka tidak perlu khawatir jika anaknya tenggelam dalam lautan teknologi.

Terdapat beberapa video perjuangan dengan latar belakang nasionalisme yang sangat eksis dan seringkali ditayangkan pada media Rumah Belajar. Mulai dari video Kursi Untuk Syahrir di mana dapat dilihat perjuangan Syahrir memajukan bangsa Indonesia. Di samping itu, video Soekarno, Jenderal Sudirman ataupun Cokroaminoto yang menceritakan bagaimana perjuangan bangsa Indonesia sampai meraih kemerdekaan, baik melalui persenjataan maupun pemikiran. Video seperti inilah yang harus lebih digencarkan untuk para remaja agar dapat menghargai perjuangan yang telah dilakukan oleh pahlawan-pahlawan Indonesia.

Melalui Rumah Belajar yang menayangkan video dengan tema nasionalisme, jika disaksikan oleh remaja, alam bawah sadar remaja akan merekam bagaimana sulitnya berjuang hingga Indonesia merdeka, bahkan perlu waktu sampai 300 tahun. Saat alam bawah sadar bekerja, maka akan terjadi perubahan emosional dalam diri para remaja. Remaja akan menghargai perjuangan pahlawan dan tidak akan dengan mudah untuk merusak bangsa. Remaja akan berpikir berkali-kali untuk menghancurkan bangsa yang telah dibangun dengan susah payah.

Potensi kecerdasan emosional yang lahir dari film-film sejarah pada media Rumah Belajar sangatlah potensial untuk dikembangkan. Terlebih lagi, kecerdasan emosional merupakan pondasi dari kecerdasan lainnya yang selalu membentengi jiwa generasi muda dan mengingatkan mereka mengenai dharma (kebaikan) dan adharma (keburukan). Terlebih lagi, pada media Rumah Belajar siswa tidak hanya diajak untuk menyaksikan video, melainkan juga menelaah, mengomentari, dan mendiskusikan tayangan tersebut.
Mencermati begitu besarnya peran Rumah Belajar, maka sudah seyogianya generasi muda termotivasi dan tergugah jiwanya untuk terus aktif dalam memanfaatkan teknologi informasi semacam Rumah Belajar. Bagi pihak sekolah diharapkan terus mengoptimalkan penggunaan video di Rumah Belajar guna meningkatkan daya tarik siswa dalam mengikuti pembelajaran konvensional. Untuk pemerintah seyogianya terus memfasilitasi pihak sekolah dalam melaksanakan pembelajaran unik seperti Rumah Belajar.

Fauzan Masri, S.Pd (Sahabat Rumah Belajar Provinsi Kepulauan Riau 2019)