MENGIMPLEMENTASIKAN KECAKAPAN ABAD 21 DENGAN SMARTPHONE DI SMPN 4 ARJASA SUMENEP

 

Di era sekarang ini smartphone atau ponsel pintar sudah bukan barang yang istimewa lagi yang harus dimiliki oleh golongan tertentu, bahkan kalau kita perhatikan mulai dari orang dewasa sampai balita rata-rata sudah banyak yang mampu dalam menggunakan seluruh aplikasi yang ada dalam smartphone-nya, apalagi dengan aplikasi whatsapp atau yang lebih  dikenal dengan WA. Permasalahannya, bagaimana cara kita memanfaatkan smartphone itu dengan bijak sehingga dapat bermanfaat bagi kehidupan kita dan tidak merugikan orang lain.

Pendidikan di era revolusi industri 4.0 merupakan pendidikan yang mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta penguasaan terhadap Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang menuntut kita sebagai insan pendidikan untuk dapat memanfaatkan secara maksimal teknologi telekomunikasi dan kebiasaan berteknologi telekomunikasi pada guru, orang tua peserta didik dan peserta didik kita dalam menyerap dan mengimplementasikan kecakapan abad 21 baik secara langsung maupun tidak langsung.

Bagaimana mengefektifkan peran kepala sekolah dalam konsep Kepemimpinan Perubahan dalam permasalahan tersebut di atas. Dalam hal ini perlu beberapa teknis pengorganisasian dengan seksama dan evaluatif terhadap guru, orang tua dan peserta didik.

  1. Pengorganisasian terhadap guru, melatih dan memberi pemahaman guru tentang Pendidikan di era revolusi industri 4.0 dan kecakapan abad 21 yaitu literasi, penguatan pendidikan karakter, 4C (Critical Thinking and Problem Solving Skill; Communication Skills; Creativity and Innovation; dan Collaboration) dan keterampilan berpikir lebih tinggi (Higher Order Thinking Skills(HOTS))
  2. Pengorganisasian terhadap orang tua peserta didik, memberi wawasan tentang manfaat dan kerugian dalam penggunaan smartphone, dalam hal ini disampaikan konsep penggunaan smartphone dalam pendidikan (pemberian materi, tugas, ulangan, kontrol kehadiran siswa di sekolah maupun kontrol aktivitas siswa di rumah dengan menggunakan grup WA)
  3. Pengorganisasian terhadap peserta didik, mengidentifikasi aplikasi-aplikasi yang sering digunakan dalam penggunaan smartphone dan melakukan pemetaan kepemilikan smartphone.
Dari pengorganisasian tersebut diharapkan akan terwujudnya :
  1. Wali kelas dan guru BK, grup WA dengan orang tua peserta didik setiap kelas yang fungsinya sebagai bentuk informasi pukul berapa peserta didik berangkat ke sekolah dan pulang dari sekolah (dalam bentuk foto selfi dengan orang tuanya saat berangkat dan saat tiba di rumah) dan aktivitas peserta didik di sekolah, serta sebagai bentuk informasi kepada sekolah dari orang tua yang berkaitan dengan aktivitas perserta didik di rumah, dan menjadi data intensitas kepedulian orang tua terhadap putra putrinya. Hal ini akan mewujudkan bentuk perhatian dan kontrol baik sekolah maupun orang tua terhadap perilaku peserta didik, sehingga diharapkan dapat meminimalisir perilaku negatif peserta didik. (Kecakapan Literasi, PPK)
  2. Guru Mata Pelajaran, a) memiliki grup WA dengan orang tua dan peserta didik setiap kelas dalam menginformasikan materi, tugas, ulangan; b) penggunaan smartphone sebagai alat dalam model pembelajaran flipped (pemberian tugas terlebih dahulu di rumah, diskusi dilakukan di sekolah) dengan menggunakan aplikasi googleform dalam penyampaian tugas/evaluasi; c) selalu melakukan update pengetahuan dalam menyikapi perkembangan diskusi yang akan dilakukan, karena peserta didik sudah mempersiapkan pengetahuannya di rumah dari tugas yang telah diberikan; d) terbiasa dengan penggunaan aplikasi googleform untuk mengetahui kemampuan awal dan daya serap peserta didik dalam materi pembelajaran; e) memiliki soal soal tugas dan evaluasi dibuat HOTS(Kecakapan literasi, PPK, 4C dan HOTS)
  3. Peserta didik; a) Merasa dekat dengan orang tua dan guru; b) Sekolah sebagai tempat yang nyaman dalam belajar; c) Belajar bisa dengan siapa saja, dimana saja dan kapan saja; d) Teman bukan ancaman dan saingan dalam berprestasi tetapi sebagai mitra dalam memperkaya pengetahuan dan pencapaian prestasi. (Kecakapan literasi, PPK, 4C dan HOTS)
Pendidikan adalah suatu proses, bukan sesuatu yang instan, penerapan paparan di atas tergantung dari kondisi sekolah, tetapi apabila ada motivasi, inovasi dan kemampuan manajerial yang baik bukanlah sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan. Hal ini terbukti ketika hal tersebut diterapkan pada SMPN 4 Arjasa yang notabene penduduknya sebagaian besar adalah TKI di Malaysia, dimana anak-anak mereka diberikan smartphone sebagai hasil kerja orang tuanya, maka sekolah mencoba menerapkan metode di atas dan dapat dikatakan hasilnya sangat memuaskan dalam artian PPDB meningkat dari tahun sebelumnya dan jumlah kehadiran orang tua dalam pertemuan dengan pihak sekolah meningkat serta guru cenderung ingin belajar dalam penggunaan aplikasi di google, tetapi kendalanya sekolah tersebut masih belum memiliki tenaga PNS, jadi ada perlambatan dalam keprofesionalisme.