RUMAH BELAJAR MENJADI KATALISATOR PENGINTEGRASIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DALAM PEMBELAJARAN

Pesatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) membawa pengaruh besar pada seluruh aspek kehidupan. Tak bisa kita pungkiri bahwa generasi saat ini, sebagai generasi digital (digital native), lebih tertarik dengan hal-hal yang berbasis TIK. Dapat kita amati bagaimana generasi saat ini sangat betah menghabiskan hampir sebagian besar waktu mereka untuk bersosialisasi di berbagai jenis media sosial, berselancar mencari berbagai informasi di mesin-mesin pencari, atau asik bersaing menjadi yang terbaik di berbagai permainan dalam jaringan (game online) yang kian hari kian beragam dengan menawarkan ‘kenikmatan’ tersendiri bagi pemainnya. Akibatnya, mereka seolah kurang tertarik lagi dengan hal-hal yang masih bersifat konvensional atau tidak mengikuti perkembangan zaman. Kondisi inipun berdampak dalam bidang pendidikan, terutama lingkungan belajar di sekolah. Peserta didik yang notabene generasi digital yang hampir seluruh aktifitas mereka mulai bangun tidur sampai tidur lagi sangat akrab dengan TIK akan menjadi kurang tertarik untuk belajar bila lingkungan belajar yang tercipta di sekolah masih bersifat konvensional tanpa ada kebaruan yang mengikuti perkembangan zaman. Bagai mana tidak, mereka yang sudah tau bagai mana mudahnya mencari informasi apapun yang mereka butuhkan hanya dengan mengetik atau bahkan menyebutkan kata kunci informasi yang mereka butuhkan, maka dalam hitungan detik akan muncul ribuan tautan yang berkaitan dengan informasi yang mereka cari, dihadapkan dengan lingkungan belajar konvensional yang masih cenderung hanya mengandalkan buku, papan tulis, dan ceramah dari pendidik sebagai sumber belajar atau informasi. Fenomena inilah, menurut saya pribadi, menjadi salah satu alasan bagi pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, secara gencar menggalakkan pengintegrasian TIK dalam pembelajaran demi terwujudnya lingkungan belajar berbasis TIK di sekolah untuk memenuhi ‘selera’ belajar generasi saat ini sekaligus mempersiapkan mereka menghadapi tantangan hidup di industri era 4.0.

Akan tetapi, pengintegrasian TIK dalam pembelajaran masih menemui berbagai kendala, seperti masih minimnya sarana dan prasarana pendukung terciptanya lingkungan belajar berbasis TIK dan masih banyaknya pendidik yang tergolong ‘gagap’ teknologi karena memiliki literasi TIK yang lemah terutama guru-guru senior yang masih tergolong baru mengenal teknologi digital (Digital Immigrant). Menurut saya, kendala yang paling vital adalah lemahnya literasi TIK pendidik karena selengkap apapun sarana dan prasarana pendukung yang tersedia di sekolah untuk menunjang terciptanya lingkungan belajar berbasis TIK, bila pendidik tidak memiliki literasi TIK yang baik, maka sarana dan prasarana itu tetap tidak akan bisa dimanfaatkan. Sebaliknya, bila pendidik memiliki literasi TIK yang baik, maka akan muncul solusi-solusi kreatif dari pendidik untuk menyelesaikan kendala yang disebabkan oleh terbatasnya sarana dan prasarana penunjang yang dibutuhkan untuk terbentuknya lingkungan belajar berbasis TIK.

Lemahnya literasi TIK yang dimiliki oleh pendidik inilah yang selanjutnya menyebabkan pendidik tetap ‘betah’ bertahan dengan lingkungan belajar konvensional tanpa berusaha mengintegrasikan TIK di dalam kelasnya. Bagai mana tidak, seperti yang kita ketahui bersama bahwa untuk mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran membutuhkan literasi TIK yang mumpuni dalam merencanakan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi pembelajaran. Pendidik juga dituntut harus mampu membuat atau setidaknya menyiapkan bahan ajar atau media pembelajaran berbasis TIK. Sementara bagi guru-guru ini, jangankan untuk membuat media pembelajaran berbasis TIK seperti animasi, video pemebalajaran, simulasi, multimedia interaktif dan sejenisnya, mungkin untuk membuat sebuah bahan ajar berbentuk tayangan Power Point saja mereka kesulitan. Jadi sepertinya, bukan mereka tidak mau, tapi tidak tau dan mampu untuk melakukan hal itu. Oleh karena itu, saya yakin, bila pendidik yang tergolong lemah literasi TIK ini, menemui sebuah ‘muara’ yang menyajikan apa yang mereka butuhkan untuk menutupi kelemahan-kelemahan yang mereka miliki dalam mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran, terutama menyiapkan bahan ajar dan media pembelajaran berbasis TIK yang siap dan praktis digunakan, mungkin mereka akan mau dan berusaha mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran di kelas-kelas mereka.

Kondisi inilah yang mungkin menjadi alasan lahirnya Portal Rumah Belajar. Hadirnya Portal Rumah Belajar menjadi bukti nyata usaha pemerintah dalam mendukung pengintegrasian TIK dalam pembelajaran sekaligus membantu pendidik yang tergolong lemah literasi TIK untuk mulai belajar mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran. Portal Rumah Belajar menawarkan berbagai fitur, baik fitur utama atau fitur pendukung, yang dapat secara langsung dan praktis digunakan. Satu fitur yang menurut saya sangat membantu pendidik dalam mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran adalah Fitur Sumber Belajar. Fitur ini menyajikan bahan ajar berbentuk video, animasi, permainan, dan media interaktif berbasis multimedia yang sangat menarik dan lengkap dari jenjang Paud sampai SMA atau SMK, bahkan ada juga untuk SLB dan Umum. Dengan mengakses fitur ini, pendidik hanya cukup mencari bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka tanpa harus repot membuat bahan ajar sendiri. Dengan kemudahan ini, pendidik yang merasa lemah literasi TIKpun dapat memiliki bahan ajar berbasis TIK tanpa harus repot membuat atau menyusun bahan ajar sendiri. Kemudahan ini akan menjadi daya tarik bagi pendidik yang tergolong ‘gagap’ teknologi untuk mulai belajar mengintegrasikan TIK dalam pembelajaran.

Selama saya melakukan sosialiasi pemanfaatan Portal Rumah Belajar dalam pembelajaran baik di sekolah tempat saya mengajar atau sekolah lain di lingkup pemerintah Kabupaten Mesuji, sebagai salah satu tugas setelah mengikuti Pelatihan Pembelajaran Berbasis TIK (PembaTIK) Level 3 Lampung 2019 saya mendapati bahwa para peserta sosialisasi yaitu pendidik yang hampir semuanya baru mengetahui adanya Portal Rumah Belajar, begitu bersemangat untuk mendaftar dan belajar mengakses fitur-fitur yang ada di Portal Rumah Belajar setelah mengetahui kemudahan dan manfaat yang ditawarkan oleh fitur-fitur yang ada pada Portal Rumah belajar. Mereka begitu tertarik dengan bahan ajar dan media pembelajaran yang ada pada Fitur Sumber Belajar karena begitu praktis dan mudah untuk digunakan di dalam kelas. Sajian materi yang terstruktur dan menarik dari setiap media pembelajaran memungkinkan siswa untuk lebih tertarik untuk belajar. Contohnya, salah satu guru Matematika di sekolah saya, Pak Asrori, S.Pd., yang selama ini belum pernah menggunakan TIK dalam kelasnyapun berani mencoba memanfaatkan salah satu media pembelajaran dengan judul ‘Membandingkan Bilangan Pecahan’ setelah mengikuti sosialisasi yang saya lakukan. Ia mengatakan bahwa siswa terlihat lebih antusius untuk terlibat aktif dalam pembelajaran dibandingkan sebelumnya, mungkin karena ada suasana baru yang hadir di kelas mereka. Selain itu, kelas tidak lagi terpusat pada guru, siswa sibuk belajar dalam kelompok secara mandiri dengan mengikuti tahapan pembelajaran yang telah disusun terstruktur dalam bahan ajar berbasis multimedia tersebut. Ia mengatakan akan mencoba terus memanfaatkan fitur-fitur pada Portal Rumah Belajar di kelasnya karena memudahkannya untuk dapat menjadi guru masa kini. Begitu juga beberap guru lain di sekolah saya yang saat ini mulai mencoba memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran dengan memanfaatkan Portal Rumah Belajar. Semangat yang mereka tunjukkan inilah yang membuat saya yakin bahwa semakin banyak orang yang mengetahui tentang Portal Rumah Belajar, maka akan semakin banyak pendidik yang akan mencoba mengintegrasikan TIK di kelas mereka. Bila kemudahan dan kebermanfaatan yang ditawarkan oleh Portal Rumah Belajar dapat diketahui oleh pendidik di manapun berada, saya sangat yakin, pengintegrasian TIK dalam pembelajaran akan terwujud di sekolah manapun, tentunya dengan dibarengi usaha pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Sehingga sangat beralasan bila saya menyebutkan bahwa Portal Rumah Belajar menjadi katalisator pengintegrasian TIK dalam pembelajaran.

Teruslah berbenah diri wahai Portal Rumah Belajar sehingga semakin banyak lagi keunggulan dan manfaat yang dapat dirasakan oleh siapa saja sehingga makin banyak lagi orang yang jatuh hati padamu. Gencarkan sosialisasi melalui program Duta Rumah Belajar dan program-program lainnya agar semakin banyak pendidik yang mengetahui tujuan mulyamu untuk menjadi tolakan awal pengintegrasikan TIK dalam pembelajaran.