Rumah Belajar Mengiringi Sekolah Terpencil dalam Menerapkan Pembelajaran 4.0

Minimnya fasilitas jaringan internet dan listrik bukan berarti menutup diri dari pembelaran berbasis TIK. Penggunaan komputer dan internet sudah bisa dirasakan oleh masyarakat sekalipun di daerah terpencil. Masyarakat di pedalaman, khususnya di tempat saya mengajar, salah satu daerah terpencil di kabupaten Pesisir Barat banyak yang memiliki ketertarikan akan penggunaan internet, karena dirasa juga bisa lebih banyak informasi yang didapat serta lebih mudah dalam menunjang segala aspek, salah satunya pendidikan. Anak-anak remaja saat ini sekalipun di daerah terpencil sudah mengenal social media. Namun dalam hal ini, salah satu peran guru, hendaknya mengarahkan remaja di pedalaman untuk dapat menggunakan internet secara bijak. Salah satunya adalah dengan sosialisasi Rumah Belajar.
Saya adalah salah satu guru di SMPN 2 Bengkunat Belimbing, daerah yang dikenal dengan nama Way Haru, kabupaten Pesisir Barat. Sekolah yang berjarak kurang lebih 113,5 km menuju pusat kota kabupaten Pesisir Barat. Salah satu daerah di provinsi Lampung yang belum terhubung jaringan internet langsung dan penggunaan listrik hemat energy tenaga surya. Belum ada satupun di sekolah yang memiliki laboratorium TIK, namun dengan tuntutan pendidikan saat ini, terutama akan mulai melangsungkan Ujian Nasional Berbasis Komputer, membuat para pendidik mulai belajar dan mengenal TIK. Masih jauh dibandingkan dengan sekolah di kota yang penggunaan TIK sudah menjadi hal yang mudah sekali ditemui. Untuk itu, pada kesempatan ini saya lebih memfokuskan untuk sosialisasi Rumah Belajar pada sekolah di desa yang baru memanfaatkan kegiatan pembelajaran berbasis TIK dan bahkan yang belum sama sekali.
Pengenalan Rumah Belajar dilaksanakan di SMP dan SD disekitar Wayharu. Sasaran kegiatan ini adalah dewan guru dan siswa-siswi SMP. Kegiatan ini mendapatkan antusias yang tinggi hingga siswa-siswi SMPN 2 Bengkunat Belimbing rela berbondong-bondong menuju “bukit sinyal” untuk mencoba membuka fitur Rumah Belajar. Beberapa fitur dapat dibuka, namun beberapa seperti kelas maya dan wahana jelajah ruang angkasa kurang dapat diakses karena keterbatasan sinyal. Begitu pula guru-gurunya, setelah dikenalkan Rumah Belajar, mereka langsung mencoba aplikasi Rumah Belajar di daerah khusus yang terdapat sinyal internet.
Banyak manfaat yang dapat dirasakan setelah mengenal Rumah Belajar. Selain dapat diakses secara gratis, sumber belajar dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran yang semula hanya mengandalkan sumber buku paket saja. Salah satu manfaat yang dirasakan oleh siswa kami yaitu,”Saya suka laboratorium maya, karena bisa mencoba melakukan percobaan walaupun di sekolah belum tersedia laboratorium,” ujar Anggun, siswa kelas 9 SMPN 2 Bengkunat Belimbing.
Untuk kedepannya Rumah Belajar akan menjadi bahan untuk dapat menerapkan model pembelajaran Flipped Classroom, karena anak anak remaja, khususnya siswa-siswi SMPN 2 Bengkunat Belimbing dapat memanfaatkan Rumah Belajar di luar jam sekolah menggunakan jaringan internet di tempat-tempat yang dapat dijangkau sinyal internetnya, sehingga dapat membantu siswa-siswi mendapatkan inspirasi, mencari bahan belajar diluar kegiatan pembelajaran di sekolah dan dapat mengikuti perkembangan pendidikan 4.0