Pentingnya Integrasi TIK, Perspektif Empirik dan Teoretik

Dinamika pembelajaran terus bergulir seiring dengan tuntutan layanan publik khususnya pendidikan. Tak bisa dipungkiri, model dan perencanaan pembelajaran yang baik mutlak dibutuhkan. Kehadiran guru dan kurikulum saja, tidak akan berarti tanpa sentuhan guru kreatif dan inovatif. Kreatifitas guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran atau istilahnya RPP sangat diperlukan. Melalui RPP yang disesuaikan dengan standar proses dari Permendikbud 2016 menjadikan pembelajaran akan lebih bermakna. Mengapa?

Standar proses menjadi acuan dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan pembelajaran di abad 21. Apalagi dengan adanya revolusi industri 4.0 yang tentu lebih menantang, maka guru perlu menyiapkan perencanaan yang matang. Mengajar tanpa persiapan, bisa diartikan guru telah “dholim” terhadap siswa.

RPP menjadi pekerjaan rutin guru sebelum melakukan aktifitas pembelajaran. Konsep RPP sering diidentikan dengan ideal. Sehingga pada praktiknya guru kewalahan terhadap kewajiban yang satu ini. Kewajiban administrasi guru rentan menjadikan guru”ogah-ogahan”. Istilah lain, guru lebih jamak melakukan copy paste , ketimbang bersuah payah menyusun sendiri. Padahal, RPP sangat syarat dengan ketentuan, konsep, dan karakter. Sehingga yang lebih karakter siswa tentu guru yang bersangkutan. Sehingga budaya copy paste sudah sebaiknya dihilangkan.

Guru saat ini jangan diam, dengan mewarisi kesalahan masa lalu. Maka melalui kreatifitas dan adaptasi terhadap perubahan, guru harus mampu melakukan rekonstruksi pembelajaran. Diawali dari konstruksi RPP yang lebih modern. Apa itu RPP modern?RPP modern bukan sekadar judul belaka. Namun lebih ke penerapan yang lebih dinamis sesuai dinamika yang ada. Kita tahu bahwa pembelajaran moder saat ini harus mengkonstruksi literasi, TIK, Hots, Karakter dan problem solving. Bahkan muncul pula istilah STEM dan sebagainya. Hal tersebut menjadi sumbangsih pada jagad pendidikan.

Sebelum menyusun RPP terintegrasi, guru harus memahami landasan filosofis pembelajaran yang ada di standar proses. Paling tidak, guru mau mencermati poin penting. Bahkan harus dapat menerapkan komponen penting ke dalam RPP. Selanjutnya guru menuliskan komponen utama RPP dari mulai identitas satuan pendidikan, KD, KI, indikator, langkah pembelajaran, sumber belajar, alat , media, penilaian, hingga unsur integrasi tersebut.

Kembali pada persoalan integrasi TIK. Terintegrasi dapat diartikan bahwa TIK itu menjadi bagian di dalam RPP. Menjadi bagian RPP beda dengan mutlak di RPP. Warna TIK lebih menjadi hal yang saat ini dibutuhkan. TIK dengan segala pernak-perniknya akan menjadi daya tarik pembelajaran. Guru dapat menuliskan sumber pembelajaran TIK di media, sumber belajar maupun di sintaks pembelajarannya.

Pada bagian sumber belajr, guru dapat mengintegrasikan beberapa fitur online dari sumber web atau LMS. Misalnya guru dapat mengambil dari sumber belajar di portal rumah belajar, atau sumber lain yang relevan. Rumah belajar merupakan portal pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi saat ini. Hanya saja kadang guru belum maksimal memanfaatkan fitur di dalamnya.

Guru bukan berhenti pada pemanfataan fitur saja, namun guru diharapkan mampu memproduksi konten pembelajaran. Banyak hal yang dapat dibuat guru untuk melengkapi konten yang ada. Sehingga dengan banyaknya konten , guru bisa memilih dengan leluasa.

Bahkan pada bentuk instrumen evaluasi, guru dapat pula memanfatakĀ  Kelas Maya yang ada di rumah belajar. Kelas maya ini bisa diakses dengan mudah oleh guru dan siswa.Model penilaian online dengan sajian modul, soal, dan penilaian disinyalir lebih nyaman.

RPP terintegrasi TIK bukan sekadar konsep, namun lebih ke arah aktualisasi. Maka pada penerapannya, tak sedikit guru yang masih gamang. PerluĀ  adanya terobosan dalam penyusunan RPP. Guru dapat menerapkan RPP tersebut terukur dan dapat memanfaatkan sumber yang benar. Sehingga RPP bukan lagi mutlak satu unsur saja, melainkan kolaborasi antarunsur.