PORTAL RUMAH BELAJAR, CARA PINTAR BELAJAR TANPA KERTAS

Sosialisasi Portal Rumah Belajar di Kabupaten Aceh Jaya

Portal Rumah Belajar, Cara Pintar Belajar Tanpa Kertas

Oleh: Qusthalani*

Secara terminologi pendidikan merupakan suatu upaya menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni, sehingga berguna untuk pembangunan bangsa dan negara. Pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi keberlangsungan suatu umat manusia. Selain sandang dan pangan, pendidikan sudah bisa dimasukkan dalam kebutuhan pokok manusia. Maju dan tidaknya suatu negara dapat dilihat dari kemajuan sistem pendidikannya, karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Maka itu pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas, berbudi pekerti yang luhur dan bermoral yang baik.

Ingatkah kita tentang sejarah, bagaimana Jepang terpuruk dengan hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima oleh bom sekutu Amerika. Jepang saat itu tak bisa berbuat banyak, sistem pemerintahan lumpuh total. Korban yang meninggal sampai jutaan jumlahnya, malahan ada yang kena efek radiasi bom. Radiasi bom atom, diperkirakan waktu itu akan hilang dalam masa yang lama sampai 50 tahun.  Itulah sebabnya Jepang terpaksa menyerah kepada sekutu, dan setelah itu Kaisar Hirohito mengumpulkan semua jendral masih hidup yang tersisa menanyakan kepada mereka “Berapa jumlah guru yang tersisa?“. Para jendral menegaskan kepada Kaisar bahwa mereka masih bisa menyelamatkan dan melindungi Kaisar walau tanpa guru. Tapi, Kaisar Hirohito berkata, “Kita sudah jatuh, karena kita tidak belajar. Kita selama ini sibuk dengan memperkuat diri dalam militer, tapi kita tidak tahu bagaimana menciptakan bom sedahsyat itu. Maka kumpulkan sejumlah guru yang masih tersisa, karena sekarang kita merubah strategi. Kepada guru kita akan bertumpu, bukan kepada kekuatan pasukan.” Pernyataan Kaisar Hirohito iini menyiratkan kepada dunia bahwa begitu pentingnya sebuah pendidikan.

Pendidikan sebagai leading sector pembangunan manusia memiliki peran siginifikan dalam menjawab persaingan global serta perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat dunia. Oleh karena itu pendidikan harus mengikuti perkembangan dan tuntutan kebutuhan manusia. Beberapa para ahli juga berpendapat bahwa perkembangan sistem pendidikan mengikuti perkembangan revolusi industri, bukan malah selanjutnya. Pendidikan mengalami degradasi dan berbanding terbalik dengan kemajuan putaran teknologi dunia. Sebut saja revolusi industri 1.0, ditandai dengan dikembangkanya mesin uap oleh James Watt. Pekerjaan yang sebelumnya dikerjakan oleh manusia mulai digantikan oleh mesin-mesin uap. Pendidikan dimasa itu juga disesuaikan dengan pekerjaan tersedia di dunia, pendidik dan peserta harus mampu menyiapkan output yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan mesin uap tersebut. Revolusi industri 2.0 pada awal abad 20, mesin sudah mulai menyesuaikan dengan sumber tenaga baru yaitu listrik. Sehingga produksi skala besar dengan menggunakan pekerjaan berbasis menjadi trendy dimasa itu. Pendidikan pun mulai berkembang, manusia sudah bekerja dengan listrik dan mampu mengembangkan mesin dengan sumber utama dari listrik. Revolusi industri 3.0, disini terjadi perkembangan perangkat lunak yang mendukung perangkat keras elektronik. Proses bisnis juga semakin berkembang dan lebih terstruktur mulai dari tahap perencanaan oleh manusia, jadwal dan aliran proses produksi. Disini juga mulai memperhatikan penekanan biaya produksi, bisa dibayangkan persaingan pekerjaan secara global semakin ketat. Skill-skill khusus mulai terus diminati, pendidikan pun sudah mulai kearah teknologi tingkat tinggi. Manusia harus mampu mengoptimasi teknologi secara menyeluruh, mekratronika menjadi pendidikan favorit. Revolusi industri 4.0, terciptanya sebuah jaringan yang menghubungkan komunikasi antar manusia dan alat. Teknologi internet of Things dimana memanfaatkan internet untuk membuat sistem dapat membagikan informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan tindakan yang memerlukan analisa cerdas. Pembuatan robot, kecerdasan buatan, teknologi kognitif seperti virtual reality dan lain sebaginya. Model bisnis juga sudah berubah dengan memanfaatkan teknologi, baik itu untuk jual – beli, manajemen manusia maupun perusahaan.

Tanpa kita sadari, sekarang kita sudah masuk ke dalam pusaran revolusi industri 4.0. Pendidikan di dunia juga diarahkan ke arah teknologi tingkat hyper tinggi tesebut. Sekolah sebagai penanggung jawab utama dalam menciptakan manusia yang siap dengan era digital ini, harus bekerja secara ekstra. Extraordinary education, sebuah tuntutat super dahsyat bagi penyelenggara pendidikan dalam menyiapkan manusia generasi Z ini.

Faktor-faktor yang menentukan mutu pendidikan terletak pada unsur-unsur dinamis yang ada di sekolah dan lingkungannya sebagai suatu kesatuan sistem. Satu unsurnya ialah guru sebagai pelaku terdepan dalam pelaksanaan pendidikan di tingkat institusional dan instruksional. Oleh karena itu, Guru harus mampu membuat dirinya bermutu agar pendidikan itu bermutu, pemerintah dan masyarakat juga harus mendukung untuk bermutunya guru.

Guru di sekolah memegang peranan yang sangat menentukan kelancaran proses belajar mengajar, karena tanpa guru tidak mungkin proses belajar-mengajar dapat berjalan. Guru harus lebih pintar dari murid. Guru memang semestinya dipilih dari orang-orang pilihan, di beberapa Negara maju yang penulis kunjungi, pendidikan guru memang menjadi favorit. Korea Selatan sebagai contoh, Fakultas Pendidikan (Teacher Training) menjadi favorit dan sangat kompetitif setelah Fakultas Kedokteran, pendidikan guru masuk sangat ketat. Ini membuktikan bahwa untuk menjadi guru memang harus lebih pintar. Tapi sebaliknya di negera kita betapa mudahnya kriteria menjadi seorang guru.

Berada di generasi tanpa kertas ini, pendidik harus paham teknologi melebihi dari siswanya. Kalau tidak siap-siap guru akan digilas secara sadis oleh siswanya pada suatu masa nanti. Tidak dapat dipungkiri gen Z adalah generasi paling aktif internet, yang sudah menjadikan dunia maya menjadi dunianya saat ini. Kehidupan abad 21 yang menjadikan penghuni bumi semakin pasif, karena semua ketersediaan sudah ada dalam satu genggaman. Dunia mau tidak mau harus menghadapi generasi ini. Saat generasi milenial menua dan generasi Z mulai dewasa. Internet sudah menjadi sesuatu (internet of things) atau bisa disebut dengan IoT. Konsep perangkat yang mampu mentransfer data tanpa perlu terhubung dengan manusia, melainkan internet sebagai medianya. Sederhananya manusia tidak perlu mengontrol benda/perangkat IoT tersebut secara langsung, melainkan manusia bisa mengontrol benda tersebut dari jarak jauh dengan gawe masing masing.

Cara pandang sekolah sebagai pabrik bukan cara pandang yang sesuai untuk pendidikan saat ini. Di dalam sistem produksi, tidak mengenal peran emosi. Mesin, sistem produksi, dan produk adalah hal-hal aktif, sedangkan emosi adalah sesuatu yang pasif. Sedangkan dalam dunia pendidikan kedua hal ini harus seimbang dan setara untuk selalu disejajarkan. Lalu apa yang harus dilakukan oleh pendidik bangsa ini diera revolusi industri 4.0 !. Pendidik harus mampu menyiapkan anak didik berkompetisi secara global pada abad 21 ini. Oleh karena itu, profesi guru juga semakin kompetitif. Jangan sampai anak didik kita nantinya menjadi penonton.

Setidaknya terdapat lima kualifikasi dan kompetensi guru yang dibutuhkan di era 4.0. Kelimanya meliputi:

  1. Educational competence, kompetensi mendidik/pembelajaran berbasis internet of thing sebagai basic skill di era ini;
  2. Competence for technological commercialization, punya kompetensi membawa siswa memiliki sikap entrepreneurship (kewirausahaan) dengan teknologi atas hasil karya inovasi siswa;
  3. Competence in globalization, dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap berbagai budaya, kompetensi hybrid, yaitu global competence dan keunggulan memecahkan problem nasional;
  4. Competence in future strategies, dunia mudah berubah dan berjalan cepat, sehingga punya kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan dan strateginya, dengan cara joint-lecture, joint-research, joint-resources, staff mobility dan rotasi, paham arah SDG’s, dan lain sebagainya.
  5. Conselor competence, mengingat ke depan masalah anak bukan pada kesulitan memahami materi ajar, tapi lebih terkait masalah psikologis, stres akibat tekanan keadaan yang makin komplek dan berat.

Penyelenggara pendidikan setidaknya dapat menempuh beberapa kebijakan dalam menghadapi menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung pendidikan 4.0. Salah satunya adalah dengan menyiapkan aplikasi-aplikasi non paper, baik pembelajaran secara online, praktikum secara maya, maupun belajar jarak jauh.

Beberapa sekolah di Indonesia sudah menggunakan aplikasi-aplikasi tersbut, tentunya dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya. Tapi pernahkah kita berfikir, sekolah-sekolah besar tersebut rela mengeluarkan budget yang tak sedikit sebagai penunjang pembelajaran. Artinya disini media pembelajaran berbasis paperless begitu penting. Kondisi seperti ini juga dimanfaatkan oleh para bisnisman untuk meraup keuntungan. Produk-produk dijajakan ke sekolah-sekolah dan penyelenggara pendidikan, dengan bahasa yang begitu manis dan menggoda. Oleh karena itu, sebuah instansi yang bertanggungjawab dalam mengembangkan teknologi pendidikan berupaya memberikan produk terjangkau bagi seluruh sekolah di Indonesia, bermakna disini adalah gratis. Instansi plat merah yang dimaksud disini adalah Pustekkom Kemdikbud

Tampilan portal rumah belajar,(Sumber: belajar.kemdikbud.go.id)

Produk yang dikembangkan oleh pustekkom sebagai penunjang pendidikan 4.0 diantara Portal Rumah Belajar. Terobosan dari instansi indukan kemdikbud ini memiliki delapan fitur utama yaitu:

1. Sumber Belajar

Kumpulan materi ajar bagi siswa dan guru berdasarkan kurikulkum yang relevan. Materi tersebut disajikan secara menarik dalam bentuk gambar, video,animasi, simulasi dan permainan (game). Materi-materi tersebut dapat diunduh untuk dipergunakan secara luring.

2. Buku Sekolah Elektronik

Menyediakan buku bahan bacaan siswa mulai dari jenjang SD, SMP, SMA dan SMK dengan berstandar nasional yang bisa dibaca secara daring dan dapat diunduh secara gratis.

3. Bank Soal

Merupakan kumpulan soal yang dapat digunakan untuk latihan, ulangan, dan ujian semester. Bank Soal ini diperuntukkan untuk jenjang SD, SMP dan SMA, pada mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA (Fisika, Biologi, Kimia) dan IPS (Sejarah, ekonomi, akuntasi dan geografi.

4. Laboratorium Maya

Menyajikan simulasi pembelajaran secara interaktif dan menarik. Penggunaan lab maya ini untuk meminimalisir kendala daerah-daerah yang sarana labnya masih terbatas. Hal tersebut memungkinkan pelajar untuk menghubungkan antara aspek teoritis dan praktis dengan tanpa kertas dan pena.

5. Peta Budaya

Kumpulan budaya dari seluruh indonesia. Peta budaya disajikan dalam bentuk gambar, video, animasi dan permainan pada tampilan peta seluruh Indonesia.

6. Wahana Jelajah Angkasa

Sarana belajar tentang ruang angkasa, jika saja semua daerah dekat dengan lokasi atau banyak penghasilan dan bisa berkunjung ke Pustekkom kemdikbud. Namun jika didaerah yang lokasinya jauh dapat mengakses portal rumah belajar.

7. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Pengambangan Keprofesian Berkelanjutan adalah kewajiban seorang pendidik untuk mengupgrade kemampuannya. Oleh karena itu pustekkom memberikan pelayanan khusus melalui portal rumah belajar pada fitur PKB, untuk membantu para pendidik mengasah kemampuannnya

8. Kelas Maya

Kelas yang dapat membantu proses pembelajaran kapan saja dan dimana saja. Kelas maya ini merupakan Learning Management System (LMS). Belajar di kelas ini dapat membantu peserta didik selalu aktif dan menyerap hal-hal yang positif. Selain delapan fitur utama tersebut terdapat juga tiga fitur pendukung yaitu karya bahasa dan sastra, karya komunitas, dan karya guru.

Manfaat penggunaan Rumah Belajar dalam pembelajaran dapat menjadikan pembelajaran yang asik dan tuntas. Apalagi portal ini dikombinasi dengan model-model pembelajaran yang kreati. Setiap peserta didik dapat diajak untuk membuktikan teori-teori sains, tanpa menggunakan kertas dan pena. Peserta didik juga diberikan tantangan untuk membuat model-model praktikum setiap bulannya, tujuannya untuk mengasah kemampuan mereka dan menjadikan pembelajaran sains itu menarik. Seperti diketahui peserta didik selama ini masih menganggap sains itu sulit, penggunaan lab maya ini dapat meminimalisir hal tersebut.

Pekerjaan rumah yang sangat berat bagi pendidik dan stakeholder lainnya. Tugas yang harus terus dilakukan untuk menyiapkan generasi masa depan yang memiliki daya saing dan kompetitif. Ketika pendidik dan pengambil kebijakan sudah paham akan revolusi industri 4.0, maka mendidik generasi Z dengan menggunakan portal rumh belajar berazas adil dan merata bukanlah hal yang mustahil. Pendidikan tanpa kertas, segera terwujud. Semoga !

*Qusthalani, S.Pd, M.Pd, Duta Rumah Belajar Provinsi Aceh, Ketua IGI Kabupaten Aceh Utara