Digitalisasi Bahasa dan Aksara Jawa di Revolusi Industri 4.0

Mengelola pendidikan abad 21 membutuhkan kesiapan semua aspek. Bukan sekadar impian kualitas tetapi juga lebih berorientasi pada pijakan perkembangan teknologi dan revoluasi industri 4.0. Sebuah gagasan dan konsep yang cukup bagus untuk dikembangkan di Indonesia. Persoalannya, sejauh mana kesiapan sumber daya kita untuk ‘metamorfosis” ke arah wujud pendidikan yang modern tersebut?

Apa itu revolusi industri? Dapat diartikan bahwa revolusi industri 4.0 adalah proses kelanjutan perubahan tahap automatisasi pada revolusi industri 3.0 dalam kehidupan yang bertumpu kepada sistem jaringan internet.

Beberapa hal yang dirasakan di lapangan akibat revolusi indutri 4.0, yakni:1. Bergesernya layanan konvensional menjadi online. Seperti ojek online, taxi online, pasar online, hiburan dan sebagainya, 2. Menurunnya perusahaan ritel besar dan banyak digantikan oleh sistem online, dan 3. Terbukanya kerjasama personal dengan sesama pengguna internet tanpa ada batas negara. Hal ini dirasakan langsung oleh AsikBelajar.Com bekerjasama dengan teman di Polandia dalam bidang publisher. serta (4). Adanya pergeseran etika sosial dalam pergaulan masyarakat yang disebut phubbing. Phubbing  (Phone Snubbing) adalah sebuah istilah tindakan acuh tak acuh seseorang di dalam sebuah lingkungan karena lebih fokus pada gadged dari pada membangun sebuah percakapan.(5). Kesempatan berkarya untuk kaum disabilitas karena terbantu sistem yang serba online.

Sejalan dengan perubahan tersebut, maka dunia pendidikan saat ini perlu mengembangkan kurikulum. Agar lulusan bisa kompetitif, kurikulum perlu orientasi baru, sebab adanya Era Revolusi Industri 4.0, tidak hanya cukup Literasi Lama (membaca, menulis, & matematika) sebagai modal dasar untuk berkiprah di masyarakat menurut Ahmad, I, 2018 (Aoun, MIT, 2017). Terdapat tiga kelompok/jenis literasi era revolusi industri 4.0:(1). Literasi Data: Kemampuan untuk membaca, analisis, dan menggunakan informasi (Big Data) di dunia digital.(2). Literasi Teknologi: Memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (Coding, Artificial Intelligence, & Engineering Principles).(3). Literasi Manusia: Humanities, Komunikasi, & Desain.

Hal ini juga berdampak pada bagaimana pembelajaran muata lokal(Bahasa Jawa) saat ini. Sebagai muata lokal akan terlindas oleh perubahan peradaban 4.0 jika tidak melakukan “metamorfosis” . Kebudayaan dan bahasa perlu dipoles menjadi lebih efektif dengan memanfaatkan piranti teknologi digital. Pasalnya, generasi saat ini lebih mampu berpikir secara luas dan mudah beradaptasi dengan perubahan.

Bahasa Jawa menjadi tantangan jika pola pembelajarannya masih konvensional. Pertanyaannya ke depan model guru seperti apa yang bisa mengadaptasikan konten local wisdom dengan perubahan revolusi industri 4.0?

Untuk itu, diperlukan keterampilan adad 21 dengan memaksimalkan perangkat digital. Misalnya konten kebudayaan yang material atau non material bisa didigitalisasikan. Sehingga melalui akses internet yang cepat dan mudah, generasi muda Jawa akan mudah memahami budayanya. Konten-konten pembelajaran di kelas lebih dikembangkan dengan bahan ajar digital, buku digital, video pembelajran, animasi, dan bentuk kelas virtual.

Dengan bentuk tersebut, diyakini pembelajaran bahasa Jawa di era revolusi industri 4.0 akan bisa diwujudkan. Diperlukan dukungan pemerintah daerah, dan kualitas sumber daya manusianya. sehingga kita akan mudah beradaptasi dengan perubahan ini.

Misalnya penulisan dan pembacaan aksara Jawa yang selama ini dirasa susah oleh siswa , bisa digitalisasikan. Melalui aplikasi mobile, siswa akan mudah membaca dan menulis aksara Jawa. Font aksara Jawa sudah bisa diinstal di aplikasi sehingga kita bisa chating menggunakan font Jawa. Melalui digitalisasi bahasa dan sastra Jawa , maka konten lokal diyakini bisa beradaptasi dengan perubahan industri 4.0.