Portal Rumah Belajar dan Transformasi Pembelajaran Sejarah

Pendahuluan

Sejarah merupakan mata pelajaran yang tidak saja mencerdaskan secara intelektual anak bangsa, tetapi juga mengarahkan karakternya menjadi lebih baik. Melalui sejarah, kita dihantarkan untuk mengerti akan diri kita sendiri, sejauh mana kita sudah dapat menjadi sebuah bangsa. Jangan sekali-kali melupakan sejarah, begitu kata Sang Proklamator, Soekarno. Ia menyadarkan kita tentang pentingnya untuk tidak melupakan sejarah, karena jika sebuah bangsa melupakan sejarah, maka akan hancurlah masa depan bangsa. Fenomena ini mulai muncul, di mana pembelajaran sejarah yang kedudukannya sebagai mata pelajaran pembangun karakter peserta didik, kedudukannya mulai dianggap kurang penting.

Dalam beberapa kesempatan, saya mencoba melakukan survey sederhana dengan meminta pendapat peserta didik mengenai proses pembelajaran sejarah yang sudah mereka lalui bersama dengan guru sejarah sebelumnya. Hasilnya, tidak mengejutkan. Sebahagian besar peserta didik menganggap bahwa belajar sejarah sangat tidak menyenangkan karena membosankan. Apalagi di jam-jam terakhir. Mereka mengambil asumsi ini berdasarkan proses pembelajaran sejarah yang mereka dapatkan pada jenjang sebelumnya di kelas X. Ketika peserta didik ditanya pelajaran apa yang paling tidak disukai, maka jawabannya adalah sejarah. Pelajaran apa yang paling membosankan adalah sejarah. Guru apa yang paling tidak disukai adalah guru sejarah. Momen belajar sejarah yang paling mengasyikkan hanya ketika guru sejarah mengajak untuk melakukan Field Trip sejarah ke beberapa situs-situs sejarah. Namun, kata kuncinya bukan belajar sejarah, tetapi “jalan-jalan”.

Fenomena ini bukanlah dimulai dari kesalahan yang dilakukan peserta didik, tetapi lebih kepada kesalahan guru dalam mengajarkan sejarah di sekolah. Model pendidikan yang lebih banyak dijalankan saat ini merupakan model pendidikan “penindasan” yang tidak manusiawi. Apapun alasannya, model pendidikan yang diterapkan dalam dunia kenyataan merupakan sesuatu yang menafikan kemanusiaan (dehumanisasi).

Peserta didik dibuat tak berdaya dan dibenamkan dalam apa yang Freire sebut sebagai “kebudayaan bisu” (submerged in the culture of silence). Mereka berada di dalam situasi di mana A secara objektif mengeksploitasi B atau merintangi usahanya untuk menegaskan diri sebagai seorang yang bertanggung jawab. Jika ditilik lebih jauh, maka posisi guru dan pserta didik adalah antara posisi penindas dan tertindas. Inilah yang kemudian disebut Freire (1999:58-60) sebagai model pendidikan otoriter yang diistilahkan sebagai banking education.

Metafor banking berasumsi bahwa ilmu pengetahuan adalah semacam barang, seperti uang yang biasa ditransfer dari satu orang kepada orang lain. Pendidikan banking berarti ilmu pengetahuan ditransfer dari pengajar kepada pelajar. Pengajar mendominasi muridnya. Ini mengasumsikan bahwa guru mengetahui semua hal, murid tidak mengetahui sesuatu pun. Guru bercerita, menentukan dan menerangkan informasi yang harus diterima, dihafalkan dan diulang oleh peserta didik secara mekanis.

Transfer informasi ini menjadi lambang dan instrumen penindasan yang melarang dan menghalang-halangi penyelidikan, kreativitas dan dialog. Secara jelas bahwa pendidikan banking telah mendikotomikan antara kesadaran dan dunia. Oleh karenanya, model pendidikan telah mendomestifikasi realitas. Inilah model pendidkan yang diterapkan sebahagian guru sejarah dalam dunia pendidikan, walaupun dalam tatanan teori, ada banyak model pendidikan yang bisa diterapkan, yang memungkinkan terjadinya pergeresan paradigma PBM dari content transmission ke learning experience. Ketika guru sejarah mencoba untuk keluar dari paradigma pendidikan metafor banking tersebut, guru sejarah juga dihadapkan dengan realitas yang juga tidak memungkinkan untuk merubah diri.

Rumah Belajar dan Transformasi Pembelajaran Sejarah

 Portal Rumah Belajar merupakan sebuah ikhtiar baik dari Pustekkom, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sebuah ide kreatif yang memungkinkan pembelajaran dilakukan di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja, sesuai dengan prinsip pembelajaran portal Rumah Belajar saat ini. Berbagai fitur dapat digunakan di dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Transformasi pembelajaran terjadi dengan menggunakan portal ini. Guru dan siswa dapat berinteraksi secara virtual kapan saja dan di mana saja. Fitur-fitur yang di dalam portal ini memungkinkan terjadinya pergeresan paradigma pembelajaran dari content transmission ke learning experience. Siswa diarahkan untuk belajar aktif dan kemudian memahami bahwa guru, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi mereka. Ada banyak hal di luar sana yang dapat dijadikan sumber belajar, sebagaimana di dalam sejarah bahwa artefak dan hasil-hasil kebudayaan manusia lainnya merupakan sumber belajar yang dapat ditelaah lebih lanjut, untuk memahami kehidupan manusia pada masa lalu, yang dapat dijadikan sebagai inspirasi dan evaluasi di masa kini dan masa depan.

Bagi guru sejarah, variasi strategi pembelajaran dengan menggunakan teknologi menjadi penting karena sebahagian besar, apalagi jika sekolah-sekolah jauh dari sumber-sumber sejarah, sehingga abstraksinya sangat tinggi. Peserta didik tidak dapat melihat langsung objek sejarah yang ada. Mereka belajar atas dasar rekaan semata. Padahal, tuntutan untuk melakukan learning by doing menjadi harapan semua, tidak saja bagi guru tetapi juga bagi orang tua. Kendati tidak sepenuhnya melihat dan merasakan langsung objek-objek sejarah tersebut, tetapi paling tidak memperkecil abstraksi yang terjadi. Melalui fitur sumber belajar di dalam portal Rumah Belajar, peserta didik dapat melihat objek-objek sejarah tersebut dalam bentuk animasi maupun narasi sejarah yang disertai gambar. Walaupun diperlukan pengembangan lebih lanjut atas fitur ini khusus untuk kajian sejarah.

Guru sejarah akan lebih mudah memantau aktivitas peserta didik ketika memberikan penugasan ke lapangan atau tugas project lainnya melalui portal ini. Di samping itu, hasil penelitian maupun aktivitas kesejarahan lainnya yang dihasilkan oleh peserta didik dapat dikirim langsung melalui fitur kelas maya, di mana memungkinkan pula bagi guru dan siswa untuk berinteraksi secara virtual di dalam forum diskusi. Peserta didik yang aktif berdiskusi di forum diskusi akan mendapat nilai keaktifan tersebut.

Portal Rumah Belajar juga membantu guru untuk memberikan penugasan secara virtual ketika guru-guru sejarah sedang melakukan tugas penelitian di luar sekolah pada jam belajar, sehingga pembelajaran masih dapat berlangsung. Guru dapat mengirim modul dalam bentuk video, gambar maupun tulisan ke dalam fitur kelas maya yang dapat memungkinkan siswa untuk menganalisis modul-modul tersebut.

 

Penutup

Oleh karena itu, dengan memanfaatkan portal Rumah Belajar, perubahan paradigma belajar dapat dilakukan sehingga pelajar yang merupakan asset bangsa, menjadi orang-orang yang lebih mengedepankan intelektual dan budaya literasi. Hal ini dimulai dengan keyakinan bahwa model pendidikan metafor banking bukanlah sebuah solusi dan tidak dapat dihadirkan lagi dalam proses belajar mengajar.

Namun, perubahan ini tidak hanya sebatas di tingkat pendidik, tetapi juga di tingkat decision maker dan juga segenap stakeholder yang berkepentingan dengan dunia pendidikan. Hal ini meyakinkan kita bahwa teknologi pendidikan zaman now merupakan radically necessary bagi keberhasilan proses penyadaran, humanisasi dan transformasi. Akhirnya, menikmati pendidikan yang lebih baik akan dapat segera kita raih.

Penulis adalah Pendidik di SMA Negeri 6 Binjai, Sumatera Utara. Email: yopismanam@gmail.com atau yopismantig@gmail.com. Hotline: 085270729834