PENDIKAR, TEKNOLOGI, DAN BAHASA INGGRIS UNTUK GURU MENYONGSONG ERA GLOBAL

Oleh: Donot S., S.Pd., M.Pd. (Anggota PGRI Kab. Mesuji)

Pendidikan Karakter

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyebutkan pendidikan berfungsi  mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Peraturan pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Penyelenggaraan Pendidikan pada pasal 7 ayat (3) menyebutkan bahwa pendidikan dasar termasuk SMP bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manuasia yang (a) beriman dan bertaqwa kepada Tuhan kepada Tuhan Yang Mahaesa; (b) berakhlak mulia dan berkepribadian luhur; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial, demoraktis dan bertangung jawab. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa tujuan pendidikan di setiap jenjang termasuk SMP sangat berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik.

Pendidikan Karakter tidak hanya tuntutan undang-undang dan PP, tetapi juga oleh agama. Dalam Islam, sifat-sifat khusus (akhlak) yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW adalah: (1) Shiddiq-jujur, (2) Amanah-dapat dipercaya, (3) Tabligh-menyampaikan, (4) Fathanah-cerdas pandai, (5) Ma’sum-tidak pernah berbuat dosa.

Hasil penelitian di Harvard University Amerika Serikat dalam (dalam Ali Ibrahim Akbar, 2000) menunjukkan bahwa, kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan  dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Mengingat soft skill lebih mengarah pada keterampilan psikologis maka dampak yang diakibatkan

Lebih tidak kasat mata namun tetap bisa dirasakan. Akibat yang dirasakan adalah perilaku sopan, keteguhan hati, kemampuan kerjasama, membantu orang lain. Soft Skil berkaitan dengan karakter seseorang.

Berdasarkan hal dia atas dapat diidentifikasikan bahwa  Peserta didik dengan perilaku yang berkarakter kurang baik yang ditandai: berkendaraan ugal-ugalan, suka musik remik (poki-poki) yang tidak mendidik, kebiasaan merokok dan minuman keras, sifat tidak bertanggung jawab, kurang tanggap akan kebersihan, berpakaian tidak rapi, enggan belajar keras, motivasi belajar kurang yang ditandai nila hasil belajar rata-rata di bawah KKM, kurang hormat terhadap guru dan orangtua, tidak tepat waktu belajar, tawuran dan suka berkelahi, kurang rasa memiliki menjaga dan memelihara sarana sekolah, menikah sebelum lulus, pengaruh pergaulan bebas dan penyalahgunaan elektronik.

Orangtua dan wali seakan menyerahkan penuh putra-putrinya ke sekolah dengan tuntutan akan menjadi lebih baik karakternya.  Tuntutan tersebut didasarkan ada fenomena sosial yang cenderung berperilaku seperti di atas. Apalagi juga dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan Intensitas dan Kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada sekolah.  Tuntutan tersebut didasarkan ada fenomena sosial yang berkembang di atas.

Kemudian kesibukan dan aktivitas orang tua dan yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orangtua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga.

Konfigurasi karakter di atas sebenarnya perlu penggarapan pembinaan karakter tidak hanya dalam satu aspek karakter mental saja tetapi juga dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosio-kultural untuk peserta didik yang dapat dikelompokkan dalam:

  1. Olah hati (spritual and emotional development)
  2. Olah pikir (intelectual development)
  3. Olahraga dan kinestik (physical and kinestic development)
  4. Olah rasa dan karsa (affective and creativity development)

Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter  yang mencakup beberapa aspek tersebut perlu dilakukan yang sesuai dengan kondisi sekolah dengan terobosan grand strategi revolusi manajamen yang cocok oleh pihak sekolah, sehingga totalitas aspek tersebut dapat tergarap dengan baik..

Dalam hal ini  – menerapkan manajemen sekolah yang didukung Totalitas Kualitas Manajemen yang dikembangkan menjadi Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan adalah solusi efektif untuk optimalisasi implementasi pendidikan karakter .

Adapun aspek garapan terobosan rancangan ini  meliputi:

  • pendidikan karakter terpadu dalam pembelajaran tentunya oleh guru profesional, berdedikasi tinggi
  • Pendidikan karakter masuk dalam Manajemen Sekolah (MBS) tentunya oleh Kepala Sekolah yang profesional.
  • Pendidikan karakter terpadu kegiatan pembinaan kesiswaan.

Kemudian semua ini yang berlandaskan tujuan yang kuat yakni terproduk lulusan berkualitas serta berkarakter,  menyiapkan ginerasi berkarakter tidak hanya karakter dalam arti sempit “Budi Pekerti dan relegius” tetapi karakter dalam arti ginerasi yang mampu menyongsong era teknologi, (TIK), mampu berbahasa asing khususnya “ Bahasa Inggris”.

Indikator Keberhasilan

  1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
  2. Memahami kekurangan dan kelebihan sendiri;
  3. Menunjukkan sikap percaya diri;
  4. Mematuhi aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang luas;
  5. Menghargai keragaman SARA termasuk golongan ekonomi dalam lingkup daerah dan nasional;
  6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
  7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
  8. Menunjukkan Kemampuan Belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
  9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
  10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial dan sosial;
  11. Memanfaatkan lingkngan secara bertanggung jawab;
  12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan bangsa;
  13. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
  14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
  15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
  16. Bekomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
  17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat, menghargai adanya perbedaan pendapat;
  18. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara dan menulis Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
  19. Memiliki jiwa kewirausahaan.
  20. Melek Teknologi
  21. Aktif-pasif, mampu bernahasa Inggris sesuai dengan tingkatan pendidikannya.

 

Deskripsi alasan pemilihan strategi pemecahan masalah strategi yang dipilih dalam upaya pemecahan masalahan Implementasi Pendidikan Karakter:

  1. Implementasi Pendidikan Karakter sebelumnya penerapannya belum maksimal sebatas anjuran. Sehingga pelaksanaanya sebatas parsial hanya mengelipkan pada kegiatan tertentu, hasilnya pun masih belum optimal.
  2. Pada Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran/RPP Guru belum terintegrasi pendidikan Karakter, sehingga pendikar belum optimal.
  3. Pada Program Kesiswaan, OSIS, dan kegiatan Ekskul lainnya belum tersirat secara tajam pendidikan karakter.
  4. Belum masuk dalam manajemen sekolah termasuk belum masuk di RKAS
  5. Pelaksanaan yang terjadi baru sebatas instruksi maka kualitas implementasi masih kurang.

Dengan paparan di atas penyelenggaraan Pendidikan Karakter dilakukan dilandasi konsep Totalitas Kualitas  Manajemen, secara terpadu melalui 3 (tiga) jalur, yaitu:

  1. Manajemen Sekolah (MBS),
  2. Inklud dalam Pembelajaran, dan
  3. Kegiatan Pembinaan Kesiswaan.

Langkah Pendidikan Karakter di sini meliputi: Perancangan, implementasi, monitoring dan evaluasi, serta tindak lanjut.

Implementasi Totalitas Kualitas Manajemen dalam Pendidikan Karakter

Sesuai dengan konsep yang digunakan penerapan TKM Pendidikan pada tulisan ini, maka seluruh kualitas Pendidikan Karakter-, akan diukur dengan kualitas pencapaian mutu program dengan sasaran utama pada Kepuasan Pelanggan Pendidikan. Baik pelanggan (dalam pendidikan) yang meliputi:

  1. pelanggan dalam (internal custome ) yakni siswa, guru, kepala

 sekolah dan seluruh personal yang ada di sekolah,

  1. pelanggan luar (external customer) yakni pemangku kepentingan,

 termasuk masyarakat.  Kemudian tugas kepala sekolah memanajemen seluruh Tenaga Pendidik dan kependidikan di sekolah berjalan satu arah yang sama dalam pencapaian tujuan besar pendidikan karakter relevan dengan prinsip utama TKM Pendidikan:” Bekerja sama bukan sama-sama kerja.”

Implementasi Pendidikan Karakter, dengan dasar di atas tentunya dituntut memenuhi spesifikasi Totalitas dan Kualitas Manajemen Pendidikan,  yakni:

  1. Perbaikan Program Pendikar secara terus menerus jika dalam akhir pelaksanaan masih ditemukan kelemahan-kelemahan, (continuous improvement).
  2. Menentukan standar mutu/kualitas pelaksanaan program  pendidikan karakter (quality assurance).
  3. Perubahan kultural (change of culture); akan dilaksanakan Perbaikan struktur tim jika di akhir program belum berjalan
  4. Perubahan organisasi (upside-down organization); akan dirombak total bentuk dan manajemen program jika dalam pelaksanan pendidikan karakter masih belum berhasil, termasuk merombak struktur tim organisasi.
  5. Mempertahankan hubungan dengan pelanggan yang baik (keeping close to thecustomer); dengan jalan selalu menjaga kepuasan, minimal memenuhi pelayanan  standar kepuasan pelanggan bahkan diupayakan melebihi.

Berdasarkan konsep Totalitas dan  Kualitas  Manajemen (TKM) Pendidikan di atas, maka Penyelenggaraan Pendidikan Karakter- dirancang sebagai berikut:

Pembentukan Karakter yang Terpadu denga Manajemen Sekolah (MBS)

Manajemen adalah pemanfaatan dan pemberdayaan seluruh sumberdaya (manusia dan sumber-sumber lain), melalui suatu proses dan pendekatan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Panduan Pendikar, 2011:71). Manajemen sekolah yang berkarakter  mengandung nilai-nilai karakter ditanamkan secara terpadu ke dalam pengelolaan sekolah.

Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan, dll.) diimplementasikan dalam dalam aktivitas manajemen sekolah, seperti pengelolaan: regulasi pengaturan sekolah, sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan, pembelajaran, penilaian dan informasi, serta pengelolaan lainnya. Alur berpikir pendidikan karakter terpadu dengan manajemen sekolah eperti terlihat pada pada diagram di bawah ini.      

Terpadu dengan Pembelajaran pada semua Mata Pelajaran

Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran semua mata pelajaran. Di antar beberapa prinsip yang dipakai-, dalam pembuatan perencanaan pembelajaran dirancang dalam silabus, RPP, dan bahan ajar.

Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan, dll.) diimplementasikan dalam dalam pembelajaran mata pelajaran yang terkait seperti Agama, PKn, IPS, IPA, Penjas Orkes, dan lain-lainnya. Hal ini dimulai dengan pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Teknologi/TIK bagi Guru

Pengertian lain dari Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dikutip dalam Rusman, dkk (2011) adalah  sebagian dari ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Tercakup dengan defenisi tersebut semua perangkat keras, perangkat lunak, kandungan isi, dan infrastruktur komputer maupun komunikasi. UNESCO menyatakan bahwa semua negara maju dan berkembang, perlu mendapatkan akses TIK dan menyediakan fasilitas pendidikan yang terbaik, sehingga diperoleh generasi muda yang siap berperan penuh dalam masyarakat modern mampu berperan dalam negara pengetahuan. Karena perkembangan TIK yang pesat, perubahan terus menerus menjadi tantangan berbagai pihak, dari kementrian pendidikan, pengajar dan penerbit. Keterbatasan sumber daya mengungkung sistem pendidikan. Namun TIK demikian pentingnya bagi sehatnya industri dan komersial di masa depan negara, sehingga investasi dalam peralatan, pendidikan guru, serta layanan pendukung untuk kurikulum berdasarkan TIK seharusnya prioritas pemerintah.

Pemanfaatan teknologi dan komunikasi dalam bidang pendidikan (Munir ,2009), pemanfaatan komputer dan jaringan komputer memberikan kesempatan kepada setiap pembelajaran untuk mengakses materi pembelajaran yang disajikan dalam bentuk interaktif melalui jaringan komputer. Dari penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa TIK merupakan media yang berupa teknologi seperti komputer beserta jaringanya yang dapat digunakan untuk proses pengolahan dan pemprosesan data yang berguna untuk pemanfaatan berbagai bidang sosial, ekonomi, budaya dan tentunya pendidikan. Pada tingkat global perkembangan TIK telah memengaruhi seluruh bidang kehidupan umat manusia. Intruksi TIK ke dalam bidang-bidang teknologi lain telah sedemikian jauh, sehingga tiada satu pun peralatan hasil inovasi teknologi yang tidak memanfaatkan perangkat TIK.

Pada tataran di lapangan pada di rata-rata satuan pendidikan di Lampung TIK belum teramanatkan secara detail alokasi jam pada Kurtilas, sehingga tidak dipungkiri TIK hanya milik peserta didik yang bersekolah di kota-kota. Di Kabupaten yang nota bene jauh dari jangkauan kemajuan maka TIK semakin kurang mendapatkan posisi pembelajaran

Tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi ini yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat. Kemampuan untuk berbicara asing dan kemahiran di bidang komputerisasi adalah dua syarat yang biasa diminta masyarakat untuk memasuki era global baik di

Bahasa Inggris

seorang guru selayaknya terus mengembangkan kompetensi yang menyangkut hal teknis maupun non teknis dalam pembelajaran. Kompetensi bebahasa adalah salah satu kemampuan guru yang harus dikembangakan. Bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang masuk di dalam pelajaran yang telah dimuat dalam kurikulum layak dipelajari oleh guru. Bukan hanya oleh guru Bahasa Inggris, tetapi juga oleh guru mata pelajaran yang lain.

Kendala umum yang dihadapi guru dan siswa dalam menggunakan Bahasa Inggris pada umumnya sama, yaitu masalah keterbatasan kosa kata yang diketahui dan Strategi Guru dalam Pembelajaran.Terkadang terasa sulit untuk mengemukakan pendapat menggunakan Bahasa Inggris. Hal yang perlu diingat adalah bahwa untuk bisa dan terbiasa berbahasa Inggris adalah dengan sering memakai Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari- hari, maka kosa kata yang diketahui akan bertambah. Selain itu, guru dan siswa tidak perlu takut dengan kesalahan yang dibuat dalam hal struktur atau tata bahasa dalam Bahasa Inggris. Bahwa dalam bercakap- cakap menggunakan Bahasa Inggris tidak perlu terlalu mengkhawatirkan struktur atau grammar-nya. Sepanjang apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh lawan bicara dan  mendapat respons yang sesuai, maka dapat dikatakan percakapan itu telah berhasil dilakukan sesuai dengan fungsi serta maksud dan tujuannya.

Pengalaman empiris penulis, selalu bertanya dengan menggunakan bahasa Inggris setiap Pom Bensin dari Mesuji sampai Metro. Rata-rata tidak paham akan pertanyaan dengan bahasa Inggris, yang kira-kira di-Indonesia-kan; “Berapa uang saya harus bayar? Mereka hanya tersenyum “Ga ngerti Pak!”

Mereka rata-rata tamat SMA-SMK. Ada yang salahkah pembelajaran bahasa Inggris di sekolahnya?, Jika dihitung berapa tahunkah mereka belajar Bahasa Inggris dari kelas 4 SD, plus SMP 3 tahun, dan SMA 3 tahun?

Beradasarkan temua realita di atas tentu upaya peningkatan kompetensi atau kemampuan guru dalam berbahasa Inggris perlu terus dilaksanakan secara berkesinambungan. Karena kunci dari kemahiran berbahasa Inggris adalah dengan terus mempraktikkannya. Tanpa adanya kesinamnbungan, maka kemampun awal yang dimiliki guru dala berbahasa Inggris tidak akan berkembang atau mungkin bisa berkurang.  Karena bahasa sifatnya adalah aplikatif, maka semakin sering mempergunakan akan semakin bisa kita mengemukakan pendapat menggunakan kosa kata Bahasa Inggris yang kita punya dengan menyesuaikan pada konteks percakapan yang ada. Walaupun masih sangat terbatas, kita akan terbiasa mencari padanan kata yang sama guna menyampaikan sebuah maksud.

Jika tidak keijakan radikal terhadap guru yang mengubah peningkatan komptensi semua guru khususnya untuk guru bahasa Inggris secara terus menerus walaupun hanya asumsi bisa dipastikan bangsa kita akan tertinggal dengan bangsa lain khususnya tetangga kita Singgapora dan Malaysia. Ketertinggalan bahasa asing khususnya bahasa Inggris ini akan memicu ketertinggalan di pelbagai bidang dikarenakan semua bidang teknologi global berbingkai bahasa Inggris.

Dari ketiga point paparan di atas dapat disimpulkan di era global sangatlah esensial guru harus ditingkatkan, dikembangkan kompetensinya yang menyangkut: aspek pendikar kaitannya untuk peserta didik, teknologi dan Bahasa Inggris, mempersiapkan diri untuk pendidikan di era yang semakin meng-global. Semoga.