Menghadapi Revolusi Industri 4.0 Dengan Rumah Belajar

Pada abad 21 ini zaman telah bermigrasi ke era digital sebagai konsekuensi atas kecanggihan sains dan teknologi yang dikenal dengan era Revolusi Industri 4.0. Hadirnya revolusi industri 4.0 membuat dunia kini mengalami perubahan yang semakin cepat dan kompetitif. Mau tak mau, senang tak senang, kita harus membuka diri menerima perubahan dari RI 4,0 ini. Untuk membuka diri menerima perubahan, tentu dibutuhkan persiapan-persiapan. Hasil riset Bank Dunia dalam Yazid (2018) menyatakan bahwa kondisi negara kita sangat tertinggal, dimana Indonesia perlu 45 tahun (hampir setengah abad) mengejar ketertinggalan dalam bidang pendidikan dan perlu 75 tahun untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan. Sementara daya saing Indonesia tahun 2017 masih ada diurutan 36 dari 137 negara. Hal tersebut harus membuat kita sebagai bangsa Indonesia terlecut dan optimis untuk melakukan perubahan ke arah perbaikan bagi kesejahteraan bangsa ini.

Menanggapi perkembangan zaman yang memasuki Revolusi Industri 4.0 yang bertumpu pada cyber-physical system, para pelaku pendidikan dan kebudayaan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan tersebut. Reformasi sekolah, peningkatan kapasitas, dan profesionalisme guru, kurikulum yang dinamis, sarana dan prasarana yang andal, serta teknologi pembelajaran yang mutakhir menjadi keniscayaan pendidikan kita. Artinya masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikejar oleh pemerintah dan kita sebagai rakyat Indonesia dalam menjalani RI 4,0 ini.

Era revolusi industri 4.0 juga mengubah cara pandang tentang pendidikan. Perubahan yang dilakukan tidak hanya sekadar cara mengajar, tetapi jauh yang lebih esensial, yakni perubahan cara pandang terhadap konsep pendidikan itu sendiri. Untuk bisa menghadapi semua tantangan tersebut, syarat penting yang harus dipenuhi adalah bagaimana menyiapkan kualifikasi dan kompetensi guru yang berkualitas yang juga dikenal dengan kompetensi abad 21. Pasalnya, di era revolusi industri 4.0 profesi guru makin kompetitif.

Revolusi Industri 4.0

Revolusi keempat ini, berlangsung dengan perkembangan yang pesat di bidang elektronik. Dalam revolusi ini, mulai disadari bahwa tidaklah mungkin bagi guru untuk memberikan semua ajaran yang diperlukan, karena yang lebih penting adalah mengajar anak didik tentang bagaimana belajar. Belajar tersebut dapat menggunakan berbagai sumber sebagai “akibat” dari perkembangan media elektronik, seperti radio, televisi, tape, dan lain-lain, yang mampu menembus batas geografis, sosial, dan politis secara lebih intens lagi daripada media cetak. Pesan-pesan dapat lebih cepat, lebih bervariasi, serta berpotensi untuk lebih berdaya guna bagi si penerima. Pada revolusi keempat ini, pendidikan mulai difokuskan pada mengajar anak didik tentang bagaimana belajar dan ajaran selanjutnya akan diperoleh si pembelajar sepanjang usia hidupnya melalui sumber dan saluran atau media/sumber belajar.

Pada tahap keempat ini fungsi guru bukan lagi sebagai sentral dalam pembelajaran atau teacher-centered, namun berubah menjadi students-centered dimana guru menjadi fasilitator bagi penyediaan kebutuhan belajar peserta didik dalam upayanya melaksanakan “bagaimana belajar” dengan menyiapkan sumber dan media pembelajaran, yang diperuntukan bukan saja bagi peserta didik di sekitarnya melainkan juga yang jarak keberadaannya jauh secara fisik.

Terkait dengan berbagai perubahan dan perkembangan dalam berbagai disiplin ilmu dan teknologi, Robert Reiser (professor di bidang Instructional system and learning technologies) dalam Yazid (2018), menunjukkan terdapat 10 trend yang akan mempengaruhi bidang teknologi pendidikan dan sekaligus menjadi tantangan bagi para teknolog pendidikan. Salah satunya adalah berkembangnya konsep dan teknologi yang memungkinkan pembelajaran dilakukan secara mobile (Mobile Learning) atau dapat juga dikenal dengan pembelajaran elektronik (Electronic Learning).

E-Learning

Berbagai perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih, seperti smartphone, computer tablet, ipods, dan lain-lain, saat ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses belajar yang dilakukan secara “bergerak” atau mobile. Model pembelajaran seperti ini telah banyak dikembangkan. Hal ini tidak lain, karena model pembelajaran ini memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah biaya teknologi yang relatif murah, mengurangi kesenjangan digital, penggunaan kelas fisik yang mudah, fasilitas yang portabel “belajar dimana saja dan kapan saja”, kedekatan antara siswa dan guru.

Untuk menjawab tantangan dalam kemajuan teknologi di dunia pendidikan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (PUSTEKKOM) mengembangkan suatu layanan pembelajaran berupa portal pembelajaran yang dikenal dengan Rumah Belajar.

Portal Rumah Belajar

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) mengembangkan salah satu portal belajar online yang mereka sebut Rumah Belajar dengan domain https://belajar.kemdikbud.go.id. Portal ini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mendukung proses mengajar yang lebih interaktif di kelas. Tak hanya itu, melalui laman itu maka siswa dapat menggunakan sebagai bahan belajar alternatif, baik itu di dalam dan luar jam sekolah.

Saat membuka halaman beranda dari Rumah Belajar kita dapat melihat berbagai fitur tersedia di website portal ini. Di beranda ini ada kategori Fitur Utama yang berisikan tentang fitur utama pada Rumah Belajar. Fitur Utama yang ada yakni: Sumber Belajar, Buku Sekolah Elektronik, Bank Soal, Laboratorium Maya, Peta Budaya, Wahana Jelajah Angkasa, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Kelas Maya.

Selain Fitur Utama, ada pula kategori Konten Terbaru dan Fitur Pendukung. Jika Konten Terbaru berisikan konten materi terbaru; sedang Fitur Pendukung berisikan fitur pendukung belajar, seperti: Karya Komunitas, Karaya Guru serta Karya Bahasa dan Sastra.
Untuk dapat menggunakan Fitur yang ada, kita bisa melakukan pendaftaran sebagai anggota dengan menekan kata Daftar pada sisi kanan atas. Lalu kita akan diarahkan untuk memilih tipe pengguna untuk pendaftaran kita.Ada tiga pilihan, yaitu guru, siswa dan umum. Setelah terdaftar menjadi anggota, kita langsung bisa masuk mengakses berbagai fitur yang ada.

Salah satu fitur adalah Buku Sekolah Elektronik (BSE) dan Sumber Belajar. Fitur Buku Sekolah Elektronik menjadi alternatif untuk para siswa yang tidak dapat membeli buku fisik, atau pun sebagai tambahan referensi acuan belajar selain dari buku yang telah dimiliki. Sejauh ini, BSE telah menyediakan lebih dari 2000 buku dari jenjang PAUD/TK, SD, SMP, dan SMA/SMK.

Mereka yang mengunjungi situs ini juga akan menikmati sebuah fitur bernama Sumber Belajar, di mana pengunjung bisa mendapatkan penjelasan materi pelajaran secara komprehensif dan interaktif. Setiap materi akan dikupas mulai dari kompetensi, materi, simulasi, latihan, dan tes. Seluruhnya disajikan dengan menggunakan audio video dan animasi, sehingga diharapkan akan memudahkan siswa memahami materi terkait.
Fitur lain yang bisa digunakan guru dan siswa melalui Rumah Belajar seperti Peta Budaya, untuk mempelajari berbagai macam budaya di Indonesia, Wahana Jelajah Angkasa, sebagai simulasi benda-benda angkasa, Bank Soal, kumpulan soal-soal latihan dan tes, maupun Kelas Maya, yaitu kelas virtual sehingga fasilitator atau guru dapat mengajar siswa dari jarak jauh.

Rumah Belajar dapat menjadi alternatif yang baik, selain tak merogoh kocek, materi-materinya telah sesuai dengan kurikulum berjalan dan telah dikaji bersama dengan guru-guru kompeten. Silahkan akses Rumah Belajar melalui https://belajar.kemdikbud.go.id.
Fitur Kelas Maya pada rumah belajar juga dapat menjawab salah satu tantangan era Revolusi Industri 4.0 yang dapat menghilangkan batasan jarak dalam pembelajaran dengan pembelajaran elektronik (e-learning) atau pembelajaran online. Dimana peserta didik mendapatkan keuntungan seperti biaya teknologi yang relatif murah, mengurangi kesenjangan digital, penggunaan kelas fisik yang mudah, kedekatan antara siswa dan guru dan sudah pasti fasilitas yang portable untuk dapat “belajar dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja”, karena Belajar Untuk Semua.