Lika-Liku Memviralkan Kelas Maya

Di abad 21 ini para pekerja, termasuk guru sudah dituntut untuk lebih melek dengan teknologi dan internet. Namun hal ini bukanlah masalah yang mudah bagi dunia pendidikan di negara kita. Sebab, sampai saat ini masih banyak guru di daerah yang masih belum mengerti mengenai hal ini. Sedangkan saat ini, sistem online sudah diberlakukan untuk dunia pendidikan di Indonesia. Hanya saja prakteknya belum meluas ke seluruh wilayah di Indonesia.

Wawasan para guru harus terus ditingkatkan, terutama saat ini dalam penguasaan internet sebagai media pembelajaran di sekolah. Harus ada lompatan besar guna meningkatkan kualitas guru untuk mengatasi ketertinggalan pada era digital saat ini.
Di dunia maya banyak sekali informasi dan sumber belajar yang bisa diaplikasikan di dalam kelas. Informasi pendidikan, cara mengajar, dan metode pembelajaran juga bisa menjadi inspirasi guru untuk berkreativitas di kelas. Dengan semakin menariknya pembelajaran di kelas, interaksi guru-siswa dalam kegiatan belajar-mengajar juga semakin intens. Dengan begitu, guru dan siswa akan terus dituntut berinovasi, Ini artinya guru pun dituntut untuk terus belajar. Bukan hanya siswa saja yang belajar.

Pustekom sebagai salah satu lembaga yang menguasai tentang teknologi komputer dan internet telah melakukan kegiatan work shop dan pelatihan pemanfaatan internet untuk menunjang belajar mengajar bagi para guru agar melek internet. menyelenggarakan pelatihan agar guru memiliki pemahaman di dunia maya. Diharapkan bagi guru yang telah mengikuti pelatihan, yang sudah lebih dulu melek internet bisa berperan sebagai trainer yang menularkan ilmunya kepada sesama guru dan siswanya. Salah satu pelatihan atau workshop yang diselenggarakan baru-baru ini adalah PembaTIK (Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komputer). Dimana peserta berlatih membuat video membelajaran dan penggunaan kelas maya yang berada di web: belajar.kemdikbud.go.id

Saya sebagai salah satu peserta mendapat banyak pengalaman . Salah satu pengalaman yang sangat berharga ialah pelatihan rumah belajar. Bagi saya yang seorang guru, pelatihan ini menjadi modal berharga dalam meningkatkan pengetahuan, kapabilitas dan kompetensi.

Imbas dari pelatiah tersebut adalah saya harus mensosialiasikan dan mengadakan pelatihan pemanfaatan kelas maya kepada guru-guru dan siswa. Kelas Maya di Rumah Belajar merupakan sebuah learning management system (LMS) yang dikembangkan khusus untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran dalam jaringan (online) antara peserta didik dan pendidik kapan saja, di mana saja. Pada waktu tertentu yang terjadwal oleh pendidik, peserta didik dapat mengikuti pembelajaran virtual dengan pendidik melalui alat komunikasi synkronous (chat, video conference, audio conference, desktop sharing, whiteboard).

Strategi pembelajaran di Kelas Maya lebih bersifat konstruktivistik yang menuntut pembelajaran aktif dan berpusat pada peserta didik sehingga mendorong keterampilan peserta didik. Pembelajaran kelas maya ini menggunakan teknologi pembelajaran (Rumah Belajar) untuk merancang, menyampaikan, dan mengatur pembelajaran formal dan informal serta berbagi pengetahuan, sehingga model pembelajaran kelas maya ini dirancang sebagai pelengkap kegiatan pembelajaran di kelas dengan lebih banyak pada aktivitas asynkronous berdasarkan fasilitas TIK yang tersedia di sekolah.

Namun untuk mensosialisasikan kelas maya tak semudah mengklik mouse pada komputer, banyak guru yang kurang respon terhadap pengenalan kelas maya tersebut. Mereka merasa nyama mengajar cara konvensional, lebih mereka kuasai. Hal ini bisa dimaklumi karena sebagian guru masih kurang melek internet. Mereka masih kesulitan mengoperasikan komputer alias gaptek istilah mereka. Ada yang ingin belajar tapi malu, takut ketahuan gaptek. Kondisi tersebut tidak membuat semangat  saya surut. Saya terus berusaha mengajak mereka untuk pelatihan, saya sosialisasikan rumah belajar melalui media sosial seperti face book, instagram dan whats app. Di kelas saya sosialisasikan kepada para siswa tentang kelas maya yang ada di web belajar.kemdikbud.go.id.  Sama seperti sebagian guru, siswapun tidak semua merespon dengan baik. Ada yang antusias namun ada juga yang acuh tak acuh, ada yang malas membuka web kelas maya. Alasannya karena paket internet, kuota rendah. Sayang kuota internet.   Ada   yang lebih senang menggunakan paket data internet untuk game online dan chatting daripada untuk membuka kelas maya.
mereka memiliki internet, banyak aplikasi networking yang tersedia di ponsel dan smartphone. Dengan adanya fasilitas yang tersedia tak mengherankan jika internet menjadi pola hidup bagi sebagian masyarakat tak terkecuali bagi kalangan pelajar. Sebagian besar alasan para pelajar menggunakan internet untuk mengerjakan tugas dari guru dan bersosialisasi online, dan menggunakan internet berjam-jam lamanya. Tetapi, kenyataannya banyak pelajar lebih sering menggunakan internet untuk bersosialisasi online dan  games online  daripada untuk belajar, sehingga mengorbankan waktu belajar mereka.

Melihat respon yang kurang dari guru dan siswa dalam sosialisasi kelas maya tidak membuat saya patah semangat, saya terus berupaya agar mereka tertarik. Bagi guru yang masih usia muda kebanyakan mereka sudah melek internet sehingga mereka mulai tertarik dan mendaftar di kelas maya. Mereka mulai merasakan kemudahan dalam mengajar menggunakan kelas maya. Dan perlahan guru-guru lain yang tadinya merasa gaptek mulai melirik dan mau mengikuti latihan. Mereka lebih senang mengikuti latihan secara perorangan sehingga saya harus membimbing satu persatu. Hal ini menimbulkan rasa kepuasan untuk saya karena bagi saya berbagi ilmu itu menjadi tujuan saya. Untuk menarik siswa, mereka saya ajak satu persatu untuk mendaftar an login di kelas maya. Akhirnya mereka mulai aktif memanfaatkan kelas maya.

Lika liku memviralkan kelas maya dengan berbagai hambatan lambat laun dapat teratasi. Menuju jalan kebaikan tidak selamanya berjalan mulus. Dibutuhkan kemauan, keikhlasan dan pengorbanan waktu dan tenaga. Keberhasilan peningkatan kemampuan guru dan siswa adalah untuk masa depan bangsa yang berkualitas.

 

Penulis.

 

Mukhtar Rahman Azis

SMPN 9 Tangsel