Pendidikan Karakter untuk Perubahan Indonesia Kearah Lebih Baik

 

Thomas L. Friedman, dalam bukunya ‘The World Is Flat’ menceritakan tentang globalisasi pendidikan. Menurutnya, arah pendidikan sudah harus berubah, bukan lagi menekankan intelektualitas dalam bidang matematika dan sains, tetapi pada kreativitas dan hubungan-hubungan antarmanusia yang bernilai ekonomi tinggi. Perubahan arah pendidikan ini harus diantisipasi dengan tepat agar kita tidak terjebak olehnya. Saat ini, negara-negara tetangga kita di Asia seperti India dan Cina telah mendahului berselancar dalam dunia datar, sementara itu kita bangsa Indonesia masih dalam proses membenahi sistem pendidikan nasional agar pendidikan di tanah air semakin bermutu dan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.

Bangsa kita adalah bangsa yang besar, pluralis, bangsa yang megah dan selalu menjadi bahan perbincangan di dunia internasional oleh karena disamping letaknya yang strategis, dilewati oleh garis khatulistiwa, juga karena negara kita adalah Negara Demokrasi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang artinya sangat menghargai perbedaan, baik itu agama, suku, ras dan warna kulit. Inilah menjadi tantangan terhadap pembenahan sistem dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, karena pendidikan itu sifatnya mengikuti zaman, sementara wilayah yang luas memerlukan pemikiran, tenaga, dan dana yang tidak sedikit.

Banyak contoh sudah negara gagal karena sistem pendidikan yang salah. Setelah Perang Dunia II, Uni Soviet diklaim sangat maju berkat penguasaan atas ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara Amerika Serikat bertanya-tanya apa yang salah dengan penyelenggaraan pendidikan di negeri mereka hingga tertinggal dari Uni Soviet? Negara adidaya itupun melakukan reformasi yang mendasar dalam kurikulum dan proses pembelajaran di semua jenjang dan jenis pendidikan, khususnya dalam bidang studi matematika dan sains.

Tahun 2030 kita dihadapkan pada kenyataan Bonus Demografi sebagai hadiah dari lebih banyaknya usia produktif dibandingkan dengan usia non produktif, artinya jika kita tidak bisa mempersiapkan generasi usia produktif ini dengan sistem pendidikan nasioanal yang baik? Maka alamat kegagalan bonus demografi akan juga menimpa negara kita. Kita harus belajar pada negara lain yang gagal memanfaatkan bonus demografi-nya, seperti Afrika Selatan dan Brazil.

Hingga sekarang, Afrika Selatan masih termasuk dalam negara dunia ketiga dengan permasalahan kemiskinan yang banyak membelit warganya. Sementara Brazil, meski sukses dengan pagelaran Piala Dunia 2014 dan Olimpiade 2016, tetap terjebak dalam middle income trap, karena ketimpangan ekonomi antarmasyarat masih sangat tinggi. Tidak dapat dipungkiri, peranan pendidikan dalam membangun ekonomi, sosial, budaya, dan politik memiliki andil yang penting dan strategis sehingga pembangunan di sektor pendidikan menjadi prioritas utama, khususnya dalam memajukan Bangsa Indonesia di masa yang akan datang. Dalam Pembukaan UUD 1945, menyebutkan secara eksplisit bahwa salah satu tujuan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan yang pelaksanaannya diatur dalam Pasal 31.

Harus diakui memasuki era digital, kita ditempa oleh berbagai isu-isu miring yang gampang menyulut amarah dan kebencian terhadap situasi dan kondisi sekarang di negara kita. Faktor rendahnya kualitas pendidikan dan timpangnya ekonomi, disinyalir alasan mengapa gampangnya terpancing oleh berita-berita hoax alias berita-berita yang belum tentu benar adanya. Oleh karena itu jika bangsa ini ingin maju, maka harus memperhatikan pendidikan bagi rakyatnya dan mengandalkan pendidikan untuk membangun karakter bangsa sehingga lebih bermartabat. Kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan tidak hanya dicapai melalui kemajuan ekonomi, tetapi juga ditentukan oleh pemerataan kualitas dan kuantitas pendidikan. Pendidikan yang bermutu dan dapat diperoleh semua warga negara memberikan andil yang besar dalam perkembangan kehidupan berdemokrasi dalam masyarakat madani yang adil dan sejahtera.

Menyadari generasi yang akan dihasilkan untuk memimpin dan menbangun bangsa ini bukanlah semata-mata cerdas secara intelektual dengan kemampuan tinggi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga adalah insan-insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, disamping itu pendidikan diharapkan juga akan membangun masyarakat yang terus-menerus belajar sepanjang hayat, mandiri, serta dapat hidup rukun dan damai dengan sesamanya dalam kemajemukan suku, bahasa, budaya, dan agama serta juga dapat bekerja sama dan mampu bersaing dengan bangsa lain dengan tetap mengandalkan kedaulatan dan martabat bangsa.

Belajar dari pengalaman masa lampau serta mencegah bangsa ini terjerembab dan terpuruk dalam dekandensi moral, maka sangat diperlukan pendidikan pembentukan karakter bangsa yang sesuai dengan nilai-nilai luhur dalam Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia, sehingga terbentuk karakter orang Indonesia yang religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan memiliki integritas tinggi demi persatuan dan kesatuan Indonesia.

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sangat membantu dalam proses pembentukan sistem sumber daya manusia Indonesia yang berdaya saing sejak dini. Hal ini sejalan dengan ungkapan Benyamin S. Bloom (1913-1999), seorang pakar pendidikan juga psikolog, berpendapat bahwa masyarakat modern tidak dapat diwujudkan dengan anak didik yang cerdas dan hanya mengandalkan kemampuan intelektualnya semata.

Sementara itu, Howard Gardner, pemikir pendidikan terkenal abad ini, menekankan bahwa para pendidik bukan hanya menanamkan pemahaman terhadap disiplin ilmu yang dianggap sebagai salah satu penemuan besar umat manusia, tetapi tujuan pendidikan harus melampaui pemahaman tersebut. Tugas Guru pada millenium baru adalah memperjuangkan berpadunya kecerdasan dan moralitas untuk menciptakan suatu dunia dipimpin oleh “orang-orang yang cerdas dan bermoral”, bisa mempengaruhi dunia.

Pendidikan karakter diyakini sebagai progam untuk membangun konsep pembangunan mindset seluruh rakyat Indonesia melalui penanaman wawasan kebangsaan yang berlandaskan Pancasila sebagai Ideologi Negara agar tidak terpengaruh dan terprovokasi oleh upaya pencucian otak dari kelompok tertentu seperti terorisme dan radikalisme.

Ryamizard Ryacudu menegaskan, kata kunci kekuatan dalam menghadapi masuknya berbagai potensi ancaman fisik maupun nonfisik adalah memperkuat identitas dan jati dirin bangsa. Kemudian membangun persatuan dan kesatuan yang kokoh dan bersinergi dari seluruh komponen bangsa melalui penanaman nilai-nilai Pancasila dan penguatan kesadaran bela negara. Untuk menegakkan harapan itu semua maka pendidikan adalah modal utama sehingga di masa depan Indonesia tetap jaya dan bisa menjadi negara paling kuat ekonominya. Semoga!