Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan Memanfaatkan Kelas Maya Rumah Belajar

Miris rasanya ketika banyak pihak yang mendeskritkan jurusan IPA dan IPS. Bagi sebagian orang, jurusan IPS dianggap sebagai pilihan yang kurang tepat bahkan tidak bergengsi. Sebetulnya apakah salah jika seorang anak mengambil jurusan IPS? Haruskah IPA?

Jurusan IPA dipandang lebih baik daripada jurusan IPS. Siswanya lebih pintar, lebih terampil, dan lebih sopan, tidak seperti anak-anak yang ada di jurusan IPS. Bahkan, tidak sedikit praktisi pendidikan yang memperkuat pandangan ini.

“Kamu kan anak pintar, baik lagi, kenapa mau pilih jurusan IPS”, demikian pernah dikatakan oleh Ibu Fulan pada seorang siswa yang lebih memilih jurusan IPS beberapa tahun yang lalu. Mengajar anak-anak di kelas IPA itu jauh lebih enak dan menyenangkan. Mengapa? Sebagian beranggapan anak IPS suka bertingkah yang aneh-aneh, bandel, nakal, suka bolos, dan tidak disiplin.

Sebenarnya tanpa disadari kita memang sudah terbawa pada arus yang “mungkin” sulit untuk dilawan. Tidak hanya dari kalangan bawah, pun bisa jadi kebijakan yang dimunculkan justru lebih berpihak pada salah satunya. Lihat saja, di sekolah pada umumnya memiliki laboratorium IPA tapi jarang yang memiliki laboratorium IPS. “Mungkin karena dipandang kurang dibutuhkan”. Kelas IPA jumlahnya pun lebih banyak dibandingkan kelas IPS. Padahal, tidak ada yang bisa memberikan jaminan bahwa siswa jurusan IPA akan konsisten pada jurusan IPA ketika mereka melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Bukankah sudah banyak contohnya?

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mendeskritkan satu jurusan terhadap jurusan lain. IPA dan IPS tidak untuk dibanding-bandingkan, atau bahkan dipertentangkan. Tetapi bagaimana keduanya bisa saling mendukung menjadi sebuah harmoni kehidupan yang lebih baik.

Diakui ataupun tidak, selama ini memang sering didapati perilaku dan sikap yang kurang tepat untuk dilakukan oleh seorang pelajar. Tawuran, berkelahi, membolos, tidak sopan, tidak disiplin, melawan guru dan masih banyak lagi perilaku negatif yang mereka lakukan. Dan lagi-lagi, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak dari jurusan IPS. Tetapi apakah hanya berdasarkan fakta ini kemudian ita bisa memandangnya secara sepihak? Bukankah ini bisa dijadikan lahan pembelajaran bagi seorang guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan?

Inilah salah satu dari beberapa persoalan yang kerap dihadapi oleh guru. Persoalan yang berkaitan dengan pengembangan karakter siswa. Adalah sebuah keuntungan bagi guru, karena sebetulnya persoalan ini bukanlah hal yang baru. Masalah seperti ini sudah sering terjadi sebelumnya. Berulang dan terus berulang, seperti sebuah siklus. Karenanya, guru pun bertugas untuk mencari dan menemukan solusi terbaik. Meskipun untuk hal ini guru tidak bisa bekerja seorang diri. Harus ada keterlibatan dari banyak pihak baik itu masyarakat, pemerintah melalui instansi-instansinya, dan keluarga. Setapi setidaknya, guru harus punya satu trik dan teknik tersendiri untuk membantu menyelsaikan persoalan ini. Dalam hal ini guru bisa membantu siswa untuk “senang dan termotivasi belajar”.

Jika siswa sudah merasa “senang dan termotivasi belajar” mungkin akan lebih mudah bagi seorang guru mentransfer ilmu pengetahuan sekaligus menekankan pembentukan sikap, perilaku, dan kepribadian sesuai dengan harapan masyarakat. Bukankah belajar itu dapat dimaknai sebagai proses menuju perubahan? Perubahan yang lebih baik tentunya yang diharapkan oleh masyarakat.

Guna meningkatkan motivasi belajar siswa tentu guru harus memilih metode dan media pembelajaran yang tepat. Bahkan mengombinasikan beberapa dengan harapan siswa dapat merasa senang dan termotivasi untuk belajar. Salah satu yang perlu untuk diketahui untuk dapat menjawab tantangan ini adalah adanya Portal Rumah Belajar. Portal Rumah Belajar adalah sebuah website yang dikembangkan oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dengan alamat link belajar.kemdikbud.go.id. Apa itu Rumah Belajar? Rumah Belajar adalah sebuah portal pembelajaran yang menyediakan bahan belajar dan fasilitas komunikasi serta interaksi antarkomunitas; ditujukan untuk siswa, guru, dan masyarakat luas.

Terdapat delapan fitur utama pada Portal Rumah Belajar, diantaranya Sumber Belajar, Buku Sekolah Elektronik (BSE), Bank Soal, Laboratorium Maya, Peta Budaya, Jelajah Ruang Angkasa, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, dan Kelas Maya. Selain itu juga terdapat tiga fitur pendukung yang juga tidak kalah pentingnya. Ada Karya Komunitas, Karya Guru, Karya Bahasa dan Sastra.

Salah satu fitur yang saat ini sangat digemari para siswa adalah Kelas Maya. Mengapa kemudian siswa menjadi termotivasi untuk belajar dengan menggunakan Kelas Maya Rumah Belajar? Kelas maya sendiri merupakan sebuah learning management system (LMS) yang dikembangkan khusus untuk memfasilitasi terjadinya pembelajaran virtual antara siswa dan guru kapan saja dan dimana saja. Melalui kelas maya, siswa dapat melakukan diskusi secara lebih luas dan tidak ada penekanan karena diskusi yang dilakukan ini tidak melalui kontak secara langsung. Melalui kelas maya siswa juga dapat mengunggah materi, membaca pengumuman, serta mengumpulkan tugas-tugas secara online. Siswa juga dapat mengambil kuis online dan ujian akhir online.

Siswa pada era sekarang tampaknya memang memiliki kecenderungan dan ketergantungan terhadap handphone. Karenanya hal ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan pembelajaran virtual. Hasil sampingan yang kemudian diharapkan adalah adanya perubahan mindset siswa bahwa handphone bukan sebatas alat berkomunikasi atau sekedar untuk menunjukkan gaya hidup, tetapi lebih memfungsikannya pada hal-hal yang lebih positif. Misalnya untuk belajar.

Tidak sedikit memang kendala yang dihadapi baik oleh guru maupun oleh siswa dengan menerapkan pembelajaran virtual. Jaringan internet yang sering kali tidak stabil dan tidak semua siswa memiliki hp, android dan laptop seperti yang dibutuhkan. Namun, apapun kendala yang dihadapi siswa selama ini, saya patut berbahagia, karena jika dilihat dari usaha siswa mengatasi setiap kendala yang dihadapi, saya bisa menilai bahwa mereka memiliki motivasi belajar yang cukup tinggi. Bahkan, interaksi yang relatif sering terjadi antar guru dan siswa pada akhirnya membawa kedekatan emosional dan merekapun akan lebih nyaman untuk belajar dengan guru di kelas. Disinilah saya menilai telah terjadi sebuah proses perubahan yang lambat laun akan mengarah pada keberhasilan pendidikan.