Pembelajaran Tematik terintegrasi TIK di Sekolah Dasar

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi demikian cepat merambah ke seluruh aspek dan tingkat kehidupan sosial manusia. Dapat kita saksikan bahwa pengguna android tidak hanya tebatas pada orang dewasa dan kalangan menengah ke atas saja, anak-anak dan kelompok primitifpun sudah menggunakan teknologi ini. Di sekolah bukan hanya guru, siswa-siswipun sudah kecanduan perangkat futuritik ini. Tak terbatas tempat dan waktu di mana-mana orang menggunakan perangkat teknologi informasi. Hal ini merupakan suatu peluang sekaligus tantangan bagi dunia pendidikan. Sayangnya fasilitas tersebut belum dimaksimalkan untuk mendukung proses belajar mengajar di kelas.

Dengan berbagai pertimbangan beberapa sekolah melarang peserta didik membawa telepon genggam ke sekolah. Tentunya hal ini menimbulkan tanggapan yang sifatnya pro kontra. Kebenaran suatu tanggapan bergantung pada sudut pandang masing-masing. TIK beserta akses online yang mengikutinya bagaikan parang dan korek api. Akan sangat berbahaya bila tidak diarahkan penggunaannya kepada hal-hal yang baik akan tetapi bila ditiadakan sama sekali maka banyak aktifitas penting yang tak dapat dilakukan.

Suka atau tidak suka kebutuhan penggunaan TIK tak akan terbendung. Orang yang meninggalkan TIK akan ketinggalan jauh dari orang-orang yang senantiasa memanfaatkannya secara tepat guna. Sangatlah naif apabila ketakutan akan dampak negatifnya membuat manajemen sekolah menjauhkan TIK dari aktifitas belajar siswa-siswi di sekolah. Ibarat orang yang berpantang ikan karena takut akan tulang  maka ia tak akan pernah mendapat manfaat dari ikan tersebut.

Kebijakan pemerintah melalui penyempurnaan dan implementasi Kurikulum 2013 di sekolah maka sekolah tak ada lagi alasan untuk menolak pemanfaatan TIK dalam pembelajaran. Seluruh kegiatan pembelajaran harus diintegrasikan dengan TIK. Tidak terkecuali di jenjang sekolah dasar. Sekolah Dasar Negeri 14 Bonto-Bonto Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan mencoba menjadi pionir pemanfaatan TIK secara maksimal dalam pembelajaran saintific yang mengembangkan kecakapan abad 21 dengan mengintegrasikan nila-inilai karakter, 4C (communication, critical tihinking, collaborative, dan creativity and innovation), literasi dan HOTS.

Dengan menggunakan mobile labs siswa berinteraksi langsung dengan perangkat TIK. Pengelolaan kelas dirancang sedemikian rupa sehingga mengakomodir kerja klasikal, kelompok, berpasangan, dan kerja individu. Siswa memanfaatkan perangkat TIK untuk melakukan browsing, mengumpulkan dan mengolah data, membuat presentasi, mengerjakan tugas-tugas dari guru, membuat kuis untuk temannya, bahkan saling bertukar hasil pekerjaan dan mengirim tugas-tugasnya kepada guru.

Saat ini semua guru di SDN 14 Bonto-Bonto telah membuat kelas online untuk kelas belajarnya masing-masing. Sebelumnya kepala sekolah telah membuat form kelas dengan memanfaatkan platform gratis www.kelase.net. Pada kelas online tersebut guru-guru menata segala hal yang dibutuhkan untuk pembelajaran siswa di kelas. RPP, media, LKPD, soal-soal, bahkan guru juga dapat memberikan tugas kepada siswa melalui kelas online tersebut. selanjutnya siswa dapat mengakses tugas tersebut setiap waktu. Dalam kelas online tersebut bahkan disediakan akses khusus orang tua siswa. Dengan kode akses yang dimiliki setiap orang  tua dapat mengikuti seluruh proses belajar anaknya melalui androidnya. Selain itu kelas online ini juga memungkinkan guru, siswa, dan orang tua berdialog langsung. Dengan demikian maka arus informasi timbal balik di antara ketiganya akan menjadi lebih mudah.

Implementasi pembelajaran berbasis TIK di SDN 14 Bonto-Bonto ini menunjukkan bahwa siswa semakin aktif belajar, meningkatkan minat belajar siswa, wawasan siswa semakin terbuka, dan sudah tentu siswa semakin familiar dengan perangkat TIK. Dengan integrasi TIK dalam pembelajaran ini maka seluruh guru dan tenaga kependidikan bahkan orang tua siswa di SDN 14 Bonto-Bonto tertantang untuk mengembangkan diri dalam bidang TIK. Pada akhirnya semua berkata “ternyata saya juga bisa menggunakan TIK”, dan “rupanya siswaku hebat dalam penggunaan perangkat TIK”, siswa pun berkata “Bu! pakai inimaki setiap hari na?”

(Nas, Pangkep)