Pembelajaran Model Tumpang Sari

Pembelajaran Model Tumpang Sari

Tuntutan zaman ke zaman semakin komprehensif dan kompetitif. Kaitannya dalam hal pembelajaran. Guru wajib menginovasi pembelajaran nya juga meningkatkan kreativitas sebagai guru profesional yang handal. Banyak ide disekitar kita untuk dijadikan sebagai riset pembelajaran. Bagaimanapun guru akan menjadi ujung tombak revolusioner kurikulum dan pembelajarannya. Terus berubah dan tidak melupakan atas perubahan sebelumnya. Terus berinovasi tidak lupa akan awal inovasinya. Kebetulan di beberapa waktu lalu ada sebuah tulisan dari salah satu web tentang pertanian tumpang sari. Tentu sebagai pendidik ya bisa dijadikan referensi untuk ide pembelajaran. Ternyata pertanian tumpang sari jika saya analogikan sudah mirip industri 4.0. ibaratnya petani bisa panen sekali tanam tetapi hasilnya lebih dari satu jenis karena memulainya memang lebih dari satu tanaman.

Ibarat orang bertani, jika ingin menanam tanaman dalam satu lahan terdiri berbagai jenis tanaman yang cocok dan bisa ditanam bersamaan. Diharapkan panenya juga menghasilkan berbagai produk artinya lebih dari satu tanaman. Tumpang sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture) berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada satu areal lahan tanam dalam waktu yang bersamaan atau agak bersamaan.

Berawal dari ide pertanian tumpang sari. Tentu dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai model pembelajaran yang inovatif. Karena jika kita melihat analoginya hasil akhirnya diharapkan lebih dari satu produk. Bagaimana jika pertanian kita adopsi sebagai model pembelajaran. Tentu menarik dan inovatif. Inovatif nya, jelas akan menghasilkan produk pembelajaran berbagai kompetensi. Misal, kita ibaratkan ada tanaman padi yang utama, dipinggir nya dikasih ikan dan ada tanaman sayur. Padi adalah kompetensi utama yang wajib dikuasai dengan disinergikan ikan sebagai kompetensi life skill dan sayur sebagai sinergi dari apa yang dilakukan keduanya. Jika guru mampu membuat model demikian tentu pembelajaran model tumpang sari akan memunculkan siswa-siswa kreatif. Karena kompetensi yang dihadapi adalah transkompetensi sehingga siswa tidak sekedar bisa tetapi mampu mengaplikasikan dan mengajarkan kepada orang lain.

Misal dalam pembelajaran bahasa Indonesia tentang teks negosiasi. Tentu target utama siswa mampu memahami, menelaah, hingga menerapkan negosiasi dalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran. Namun yang perlu diingat dalam konteks negosiasi siswa juga diajak untuk berbisnis secara sederhana untuk mempraktekkan apa yang mereka pelajari. Dengan mengetahui, melakukan, dan mengamalkan. Maka konstruks pengalaman dan pengetahuan akan lebih melekat ketimbang hanya sekedar teori saja.

Dari konsep pembelajaran model tumpang sari diharapkan guru dapat memfasilitasi siswa untuk memproduk dan mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan bidang siswa masing masing. Jika kita menelaah contoh pembelajaran teks negosiasi tentu tidak sekedar jual beli saja tetapi hal lain yang dapat diterapkan dalam kaitannya negosiasi. Ingat siswa kita memiliki kemampuan Literasi digital dari berbagai sumber dan mereka memiliki cara belajarnya sendiri. Jika kita tidak menangkap apa yang ada pada mereka maka dalam tanda kutip mereka akan sedikit gagal dengan apa yang kita ajarkan.

Lebih dari itu, pembelajaran model tumpang sari bisa diformulasikan bahwa pembelajaran tumpang sari juga dapat membantu siswa untuk belajar mandiri. Kemandirian mereka bisa kita arahkan dengan kompetensi yang ada. Dengan menambahkan kompetensi yang sesuai dengan zaman mereka. Diharapkan siswa memperoleh trans kompetensi dari apa yang ada sehingga siswa bisa menjalani pembelajaran melalui kehidupan mereka masing-masing. Semangat berkarya dan berinovasi guna menjemput masa gemilang, masa kaca partisipan didik kita menjadi generasi hebat. Teruslah berkarya, berpikir, berproses, berinovasi dan bersinergi dengan hal yang menunjang kompetensi pembelajaran kita selama ini.

 

Moh. Ahsan Shohifur Rizal

GTT di SMA Negeri 1 Kepanjen dan Pengelola SMA Terbuka Kepanjen