Menjadi Guru Kaya Karena Karya

MENJADI GURU “KAYA” KARENA KARYA

 Oleh:

Ita Hadi Seviyanti, S.Pd., M.Pd.

Guru TK Kartika II-30 Punggur

Menjadi “kaya” adalah harapan semua orang termasuk guru. Arti “kaya” dalam tulisan ini bukanlah uang ataupun harta, melainkan memiliki wawasan yang luas akan informasi sehingga dalam mendidik anak menjadi lebih bijaksana terutama dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul di sekolah. Menjadi guru “kaya” dipengaruhi oleh banyak faktor. Pertama, adanya motivasi menjadi guru yang berasal dari dalam diri, hal ini berarti pilihan menjadi guru bukanlah sebuah paksaan dari berbagai sumber, bukan juga karena iming-iming mendapatkan sesuatu (fasilitas, honor, beasiswa). Kedua, adanya kemampuan diri (sabar,tanggung jawab, etika, sikap, minat, kreativitas). Khususnya guru TK yang dituntut memiliki kesabaran yang tinggi, selanjutnya didukung oleh kreativitas guru dalam mengajar, selain itu guru harus fokuskan seluruh kemampuan untuk jalur pendidikan. Guru “kaya” haruslah memiliki perhatian terhadap anak-anak didiknya, dan terus mengasah seni mengajarnya yaitu dengan menggunakan metode yang bervariasi yang membuat anak senang dan tidak jenuh.

Menurut Amir Tengku Ramly dan Erlin Trisyulianti ada empat macam model guru. (1) guru pekerja, adalah guru yang sebatas melaksanakan pekerjaannya. Guru model ini menyukai kegiatan yang bersifat rutinitas.

(2) guru profesional, adalah guru yang memiliki profesional atau keahlian lebih, menyukai tantangan dalam mengajar, senang dengan pekerjaan yang mandiri dan bukan rutinitas.

(3) guru pemilik, adalah guru yang mengendalikan dan memiliki sistem lembaga pendidikan.

(4) guru perancang, adalah guru yang memahami makna profesinya secara mendalam, memiliki visi dan merancang pengajarannya secara kreatif. Ciri lainnya yaitu senang pada ide, bersifat inovatif, dan menyukai perubahan yang mengaktifkan pengajaran.

 

Guru “Kaya” karena karya merupakan bagian dari guru perancang, di mana guru memiliki ide-ide yang dituangkan dalam karya yang dapat berguna dalam pembelajaran di kelas, misalnya dengan membuat sendiri buku-buku cerita bergambar, media-media bermain (alat permainan edukatif), menciptakan permainan fisik, mengolah barang-barang bekas menjadi bahan ajar yang menarik bagi anak. Bagaimana pun bentuk dari karya yang dihasilkan oleh guru, itu merupakan hasil dari pemikiran yang kaya, ide-ide yang kreatif yang belum tentu semua dapat mewujudkannya.

 

Sebuah ide itu muncul karena melihat atau membaca karya-karya yang lebih dulu ada, maka ada baiknya seorang guru yang “kaya” dapat memperkaya dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan yang didapatnya melalui membaca. Apalagi saat ini guru dengan mudah mendapatkan informasi melalui media elektronik yang dapat di akses kapan saja dan di mana saja. Dengan membaca atau melihat contoh, seorang guru “kaya” akan mempelajari sisi baiknya sebuah karya atau seperti apa karya yang baik.

 

Guru “kaya “ yang dapat membuat karya nya sendiri akan banyak memberikan manfaat bagi kemajuan profesinya. Guru “kaya” yang memiliki banyak ide kreatif dalam menciptakan dan memanfaatkan bahan-bahan yang telah disediakan oleh alam membantu guru dalam kelancaran kegiatan pembelajaran. Anak usia dini membutuhkan media bermain yang tidak harus mahal, tidak harus buatan pabrik, melainkan bisa mengambil dari lingkungan sekitar kemudian dibuat menjadi media yang menarik dan bermanfaat bagi anak.

 

 

 

Dalam membuat karya tentu saja tidak semudah yang dibayangkan, ada beberapa hambatan yang dialami guru dalam membuat karya nya yaitu:

  • kesulitan pembuatan, seringkali seorang guru memiliki keinginan atau harapan namun merasa kesulitan di dalam mengungkapkan atau mewujudkannya menjadi sebuah karya. Hal ini berkaitan dengan kurangnya kemampuan yang dimiliki, misalnya kemampuan menggambar (untuk pembuatan cerita bergambar) dan lain-lain,
  • keraguan, munculnya rasa tidak percaya diri, takut mencoba dan malas menjadi penyakit yang menyerang dan dapat memangkas kreativitas guru,
  • kurangnya dukungan, menjadi guru kaya karena karya sesungguhnya membutuhkan sebuah dukungan sebagai bentuk apresiasi terhadap karya yang dibuatnya.

 

Harapannya ke depan, ada sebuah wadah yang dapat membantu para guru dalam mengembangkan kreatifitasnya dalam sebuah wujud karya yang dapat membantu proses pembuatan atau semacam sanggar yang melatih guru dalam mewujudkan karya nya. Tujuannya adalah agar semakin banyak guru-guru “kaya” yang berwawasan luas, didukung oleh karya yang bermanfaat bagi pendidikan anak usia dini.