Rumah Belajar Sebagai Media Pendidikan Karakter

Konten internet yang beragam, mulai dari yoyube, situs pencarian, media sosial, hingga surat electronik memiliki penggemar yang berbeda dari setiap jenisnya. Penyuka musik atau film akan memilih Youtube, sehingga pengguna internet tanpa sadar akan akan mampu menirukan lagu yang sering didengar, bahkan dialog dari sebuah film juga akan hafal. Sehingga pada akhirnya penggemar internet akan menirukan tokoh idolanya, baik gayanya, maupun apa yang diucapkan. Penggemar tayangan bola akan menirukan gaya pemain bola idolanya dan berkomentar bagaimana idolanya. Jadi para pengguna internet akan berkarakter seperti apa yang dilihat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.

Dengan dicanangkannya program pendidikan yang berbasis karakter oleh pemerintah pada tanggal 2 Mei 2011; maka untuk mensukseskan program tersebut, diperlukan keterlibatan semua pihak termasuk pengguna internet. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyoroti peran Portal Rumah Belajar dalam mempengaruhi tingkah laku manusia, khususnya potensi internet sebagai media menyampaikan pendidikan karakter. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan/rujuakan bagi semua pihak yang ingin memanfaatkan internet sebagai sarana untuk menyampaikan pendidikan karakter. Ada beberapa hal yang ingin dicapai dari pendidikan karakter; salah satunya adalah agar peserta didik tahu arti kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berperilaku baik (Harian Umum Repulika, Jum’at, 20 Mei 2011, H. 25). Dari penjelasan tersebut jelas bahwa dalam diri peserta didik diharapkan terjadinya perubahan pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan perilaku. Perubahan pengetahuan berupa dari tidak tahu menjadi tahu tentang kebaikan, perubahan sikap berupa dari tidak mau menjadi mau berbuat kebaikan dan perubahan perilakunya berupa nyata berperilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.

Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.

Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya pemahaman orang tua dalam mendidik peserta didik di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui Portal Rumah Belajar.

Sebagai media, internet memiliki empat fungsi, yakni fungsi komersial, alat hiburan, penyampai informasi, dan edukasi. Sayangnya, fungsi yang terakhir, yakni edukasi, kerap terabaikan. Sebagai penyeimbang membeludaknya konten bukan pendidikan, kini Portal Rumah Belajar menjadi penting. Mengacu pada pandangan bahwa peserta didik lebih mudah meniru serta melakukan segala hal yang mereka lihat ketimbang segala hal yang mereka dengar, maka efek positif Portal Rumah Belajar bagi pembentukan karakter peserta didik bisa dioptimalkan.

Untuk menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi dalam dunia pendidikan maka, sejak tahun 2011 Pustekkom Kemendikbud telah mengembangkan suatu portal pembelajaran yang disebut Rumah Belajar dengan alamat http://belajar.kemdikbud.go.id. Rumah Belajar di dalamnya tersedia berbagai fasilitas antara lain Sumber Belajar, Buku Sekolah Elektronik (BSE), Bank Soal, Laboratorium Maya, Peta Budaya Indonesia, Jelajah Wahana Angkasa, Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB), dan Kelas Maya. Selain fasilitas yang telah disebutkan rumah belajar juga mempunyai fasilitas lain yaitu Karya Komunitas, Karya Guru, dan Karya Bahasa dan Sastra.
Rumah Belajar merupakan portal pembelajaran yang menyediakan berbagai bahan belajar serta fasilitas komunikasi dan interaksi antar komunitas pendidikan. Rumah Belajar bermanfaat sebagai sumber belajar, sarana e-pembelajaran antara peserta didik dan pendidik baik dalam satu sekolah maupun antarsekolah, sarana komunikasi dan kolaborasi baik antara individu pendidik maupun antar sekolah, serta sebagai wahana pengembangan profesionalisme pendidik. Sasaran pemanfaatan portal Rumah Belajar adalah peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan (staf tata usaha, teknisi dan pengawas satuan pendidikan), dosen, dan seluruh lapisan masyarakat. Portal Rumah Belajar sebagai salah satu bentuk nyata dari perkembangan atau kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan dan kebudayaan harus terus mengikuti perkembangan teknologi yang berlangsung agar rumah belajar dapat membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran.

Rumah belajar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran. Rumah Belajar memfasilitasi peserta didik secara menyenangkan, tidak hanya mendengarkan ceramah guru di kelas tapi juga dapat belajar mandiri dengan materi-materi pelajaran yang sama diberikan guru di sekolah. Pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran melalui Portal Rumah Belajar. Melalui Rumah belajar, ketuntasan hasil belajar peserta didik pada materi yang sulit diharapkan dapat tercapai.

Tidak jarang sekarang ini banyak anak-anak lebih suka berlama-lama bersosialmedia
dari pada belajar, bahkan hampir-hampir lupa akan waktu makannya. Ini merupakan suatu problematika yang terjadi dilingkungan kita sekarang ini, dan perlu perhatian khusus bagi setiap orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas putra-putrinya.

Anak-anak sedang dalam proses sosialisasi nilai-nilai dan pembelajaran untuk menjadi manusia dewasa. Karena usianya, anak-anak sangat dipengaruhi lingkungannya, termasuk apa yang mereka lihat di internet. Setiap orang tua memiliki tanggungjawab untuk selalu mengawasi anaknya dan memperhatikan perkembangannya, oeh sebab itu hal-hal yang sekecil apapun harus bisa diantisipasi oleh setiap orang tua mengenai dampak positif atau negatif yang akan ditimbulkan oleh hal yang bersangkutan.